Author : Shin Eun So
Genre : Romance, Comedy
Main Cast :
- - Shin My Sa (OC)
- - Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum
- - Song Joong Ki as Kim Joong Ki
- - And other casts
Note : Ini
adalah karya asli hasil
pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak.
kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor
ketidkasengajaan.
Minggu Pagi…
Bagi Mysa,
tiada hari yang bisa membuat dirinya bernafas lega selain hari Minggu, hari
dimana ia bisa menikmati suasana santai terbebas dari schedule hariannya
sebagai pengajar. Di pagi Minggu yang dihiasi senyum mentari itu, Mysa
berencana memancing dengan ayahnya di Sungai Yung yang terletak cukup jauh dari tempat
tinggalnya.
“Kau
ingin kemana?” Mu Gyul memandang heran kakaknya yang memakai kaos besar, topi
dan sepasang sepatu boot merah di kakinya.
“Ingin
memancing dengan appa, kau mau ikut?” Mysa terlihat sibuk mengeluarkan beberapa
kotak pelastik dari dalam lemari.
“Mwo?
Memancing? Kau ini gadis atau bukan? Di hari libur biasanya para yoeja
menghabiskan waktunya dengan hang out bersama temannya, shopping, atau
melakukan perawatan diri. Aish, kau ini benar-benar aneh, grandma.”
Pletakk,
sebuah jitakan dari tangan putih Mysa mendarat sempurna di kepala Mu Gyul.
Membuat si empu kepala meringis pelan.
“Sekali
lagi kau memanggilku dengan sebutan itu, aku tak akan segan mengeluarkan jurus yang
bisa membuatmu terpental ke ujung dunia.”
Mysa memandang Mu Gyul tajam, membuat remaja itu segera melongos pergi.
Di Pemancingan sungai Yung
….
Sudah
hampir satu jam Mysa dan ayahnya duduk di pinggiran sungai, menunggu ikan-ikan
lapar memangsa umpan mereka. Rupanya nasib mereka hari itu cukup beruntung,
satu kotak pelastik berukuran cukup besar sudah terisi dengan beberapa jenis
ikan sungai.
“Mysa,
umpannya habis. Bisa kau ambilkan di dalam bagasi mobil appa.” Pinta ayahnya
ketika melihat kaleng umpan yang mulai kosong.
“Ne
appa.”
Mysa beranjak
dari tempat duduknya dan berjalan melewati jalan kecil berumput dipinggiran
sungai itu, karena kondisi tempat, mobil mereka harus terparkir cukup jauh dari
tempat pemancingan. Setelah berjalan cukup jauh, tiba-tiba penglihatannya
diherankan dengan gerakkan air yang aneh di tengah sungai. air yang seharusnya
tenang tampak beriak, didekatnya terdapat sebuah sampan kecil namun kosong. Mysa
memicingkan matanya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Matanya
terbelalak ketika menyadari bahwa ada seseorang yang mengepak-ngepakkan
tanganya dari dalam air itu.
“Appa..Appa…!”
Mysa berteriak sangat keras, berharap appanya dapat mendengar, namun tak jua
ada sahutan.
“Tolong,
ada orang tenggelam!” Teriaknya kembali, berharap ada orang sekitar yang dapat
membantunya. Namun nihil, tak ada seorang pun yang datang. Melihat kondisi yang
semakin parah, akhirnya Mysa memutuskan untuk menceburkan dirinya ke dalam
sungai dan berenang mendekati orang yang gerakkannya semakin melemah..
Mysa’s House…
Pria
itu masih belum sadar. Tubuhnya lemas dan bibirnya membiru. Entah berapa banyak
air yang tertelan masuk ke dalam perutnya, untungnya Mysa datang di waktu yang
tepat, kalau tidak, mungkin saja besok akan ada berita kematian heboh di koran
lokal.
“Apa
dia belum sadar?” Mugyul muncul dari pintu dengan sebuah mangkuk berisi air
hangat.
“Belum.,
Appa sudah pulang?” Mugyul menggeleng
menanggapi pertanyaan Mysa.
“Kuharap
appa bisa menemukan nomor telepon keluarga ajhussi ini.”
Mysa
kemudian mengambil handuk dan mencelupkannya ke dalam air hangat, lalu
mengusapkannya pelan ke kepala pria itu.
“Eo…mm..a.”
Terdengar gumaman tak jelas dari mulut pria tua itu, namun matanya masih
terpejam erat.
“Eomma.”
Kali ini suaranya terdengar lebih jelas, Mysa dan Mugyul saling bertatapan
heran
Tiba-tiba
tanpa sadar pria itu memegang tangan Mysa yang sedari tadi memegang handuk di
atas kepalanya. Tentu saja Mysa keget dan ingin cepat melepas tangannya, namun
tindakannya terhenti ketika lagi-lagi mendengar gumaman dari pria itu.
“Eomma,
jangan pergi.” Ekspresi wajah pria itu seakan menujunjukkan kesedihan yang
mendalam.
“Tuan,
sadarlah!” panggil Mysa.
“Tuan,
ini aku, Shin Mysa.” Mysa meyakinkan diri jika ia bukan eomma seperti yang
disebut pria itu.
Rupanya
suara Mysa berdampak baik pada si ajhussi, perlahan ia membuka matanya dan
mengerjap-ngerjap, ia nampak bingung dengan pemandangan asing disekitarnya.
“Dimana
aku?” terdengar suara lemah dari mulutnya.
“Tn
Kim, kau sudah sadar?” seru Mugyul. Ternyata pria itu adalah orang yang mereka
kenal sebelumnya.
“Arghh.”
Tn Kim mengerang kesakitan sambil memegang belakang kepalanya.
“Jangan
banyak bergerak dulu tuan, kau belum sembuh sepenuhnya.” Mysa menahan tubuh Tn.
Kim yang ingin bangun.
“Mysa?”
ditengah kesadaran yang belum sepenuhnya, ternyata Tn Kim dapat mengenali Mysa.
“Ne,
ini saya, Shin Mysa, Anak Shin Woo Soo, orang yang dulu pernah tuan selamatkan dari preman. Sekarang
tuan sedang ada di rumah kami. Tadi saya menemukan tuan hampir tenggelam di sungai Yung dan anda hampir tak
sadarkan diri. Untungya saya bisa menyeret tuan ke tepi sungai.”
“Jadi,
kau yang menyelematkanku?”
Sekilas
Mysa tersenyum, kemudian berucap.” Untungnya aku pandai berenang, kalau tidak,
mungkin aku juga akan ikut tenggelam bersama Tn. Kim.”
“Ghamsahamnida
Shin Mysa, kau telah menyelamatkan nyawaku.” Tn. Kim tersenyum lebar, entah
mengapa ia merasa senang ketika berbicara dengan Mysa.
“Ini
buburnya.” Eomma Mysa muncul dengan membawa semangkuk bubur yang masih terlihat
berkukus.
“Nah,
Tn. Kim, sekarang kau harus makan bubur ini, agar tenagamu pulih kembali. Biar aku
yang menyuapi, OK” Entah mengapa, sikap dan perhatian Mysa membuat hati Tn Kim
terenyuh dan merasa hangat, ia merasa sosok Mysa dapat membangkitkan kembali
puing kebahagiaan dalam dirinya yang sempat runtuh.
~ ~ ~
Mysa
dan keluarganya dibuat melongo, dua mobil mewah nan expensive terparkir di
depan rumah mereka. Beberapa orang berjas hitam di tambah lagi tiga orang
lainnya berseragam dokter turun dari mobil itu. Mereka tak menyangka, ternyata
Tn Kim adalah seorang yang kaya raya dan sangat dihormati
“Permisi,
kami ingin menjemput Tn Kim.” Seorang pria bertubuh jangkung dengan penuh
hormat berbicara kepada mereka.
“N..ne,
Tn. Kim ada di dalam. Si..silahkan masuk.” sahut Mysa terbata, bukan karena
takut, tapi karena rasa takjubnya
“Kalian
tak perlu repot-repot menjemputku. Aku bisa pulang sendiri.” Tiba-tiba Tn . Kim
muncul dari balik pintu, wajahnya nampak tak pucat lagi.
“Tn.Kim.”
Pria itu nampak terkejut dengan kemunculan Tn. Kim, kemudian membungkuk dengan
cepat.”Kami mendapat kabar dari seseorang, katanya anda hampir tenggelam di
Sungai Yung saat memancing. Setelah mengetahui keberadaan anda, kami bergegas
kemari. Saya juga telah membawa ahli medis untuk memeriksa kondisi anda.”
“Aku
baik-baik saja, tak ada yang perlu dikahwatirkan.” Tn. Kim meyakinkan
kondisinya.
“Tn
Shin, aku sangat berterimakasih kepada keluargamu karena telah menolongku.
Terutama Mysa yang telah berani mengorbankan keselamatannya demi nyawaku. Aku
bangga padamu Mysa.” Tn Kim memegang pundak Mysa seraya tersenyum hangat.
“Lain
kali, berhati-hatilah tuan Kim, jika ingin memancing sebaiknya jangan pergi
sendiri.” Nasihat Mysa
“Arasoe,
kalau begitu aku berpamitan dulu.” Tn Kim membungkuk dan mulai melangkahkan
kakinya, namun tiba-tiba ia berbalik.
“Ah, aku
hampir lupa. Aku ada seseuatu untuk kalian. “ Tn Kim memandang ke arah
asistennya.”Seung Gi, apa undangan itu masih ada?”
“Ne
Tuan, akan aku ambilkan.”
Tak
berapa lama, asistennya kembali dengan sebuah undangan berwarna putih di
tangannya kemudian memberikannya pada Tn Kim.
“Tn.
Shin, aku mengundang kalian sekeluarga ke acara pembukaan pusat kesehatanku
yang baru didirikan. Aku akan merasa sangat senang jika kalian berkenan
datang.” Tn Shin menyerahkan undangan itu kepada ayah Mysa.
“Ne,
Tn. Kim. Kami pasti datang.” Ayah Mysa nampak sumringah menerimanya.
Selang
waktu kemudian, rombongan mobil mewah itu pun pergi dari rumah Mysa.
“Ommona.”
Pekik Ayah Mysa.
“Wae
apa?”tanya Mysa penasaran melihat ekspresi ayahnya yang tiba-tiba berubah.
“Ternyata
nama lengkap tn Kim adalah Kim Jun Woon, sang dokter jutawan itu.” Ayah Mysa
menunjukkan nama yang tercetak cukup besar di depan undangan itu.
Sontak
Mysa, Mugyul, dan ibunya terbelalak kaget, tak percaya.
“Ah,
jangan-jangan, Kim Children Hospital itu juga milik Tn Kim. Ternyata dia memang
orang kaya raya. Tapi, Tn. Kim benar-benar sosok yang rendah hati, ia tak
pernah bersikap arogan terhadap kita.” Puji Mysa, diikuti anggukan yang lain.
~ ~ ~
Selang
berapa hari pesta itu pun di gelar. Boeng City, itulah tulisan yang tertera
dalam undangan Tn. Kim, menunjukkan sebuah nama kawasan elit di Nam Gu. Malam
itu, Mysa tampil manis dengan dress selutut berwarna krim dengan rambut yang
dibiarkan terurai, tak tertinggal sebuah jepitan cantik menambah pesona
tersendiri, meski terlihat sederhana, tapi justru hal itulah yang menambah
kesan istemewa pada dirinya. Walau penampilannya kala itu bisa membuat pria
manapun tak berkedip, tapi ekspresi wajahnya justru menayangkan aura
ketidaksenangan. Itu semua karena turut sertanya Mugyul yang sekarang sedang
duduk manis di deretan kedua kursi
mobil.
“Kenapa
kita harus membawa Lady Bug ini ke acara itu appa?” Protes Mysa membuat Mugyul
terhenti dari permainan PSP nya.
“Yaa, memang apa masalahmu jika aku ikut?
Bukankah Tn. Kim mengundang kita sekeluarga? Dan jangan panggil aku dengan
panggilan itu. Aku tidak suka.” Mu Gyul memang sangat benci dengan julukan aneh
yang diberikan nunanya.
“Kau
selalu bertindak memalukan di pesta. Aku tak ingin dicap sebagai orang aneh
karena dekat denganmu.” Mysa membuang wajahnya ke jendala, malas menatap raut
menyebalkan adiknya dari pantulan cermin mobil.
“Hei,
bukannya kau yang sering melakukan tindakan memalukan saat di acara manapun,
seharusnya aku yang merasa malu Nuna. Aku bahkan sempat diolok temanku karena
tindakan bodohmu saat di pesta ulang tahun Gwang Soo Hyung” Mu Gyul
mengingatkan insiden memalukan yang pernah dilakukan kakaknya ketika ulang
tahun salah satu saudara mereka.
Mendengarnya,
Mysa semakin menekukkan wajah.
“Sudahlah,
jangan berdebat lagi. Kita sudah sampai.”
Ayah Mysa
memarkirkan mobilnya di pinggir sebuah lapangan berukuran cukup besar, nampak
mobil-mobil mewah berjejer rapi di tempat itu. Rupanya tamu yang datang tak
sedikit.
‘Ommona, tempat ini luar biasa.’ Batin Mysa
terkagum-kagum melihat bangunan mewah nan besar didepan matanya. Ia sempat
minder ketika melihat tamu-tamu berdatangan dengan pakaian yang mewah disertai
berbagai perhiasan mahal, sedangkan dirinya hanya memakai pakaian bekas. Namun
rasa tak percaya dirinya menghilang seketika kala si pemilik pesta, Tn. Kim
menyambut mereka dengan begitu ramah.
“Tn
Shin, Mysa, ternyata kalian datang.” Tn. Kim sumringah melihat kedatangan
mereka. Ia melirik ke arah Mysa sejenak, “ Penampilanmu malam ini sangat cantik
Mysa si.”
Mysa
menunduk malu mendengar pujian dari Tn. Kim “ Gomawo Tn. Kim.”
“Kami
tak menyangka sebelumnya kalau tuan adalah Kim Jung Woon, seorang dokter yang
hebat itu. Maafkan jika selama ini ada sikap kami yang kurang sopan.” Tutur
Appa Mysa.
“Untuk
apa meminta maaf Tn Shin, aku justru merasa sangat senang telah mengenal
kalian. Kalian telah mengajarkan arti kehangatan dan kasih sayang dalam
keluarga.” Tn. Kim terdiam sejejnak.” Ah, aku ingin mengenalkan seseorang pada
kalian.” Sambung tuan Kim kembali, matanya nampak mencari-cari seseorang di
tengah jumlah para tamu yang semakin banyak.
“Kim
Joong Ki.” Panggilnya kepada seseorang. Mysa yang sedari tadi sibuk memandang
aneka hidangan yang tersedia nampak kaget ketika medengar nama yang disebut Tn.
Kim barusan, entah kenapa nama itu familiar ditelinganya.
Tak
berapa lama, seorang pria berjalan ke arah mereka. Toxedo hitam terbalut rapi
di tubuhnya yang tinggi dan berisi, rambutnya ditata sedemikian rupa membuat
siapapun yang memandang wajahnya pasti terkesima, termasuk mata para wanita
yang terus mengikuti gerakkannnya. Tak terkecuali Mysa, tubuhnya panas dingin
ketika melihat sosok pria tampan yang kini tengah berjalan ke arah mereka,
bukan hanya terpesona, Mysa juga sangat terkejut ketika mengetahui bahwa pria
yang dipanggil Tn Kim adalah dokter yang tempo hari ia temui di Kim Children
Hospital. Tiba-tiba nyali Mysa menciut kala mengingat kejadian di lift waktu
itu, kejadian yang membuatnya merasa ditindih berton-ton rasa malu.
“Ini
adalah Kim Jong Ki, anakku.” Tn Kim mengenalkannya. Jong Ki pun menjabat tangan
Tn. Shin dan Mu Gyul, namun saat giliran ingin menjabat tangan Mysa, ia
terhenti sejenak.
“Kau, bukankah kau guru Kim So Eun.” Tebak Jong Ki.
“Kau, bukankah kau guru Kim So Eun.” Tebak Jong Ki.
Mysa
sudah menduga jika dokter itu akan mengenalinya. Ia pun mengangkat kepalanya
perlahan, namun saat manik matanya bertemu dengan tatapan indah Jong Ki, ia
dengan cepat menunduk kembali.
“Kalian sudah saling kenal sebelumnya?” tanya Tn. Kim heran.
“Tidak
appa, kami hanya bertemu sekali di rumah sakit.” Jelas Jong Ki.
“Jadi
kalian belum mengenal satu sama lain? Jong Ki, dia adalah Shin Mysa, gadis yang
menolong appa di Sungai Yung waktu itu.”
“Benarkah?”
kali ini giliran Joong Ki yang merasa
tak percaya.
Lagi-lagi
Mysa hanya mengangguk pelan, sedetikpun matanya tak berani menatap sosok Joong
Ki.
Entah
inisiatif dari mana, Jong Ki menjulurkan tangannya ke arah Mysa. Mysa sempat
terperangah dengan tindakan Joong Ki, awalanya ia ragu untuk menyambutnnya,
tapi senggolan dari Mu Gyul membuatnya berani menggerakkan tangan.
“Kim
Jong Ki.” Jong Ki mengenalkan diri terlebih dulu.
“Shin
Mysa.” Deg, entah dari mana tiba-tiba saja rasa gugup menyelebungi dirinya kala
kulitnya menyentuh tangan pria itu.
“Maaf,
saya ingin permisi dulu. Ada beberapa teman saya yang sedang menunggu di sana.”
Pamit Joong Ki, ia pun berlalu pergi.
“Anak
anda sangat tampan Tn Kim, seperti anda sendiri.” Puji Ayah Mysa.
“Terimakasih,
kalau begitu mari kita mengobrol di sana.” Tn. Kim mengajak Mysa dan Ayahnya
menuju ruang utama pesta itu, tempat berkumpulnya para undangan .
“Appa,
aku ingin ke sana sebentar.” Mysa nampaknya tak tertarik dengan obrolan para
ajhussi itu, sebenarnya perhatiannya sekarang lebih tertuju pada rentetean
menu-menu lezat yang tengah dihidangkan para koki.
“Aku
ikut Nuna.” Rupanya Mugyul juga merasakan hal yang sama.
~ ~ ~
Sementara
itu disebuah meja makan yang terletak dekat dengan taman air mancur..
“Emm,
Mashitta..” ucap Mysa disela makannya yang lahap.
“Nuna,
kau seperti singa kelaparan saja.”
Mysa
hanya memandang adiknya sekilas tak peduli apa yang dikatakannya. Ia malah
terus makan dengan cepat, dua potong paha ayam telah meluncur mulus ke dalam
perutnya. Karena merasa tenggorokannya penuh, ia pun mengambil segelas air
putih kemudian meneguknya cepat, namun tiba-tiba air dalam mulutnya tersemprot
keluar, membuat orang-orang disekitar
mereka menatap aneh bahkan ada yang berbisik sambil menertawakan. Mu Gyul sendiri
terkejut dengan kelakuan nunanya.
“Aishh,
Nuna, kau ini!” Mu gyul terlihat geram melihat tindakan memalukan kakaknya.
~ Mysa
POV ~
Tiba-tiba
air yang kuminum keluar begitu saja, bukan karena aku tersedak, tapi karena
terkejut melihat kehadiran seseorang yang hampir saja membuat nafasku tercekat.
Si namja evil pembawa derita bagiku. Aku melap mulutku segera, pandangan mataku
masih terus memperhatikan gerak-gerik namja itu.
‘Kenapa
dia bisa ada di sini, dan o..oh, dia menghampiri tuan Kim?’
Batinku
terus mengoceh tak jelas. Pria itu memeluk Tn Kim dan Joong Ki bergantian. Sebenarnya
dia itu siapa, dan kenapa sangat akrab dengan Tn Kim, bahkan dengan Dokter
Joong Ki. Ah. Demi apapun, jangan sampai kehadirannya di sini membuatku
menderita seperti sebelum-sebelumnya.
“Kau
membuat harga diriku menderita Grandma. Baru beberapa menit kita di sini kau
sudah membuat hal memalukan” umpat
Mugyul, dengan tatapan horror ke arah Mysa.
Mysa
memerhatikan sekitarnya sejenak, dan benar saja, beberapa pasang mata terlihat setia
memandang ke arah mereka.
“Kita
ke sana.” Tanpa memperdulikan sekitarnya, Mysa menarik tangan Mu Gyul
meninggalkan meja makan itu.
~ ~ ~
Nampak
seorang pria memasuki ruangan pesta dengan mengenakan kaos putih ditutupi jas
hitam dengan tataan rambut yang sangat stylish. Wajahnya tak henti-henti
menebar senyuman ke arah para tamu, terutama kepada para gadis dan itu sukses
membuat mereka terkapar seperti ikan kehabisan air. Tiba diruang utama pesta,
manik matanya berkeliaran mencari sosok yang ingin dia temui, tak berapa lama,
nampaklah di matanya seorang pria paruh baya dengan tubuh tinggi dan tegap dan
raut wajah bijaksana sedang berbincang-bincang, di sebelahnya juga berdiri
seorang pria yang sebenarnya juga sangat ia rindukan. Ia pun tersenyum kembali
dan mulai melangkahkan kaki ke arah mereka.
“Appa.”
Panggil pria itu, masih dengan senyum yang menyiratkan kebahagiaan. Ada perasaan yang meluap-luap dalam dirinya
ketika menatap raut wajah teduh seorang ayah yang selama ini tak lagi
bersamanya
“Kim
Kibum.” Tn. Kim tampak terperangah ketika melihat kedatangan Kibum, anak bungsu
yang sudah lama tak ia temui. Dia memeluk Kibum dengan sangat erat dan lama,
layaknya seorang ayah yang baru saja menemukan anaknya yang hilang. Begitupun
Kibum, ia merasa luapan kasih sayang yang begitu ia rindukan selama ini dari
seorang ayah. Setelah cukup lama memeluknya ayahnya, kini ia bergantian memeluk
kakak lelaki satu-satunya yang tak lain adalah Kim Jong Ki.
“Lama tak bertemu, bagaimana keadaanmu Kibum?”
Jong Ki begitu senang dengan keberadaan adiknya.
“Baik,
appa dan Joong Ki hyung sendiri
bagaimana kabarnya?” Joong Ki bertanya balik.
“Appa
dan Joong Ki sehat-sehat saja, sekarang kakakmu ini sedang membangun karir
barunya di Kim Children Hospital.” Tn. Kim menatap Joong Ki sekilas yang
kemudian dibalas Joong Ki dengan senyuman.
“Kau
sendiri bagaiamana usahamu? Kudengar kau dipercaya eomma untuk mengurus bisnis
impornya yang tengah berkembang.” Joong Ki ikut menimpali perkataan appanya dengan
pertanyaan.
“Iya,
tapi eomma nampaknya tengah mengujiku hyung, kau tau kan, aku ini masih muda
dan pengalamanku dalam memimpin sebuah perusahaan masih cetek. Berbeda dengan
dirimu, kau sudah professional dan mengantongi gelar tinggi, aku yakin kau pasti
dapat melakukan apapun yang appa percayakan padamu.”
“Kita
sama saja Kibum ah, semua ini adalah proses. Tinggal bagaimana saja kita
menjalaninya.” Sahut Joong Ki kembali. Pembicaraan itu pun terus berlanjut
hingga Kibum memohon diri meninggalkan mereka.
Sementara
itu, di belakang sebuah meja besar dengan bermacam hidangan dessert di atasnya.
“Aishh,
kemana namja itu”
Entah
apa yang Mysa lakukan, bersembunyi atau sedang menikmati dessert yang ada di
depannya?.Namun sepertinya ia sedang melakukan kedua hal itu bersamaan.
“Hei
Nyonya Saus, kalau makan sebaiknya jangan berdiri, tidak sopan.” Tegur seorang pria dari
belakangnya dan hal itu sukses membuat Mysa membalikkan badannya.
“N..Noe!!”
pekik Mysa tertahan.
“Ssstt,
jangan berteriak di sini, atau ayahku akan menendangmu keluar dari pestanya.” Kibum
hanya tersenyum melihat ekspresi lucu dari wajah Mysa.
“A..ayah?”
Keterkejutan Mysa berganti dengan aura kebingungan.
“Ne,
Aku adalah Kim Kibum, putera bungsu dari Tn. Kim Joon Woon.” Ucap Kibum dengan
penuh penekanan saat mengucapkan namanya dan ayahnya. Sebenarnya secara tidak
langsung, Kibum telah mengenalkan dirinya didepan gadis itu.
Mysa
hanya terdiam, mematung ditempatnya. Bahkan mulutnya pun berhenti mengunyah
muffin yang baru saja ia ambil.
“Hello..
kenapa kau diam? Apa kau terpesona padaku?” Kibum mengibas-ngibaskan tangannya
di depan wajah Mysa.
“Mwoo??
Percaya diri sekali kau. Mana mungkin aku terpesona dengan evil sepertimu” Mysa
segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, hal itu membuat Kibum terkekeh
pelan.
“Grandma…Grandma..!!!”
Belum pudar rona kesal di wajah Mysa, sudah bertambah lagi karena sekarang si
Mugyul sedang berlari ke arahnya sambil meneriakkan julukan terlarang. Beberapa
orang yang mendengarnya pun sempat menoleh kearahnya.
“Grandma?”
Kibum menahan tawa mendengar panggilan aneh itu. Sontak hal itu sempat membuat Mysa
mendelik tajam ke arahnya.
“Grandma,
tadi aku melihat Yoo Jae Sook, MC favoritmu itu. Dia ada di sana, sedang mengobrol dengan Tn.Kim.”
ucap Mu gyul, ngos-ngosan.
“Ya
Lady Bug, apa kau benar-benar ingin aku lempar ke ujung dunia, hahh?” kali ini
manik indah Mysa benar-benar berubah menjadi bola api yang siap menghanguskan
siapapun yang ia pandang.
“Hei,
nona. Jangan secepat itu kau terpancing emosi. Tapi, bukankah itu panggilan
yang cocok untukmu?” tawa yang sempat ditahan Kibum akhirnya terlepas juga.
Mysa
hanya bisa menahan aliran lava yang mau keluar dari ubun-ubunnya. Tapi
nampaknya, malam itu ia bisa mengontrol dirinya. Ia jadi teringat saran
sahabatnya, Min Ha sebelum kau meledak,
segeralah pergi meninggalkan tempat atau
orang yang membuatmu emosi, dengan begitu, kau akan lebih bisa mengontrol diri.
~ ~ ~
~ Mysa
POV ~
Sial,
setiap kali bertemu dengan pria itu, aku selalu saja ingin meledak. Ibarat aku
adalah sumbu bom, dan ia adalah api kecil yang berada dekatku. Entah ini takdir
atau apa, tapi pertemuanku dengannya benar-benar membuatku gila. Aku sudah
merasa tidak betah dan ingin mencari appa untuk mengajaknya pergi dari sini.
Dukkk,
Astaga,
karena aku berjalan terlalu cepat dan tak memperhatikan orang-orang di depanku,
jadilah aku menabarak seseorang. Dan naasnya lagi, seseorang itu adalah Kim Joong
Ki.
“Kim
Jong Ki si…Mianhae” Ucapku pelan, seraya menatap wajahnya sekilas. Deg.. lagi-lagi
rasa aneh ini merayapiku.
“Tak
apa? Kenapa berjalan terburu-buru seperti itu?” Joong Ki dengan begitu ramahnya
bertanya padaku.
“A..aku,
hanya sedang mencari appa. Ehmm..Kim Joong Ki si, mianhae.” Sekali lagi aku
mengucapkan kata maaf padanya.
Joong
ki mengernyitkan alis “Maaf? tak ada yang perlu dimaafkan, lagi pula kau tidak
sengaja menabrakku.”
“Bukan
maaf untuk itu, tapi..” aku menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kata-kataku
”Aku benar-benar minta maaf karena berbicara hal yang tak pantas di lift waktu
itu, itu karena aku menelan mentah-mentah informasi yang belum tentu
kebenarannya. Aku benar-benar menyesal.” Aku menunduk dalam.
“Kau
masih mengingatnya? Aku tak ambil hati dengan perkataanmu waktu itu. Jadi
lupakan saja.” Perkataan Jong Ki berhasil membuat hatiku terlonjak gembira,
untungnya tubuhku tak ikut meloncat.
“Gomawo
Kim Joong Ki Si.” Entah kekuatan dari mana kali ini aku mulai berani menatap
wajahnya.
“Hyung.”
Terdengar panggilan seorang pria yang berjalan ke arah kami.
“Kibum
si.” Ucapan Joong Ki berhasil membuatku menoleh ke arah namja evil yang
beberapa detik setelahnya baru aku sadari bahwa ia adalah adik kandung Joong
Ki, pantas saja wajah mereka mirip.
“Kau
kenal dengan gadis ini?” tanya Kibum seraya mengarahkan telunjuknya ke arahku.
“Kami
baru berkenalan malam ini walaupun pernah bertemu sebelumnya. Kau sendiri, apa
kau mengenalinya?” Joong Ki balik bertanya.
“Tentu
saja, dia kan teman dekatku hyung.” Aku dikejutkan dengan tindakan tiba-tiba
Kibum yang melingkarkan tangan kirinya di bahuku.
“Dan
mungkin sebentar lagu dia akan menjadi yoeja…”
“Aniya,
aku juga baru mengenalnya malam ini.” Aku segera memutus perkataan Kibum seraya
menurunkan tangannya dari pundakku dengan kasar.
“Hyung,
sepertinya tadi aku melihat Yoona nuna datang . sebaiknya kau cari dia. “ ucap
Kibum kembali, seraya menyapu-nyapu lengan kiri jas hitamnya. Apa pria ini merasa kotor karena pakaiannya telah
menyentuhku.
“Benarkah?
Aku ingin menemuinya. Kalau begitu, aku permisi dulu”
Melihat
Joong Ki pergi membuatku tak bersemangat lagi. Ditambah lagi saat melihat
ekspresi antusiasnya kala mendengar wanita yang bernama Yoona, apa dia adalah
yoeja spesial bagi Kim Joong Ki?
“Kau
tertarik pada kakakku?” pertanyaan seseorang menyadarkanku dari lamunan. Ah
benar saja, sekarang aku hanya berdua dengan Kibum di tempat ini.
“Ani.”
Jawabku jutek.
“Aku
bisa melihat raut berbeda dari wajahmu. Kau nampak begitu lembut saat berada di
depan kakakku. Bisa kupastikan jika kau menyukainya.”
Aku
benar-benar tak memperhatikan ucapan Kibum lagi karena sedari tadi aku kembali
sibuk memandangi sosok Joong Ki yang mulai menghilang dari kerumunan
orang-orang.
“Yaa,
Grandma Saus.”
Kali
ini perkataan Kibum berhasil menarik perhatianku. Aku mendengus sebal.
“Kibum
si, bisakah kau memanggilku dengan lebih sopan?” aku mencoba memaniskan cara
bicaraku, dan hal itu berhasil membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perut.
“Bagaimana
aku bisa memanggilmu dengan sopan, jika namamu saja aku tak tau.”
Ah,
dia benar juga. Aku belum mengenalkan diri padanya.
“Shin
Mysa.” Ucapku, sedikit ketus. Kedua tanganku kulipat di depan dada.
“Hei,
bukan begitu caranya berkenalan.” Kibum menarik tangan kananku dengan lembut kemudian
menjabatnya. “Kim Kibum, senang mengenalmu.” Kali ini dia mengukir senyum
kembali di wajah baby facenya. Apa? Baby face? Ku akui wajahnya memang seperti
bayi imut yang baru lahir, tapi tingkah lakunya membuatku amit-amit.
Dan
berawal dari perkenalan dengan dua insan inilah, lembaran kisah mengejutkanku
dimulai.
Gimana Chingudul part 3 nya, semoga kalian
tetap setia mengikuti perkembangan FF ini ne. . sekali lagi mian kalo ceritanya
gaje. Buat para new readers yang baru baca ff ini jangan lupa komennya juga ya…
^_^
FF Collections Part 1 Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar