GRACE OF LOVE (PART 4)
Author : Shin Eun So
Genre : Romance, Comedy
Main Cast :
- Shin My Sa (OC)
- Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum
- Song Joong Ki as Kim Joong Ki
And other casts
Anyoeng,
akhirnya saya bisa melanjtukan Grace of Love part 4 setelah dua tahun hiatus.. ommooo..
But,
mianhamnida, mungkin ini adalah part terpendek dari ff GoF. Semoga next chap
bisa lebih panjang lagi.
Di
pagi dingin yang dihiasi hujan ringan, seorang guru muda bernama Shin Mysa
terlihat beberapa kali menyunggingkan senyuman di bibirnya. Mungkin jika
dihitung, sudah puluhan kali hal itu ia lakukan. Kejadian beberapa malam lalu
telah meninggalkan bekas indah yang sulit dihapus dari memori otaknya. Sosok
pria bertoxedo hitam dengan wajah tampan itu terus berputar-putar di
fikirannya. Kadang jantungnya berdegup kencang saat mengingat kembali rasa
dimana pria itu menjabat tangannya dengan lembut dan memperkenalkan dirinya.
Andai saja ada kalung pemutar waktu seperti di film Harry Potter, Mysa akan
menggunakannya untuk mengulang kembali reka adegan saat bertemu Dokter Joong Ki,
putra sulung Tuan Kim. Tapi tunggu dulu, jika kejadian itu diulang lagi, apakah
peristiwa menyebalkannya bersama si evil Kibum akan terulang juga. Mysa menggeleng-gelengkan
kepalanya cepat, mengapa disaat ia memikirkan pangeran tampannya tiba-tiba saja
wajah iblis yang menyebalkan itu juga ikut muncul.
Nada
dering dari ponsel menyentakkan Mysa dari lamunan. Dengan cepat ia tekan tombol
terima pada panggilan itu.
“Yoboseyo.”
Sapa Mysa.
“Selamat
siang Mysa so soeng nim, ini aku ibu So Eun. Maaf, memberi kabar mendadak, tadi
pagi sekali So Eun harus dilarikan ke rumah sakit karena penyakitnya kambuh
lagi, jadi hari ini dia tidak bisa ke sekolah.” Suara Ny. Im terdengar cemas.
“Gwenchana
Ny. Im, saya tak akan mengabsen begitu saja walau So Eun tak hadir tanpa kabar
karena saya sudah paham bagaimana kondisinya. Lalu bagaimana keadaan So Eun
sekarang?” tanya Mysa penasaran.
“Lumayan
membaik karena Dr. Jong Ki dengan cepat menanganinya, dan sekarang So Eun
sedang tidur.”
Deg,
tempo jantung Mysa mendadak semakin cepat kala mendengar nama Dokter Joong Ki
disebut. Entah kenapa tiba-tiba saja ia menjadi orang yang gagap .” O..ohh,
syukurlah, eee… Ny. Im, jika tidak sibuk, saya ingin membesuk So Eun sehabis
pulang sekolah nanti.”
“Oh,
tentu saja bisa. Saya sangat senang jika Mysa So soeng Nim datang menemui So
Eun. Semoga So Eun merasa lebih baik setelah kedatangan so seong nim kemari.
Kalau begitu saya ingin mengucapkan terimakasih banyak”
“Nde,
sama-sama.”
Tit..
panggilan itu pun berakhir. Kini bunga-bunga di hati Mysa semakin bermekaran
dan hal itu memberikan efek pada bibirnya untuk terus mengukir senyum lebar.
Tanpa Mysa sadari, tingkahnya itu menjadi perhatian beberapa guru yang tengah berada
di kantor guru saat itu.
* * *
Langkah Mysa nampak cepat
namun terkesan santai. Beberapa detik lalu ia baru saja keluar dari ruang
dimana So Eun dirawat. Kedatangannya disambut Ny. Im dan So Eun yang mulai
sadar dengan gembira. Satu buah keranjang apel bergelayut di jemari tangan
kanan Mysa. Sebelum menuju ke Kim Children Hospital, Mysa menyempatkan diri
untuk membeli dua keranjang apel untuk diberikan kepada muridnya So Eun, dan
satu keranjangnya lagi akan diberikannya kepada Dokter Joong Ki sebagai
permintaan maaf karena kelancangan perkataanya beberapa waktu lalu. Entah dapat
keberanian dari mana, hari itu Mysa benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk
bertemu Dokter Kim Joong Ki. Setelah bertanya kepada salah satu perawat yang ia
temui setelah keluar dari ruangan dimana muridnya dirawat, akhirnya ia
mengetahui ruangan Dokter Joong Ki. Walaupun langkahnya terkesan santai, namun
diwajahnya tersirat rasa gugup yang luar biasa. Ia tak bisa membayangkan jika
sebentar lagi akan bertemu dengan seseorang yang beberapa hari ini selalu mengisi
lamunannya.
Kini langkah kaki Mysa
telah membawa sosoknya melewati koridor bergaya elegan dengan beberapa poster
bertemakan kesehatan tertempel di sisi-sisinya. Salah satu poster menarik
perhatian Mysa, di dalamnya terpampang sosok dokter Joong Ki dengan senyuman
yang menawan namun sarat akan kebijaksanaan sambil memeluk seorang anak kecil
yang menderita penyakit autis. Ditatapnya lekat wajah sang dokter, entah kenapa
rasa aneh itu semakin bergejolak di dalam hati dan fikirannya. Mysa kembali
tersenyum simpul, ‘sebentar lagi aku akan melihat sosok yang lebih tampan dari
pada di poster ini, yaitu dokter Joong Ki sendiri.’ batinnya.
Mysa memperlambat
langkahnya ketika melewati persimpangan koridor, matanya menengok ke arah kiri sejenak
namun tak ada ruangan dengan tulisan Dr. Kim Joong Ki di depannya, seperti yang
dikatakan resepsionis rumah sakit itu beberapa lalu. Mysa pun kembali
mengedarkan pandangannya ke arah kanan. Jantungnya tiba-tiba saja ingin
berhenti, seluruh angota tubuhnya kaku. Bahkan bibirnya pun terasa membeku, tak
bisa mengeluarkan suara bahkan desahan sekalipun. Pemandangan yang lumayan jauh
berada di depannya sekarang telah mengakibatkannya menjadi patung dalam
sekejap. Penglihatannya menangkap dengan jelas sosok pria yang ingin ia temui, Dokter
Joong Ki tengah berpelukan erat dengan seorang wanita berambut panjang, namun
Mysa tak dapat melihat bagaimana wajah wanita itu, yang ia tangkap hanyalah
ekspresi dokter Joong Ki yang nampak menghayati pelukannya dan tak mau melepas
wanita itu seolah tak ingin ia pergi. Mereka benar-benar seperti sepasang kekasih
yang lama tak berjumpa.
Tiba-tiba saja mata Mysa
terasa memanas, entah kenapa rasanya ia ingin menangis keras kala itu juga.
Namun hal itu ditahannya dengan menggigit bibir plumnya hingga ada sepasang
tangan yang menutup mulutnya dan menarik tubuhnya ke dalam koridor.
“Emmm…lepp.” Mysa mencoba
berontak dan menyingkirkan tangan yang menutupi mulutnya.
“Tenang grandma saus, ini
aku, si pangeran tampan.”
Bisikkan pelan seorang pria
di telinganya berhasil membelalakkan mata Mysa. setelah otaknya berhasil
mendeteksi si pemilik suara, ia pun berhenti memberontak diikuti lepasnya
dekapan tangan itu dari mulutnya.
“No.noe!” seru Mysa
setengah berteriak ketika wajahnya berbalik dan menemukan namja yang
dianggapnya evil, Kim Kibum.
“Ssstt, jangan keras-keras.
Kau ingin drama romantis telenovela hyungku kacau hanya karena teriakkanmu?”
Kibum meletakkan jari telunjukknya di bibir Mysa, hal itu pun segera ditepis
kasar olehnya.
“Sedang apa kau di sini?”
tanya Mysa, sarkatis.
“Seharusnya aku yang
bertanya padamu, sedang apa kau di rumah sakit hyungku.” Kibum melempar kembali
pertanyaannya.
“Aku sedang menengok
muridku yang dirawat di rumah sakit ini dan ingin memberikan sesuatu kepada
dokter Joong Ki, …” kata-katanya terputus begitu saja, tatapannya kini tertuju
pada keranjang apel yang ada di tangannya.
“Ikut aku.” Tiba-tiba Kibum
menarik lengan kiri Mysa meninggalkan koridor itu.
* * *
Rumah sakit itu memiliki
sebuah taman terbuka di lantai ke 3. Berbagai macam tumbuhan tumbuh dengan
subur dan tertata rapi. Tempat itu memang sengaja dibuat oleh Kim Children Hospital
untuk membuat udara yang lebih sejuk dan mendekatkan anak-anak dengan alam.
Tempat itu memang selalu ramai dan penuh dengan suara anak-anak yang bermain di
sana. Tak terkecuali seorang gadis yang kini tengah menekukkan wajahnya dengan
seorang pria berwajah baby face di sebelahnya.
“Jadi, dokter Joong Ki
tidak menyukai apel.” Mysa merasa sangat malu setelah mendengar cerita Kibum
bahwa Joong Ki tak suka buah apel, namun ia juga bersyukur karena apel itu tak
jadi ia berikan pada pangeran impiannya. Raut wajahnya masih menunjukkan
kesedihan, momen beberapa waktu lalu yang membuat hatinya terasa dipukul beribu
palu.
“Emm, buah kesukaannya
adalah jeruk. Sejak kecil hyung sudah tak menyukai apel. Kau tak mau apel itu
sia-sia bukan?”
Belum sempat Mysa merespon,
tangan Kibum telah lebih dulu menyambar keranjang apel yang ada di pangkuan
Mysa.
“Yaaa!” Mysa terkejut
dengan aksi Kibum.
“Biar untukku saja, berbanding
terbalik dengan kakakku, apel adalah buah yang paling aku sukai.” Detik
berikutnya satu gigitan apel telah masuk ke dalam rongga mulut Kim Bum.
“Ya sudah, untukmu saja.” Mysa
tak berniat untuk merebut kembali apel itu, pikirannya kini tengah berkecamuk
dan membuatnya kembali tenggelam dalam lamunan.
“Jadi, apakah gadis yang
dipeluk oleh Dokter Joong Ki itu adalah kekasihnya?” setelah beberapa menit
kemudian Mysa membuka pembicaraan.
“Bukan. Mereka berdua
adalah teman dekat.”
Jawaban Kim Bum sontak
membuat Mysa menaikkan wajahnya semangat dan menatap KimBum dengan harapan
bahwa informasi yang akan diberikan selanjutnya sesuai dengan apa yang ada
dibenaknya.
“Tapi, hyungku sangat
mencintai nya.” Lanjut Kim Bum
Baru beberapa detik lalu raut
wajah Mysa berubah sumringah, detik berikutnya ia harus menurunkan bahunya
kembali yang sempat menegang.
“Lalu kenapa mereka tak
menjadi sepasang kekasih?” kali ini otak Mysa mulai dikelilingi rasa penasaran.
“ Itu karena sejak kecil
Yoona Nuna sudah dijodohkan dengan seorang pria pilihan kakeknya. Hyung dan
Nuna telah menjalin persahabatan sejak kecil. Lama kelamaan Joong Ki Hyung
mulai menaruh rasa sukanya kepada Yoona. Apalagi semenjak orang tua kami
bercerai, Joong Ki Hyung yang ikut dengan appa merasa shock karena harus kehilangan sosok seorang ibu. Saat
itulah, dimatanya Yoona bak malaikat penolong yang menariknya untuk keluar dari
jurang kesedihan. Yoona selalu menemani Joong Ki Hyung dan menjadi tempatnya
untuk berbagi keluh dan kesah. Namun kenyataan pahit harus diterimanya karena
Yoona telah dijodohkan dengan seseorang.”
“Lalu?” Mysa sangat tak
sabar mendengar lanjutan cerita Kibum.
“Lalu, kau harus membayarku
untuk melanjutkan cerita ini, girl” Kibum menyeringai kemudian
mengedipkan sebelah matanya.
Mysa mendengus kesal dan
memalingkan wajahnya dari Kibum, baru beberapa menit mereka terlihat akrab,
kini Mysa harus merasa kesal kembali karena ulah si evil Kibum.
“Kau hanya perlu pergi
menemaniku ke festival di sungai Han malam ini, dan aku akan menceritakan
kelanjutannya, bagaimana?” Tawar Kibum masih diiringi seringaiannya.
“Shiroe. Memangnya semudah
itu aku menerima tawaranmu. Dasar evil.” Dengan wajah masam Mysa bangkit dari
duduknya dan meninggalkan Kibum sendiri.
“Ck..ck, tunggu saja
tanggal mainnya Grandma saus, suatu saat kau pasti akan jatuh dalam pelukanku.”
Masih dengan seringaiannya yang khas, Kibum menatap kepergian Mysa.
* * *
Tak seperti biasanya, malam
ini Mysa nampak gelisah di kamarnya. Kejadian siang tadi membuatnya tak bisa
memejamkan mata barang sedetikpun. Rasa penasaran semakin menggelutinya kala
Kibum menggantungkan ceritanya begitu saja. Ah, sepertinya ia memang
ditakdirkan untuk tidak menyukai pria bernama Kibum di dunia ini. Mungkin saja.
“Mysa, ada Min Ha, di luar.”
Teriak Eommanya dari balik pintu kamar Mysa. Sontak Mysa pun bangkit dari
tidurnya dan menuju lantai bawah. Tak biasanya Min ha datang tiba-tiba tanpa
memberi kabar terlebih dahulu.
“Min Ha, apa kabar?” Mysa segera memeluk Min Ha, sahabatnya yang beberapa minggu ini tak ia temui.
“Min Ha, apa kabar?” Mysa segera memeluk Min Ha, sahabatnya yang beberapa minggu ini tak ia temui.
“Baik. Mysa, maaf tak
memberi kabar dulu sebelum datang ke sini. Aku ingin mengajakmu ke festival …
malam ini. Ku harap kau tak sibuk. Sebenarnya ada seseorang yang ingin aku
temui, tapi aku merasa gugup jika harus pergi sendiri” Min Ha menjelaskan
tujuannya menemui Mysa.
“Baiklah, kebetulan aku
free malam ini. Tunggu sebentar ya. Aku ganti baju dulu.”
“OK, lima menit.” Ujar Min
Ha seraya mengangkat kelima jarinya.
Kurang lebih 3 menit
kemudian. Mysa keluar dari kamarnya. Dengan langkah sedikit tergesa ia menuruni
tangga. Ia mengenakan celana hitam, dengan kaos putih dilapisi jaket rajut
berwarna merah hati, rambut panjangnya yang terurai dikuncir kuda. Tak
ketinggalan tas selempang berwarna senada dengan kaosnya ia sampirkan
dibahunya.
“Apa aku lebih dari lima
menit?” tanya Mysa tergesa. Ia tahu sahabatnya itu adalah typical orang yang
menghargai waktu, berbanding terbalik dengan dirinya.
“Ani, waktu dandananmu
bahkan lebih cepat dari pada mantan kekasihku. Kalau begitu, kajja kita
berangkat.” Min ha segera menarik lengan Mysa menuju pintu keluar.
“Oemma, aku dan Min Ha
pergi dulu.” Teriak Mysa.
“Ne.” sahut ibunya
samar-samar dari dapur.
* * *
Sungai Han malam itu
dihiasi kerlap kerlip lampu malam dengan berbagai warna. Beberapa pedagang dari
makanan hingga aksesoris tak ketinggalan meramaikan sungai Han. Tak beberapa
lama kemudian mobil jazz berwarna merah telah membawa Mysa dan Minha ke tempat
itu. Melihat begitu hebohnya festival di sungai Han kali itu, membuat Mysa dan
Min Ha tak sabar untuk melangkahkan kaki mereka menuju tempat keramaian.
Terutama Shin Min Ha yang terlihat terburu-buru,
seperti ada seseorang yang ingin dia temui.
Tiba di tengah –tengah
beberapa orang yang tengah menikmati festival, Min Ha berhenti sejenak.
Kepalanya menoleh ke kanan dan kekiri seperti sedang mencari keberadaan
seseorang. Hingga sebuah tangan menepuk bahunya pelan. Sontak Min ha tak
terkecuali Mysa terlonjak kaget.
“Donghae si.” Ucap Min Ha
pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Demi apapun, kini dirinya telah tenggelam
dalam pesona Dong Hae. Dengan mengenakan celana jeans, kaos putih, gaya rambut
yang ditatan sedikit berantakan dan tak ketinggalan sweeter cokelat yang
melilit di lehernya telah membuat pria itu nyaris seperti pangeran di tengah
karnaval sungai Han.
Mysa yang sedari berceloteh
tak jelas kini ikut terdiam karena kehadiran Dong hae.
“Apa aku membuatmu lama
menunggu?” Min Ha mencoba mengumpulkan kembali sebagian nyawanya yang telah
melayang karena terpikat ketampanan pria yang ada di depannya.
“Sebenarnya aku sudah ada
di sini sejak sore tadi.” Jawab Dong Hae disertai senyuman manisnya. Dan hal
itu hampir kembali berhasil merenggut kesadaran Min Ha.
“Be..begitu ya. Oh ya,
kenalkan, ini sahabatku, Shin Mysa.”
Dong Hae menatap wajah Mysa
sejenak, tiba tiba ia memetikkan jarinya seperti mengingat sesuatu.
“Aaah, kau, gadis yang ada
di Reifal Club waktu itu. Gadis yang berhasil membuat wajah temanku, si Playboy
Kibum memerah seperti kepting rebus di depan umum.” Dong Hae sangat mengingat
kejadian dimana Kibum diteriaki habis-habisan oleh seorang wanita yang sosoknya
kini tengah berada di depannya.
Perkataan Dong Hae berhasil
membuat wajah Mysa memblushing, ia justru merasa malu dengan perilakunya
beberapa waktu lalu. Jika diingat, sosoknya ketika memarahi Kibum di club itu
mirip seperti seorang preman yang memalak untuk mendapatkan uang. Ahh, mengapa
penyesalan selalu datang di akhir.
“Oh itu, iya. Aku ingat.” Mysa
meresponnya dengan sedikit salah tingkah.
“Jadi, kita akan kemana
Dong Hae si?”
Pertanyaan dari Min Ha
membuat Dong Hae terdiam, nampaknya ada sesuatu yang dipikirkannya.
“Kalian hanya datang berdua
ke sini?” Dong Hae balik bertanya.
“Ne.” Jawab Min Ha, dia
merasa sedikit aneh dengan sikap Dong Hae.
Tidak ada respon lagi dari
Dong Hae, dia kemudian menarik handphone dari sakunya dan memainkannya.
“Apa aku mengganggu date
kalian ?” bisik Mysa kepada Min Ha.
“Ini bukan kencan Min Ha, makanya aku mengajakmu.”
“Ini bukan kencan Min Ha, makanya aku mengajakmu.”
“Tapi, sepertinya Dong Hae
hanya ingin berdua denganmu.” Lanjut Mysa kembali.
“Jangan mengada-ngada, mana
mungkin, kami kan baru kenal.” Min Ha mencoba menepis perasangka Mysa.
“Sepertinya kau menyukainya,
lihat, wajahmu memerah.” Mysa terkekeh pelan melihat raut wajah sahabatnya jika
sedang malu itu.
Keheningan diantara mereka terus berlanjut walau Mysa masih terlihat
menggoda Minha dengan bisikan-bisikannya, hingga menit berikutnya suara
seseorang memecah kebisuan mereka.
“Dong Hae ah.”
Seorang pria muncul setelah
memanggil nama Dong Hae.
“Kibum ah.” Dong Hae ikut
berseru setelah mengetahui bahwa seseorang yang memanggil dirinya adalah
temannya sendiri, yaitu Kim Kibum. Mysa yang beberapa detik lalu menyadari
kedatangan Kibum segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia berharap cahaya
yang sedikit remang membuat Kibum tak menyadari keberadaannya.
“Apa yang kau lakukan
disini?” tanya Kibum kepada Dong Hae.
“Aku ada janji kencan.”
Jawaban Dong Hae berhasil
membuat Min Ha semakin memblushing, Mysa yang mendengarnya ikut tersenyum dan menyenggol pelan lengan Min Ha.
“Kau janji kencan dengan
dua orang gadis sekaligus?” tanya Kibum tak percaya sambil melihat ke arah dua
gadis yang ada di depannya. Pertanyaan itu berhasil memancing Mysa untuk
mengangkat wajahnya dan bicara.
“Tentu saja tidak bodoh,
Dong Hae si hanya memiliki janji dengan temanku, Min Ha.” Mysa memandang Kibum
dengan raut kesal.
“Oi, Oi, kita bertemu lagi
Grandma.” Kibum berucap dengan wajah berbinar, hal itu justru diabaikan oleh
Mysa.
“Eemmm, Min Ha, sepertinya
aku harus pergi sendiri. Kalian bisa pergi berdua tanpaku.” Ucap Mysa.
“Tapi Mysa si..”
“Sebenarnya Mysa sendiri
ada janji denganku malam ini.” Putus Kibum.
“Mworago, sejak kapan aku
membuat janji denganmu” seru Mysa.
“Jangan pura-pura lupa
grandma, kau tak ingat perbincangan kita di taman rumah sakit siang tadi.” Kibum
memberikan sinyal dengan mengedipkan matanya ke arah Mysa dan hal itupun segara
dimengerti olehnya.
“O..Ohh, aku baru ingat. Memang
ada hal yang ingin kau bicarakan dengan Kibum malam ini. Nah, sekarang kau tak
perlu khawatirkan ku Minha, kau bisa pergi bersama Dong Hae.”
“Benar tak apa-apa?”
“Nan gwenchana, Kajja Kibum
ah.” Entah dapat dorongan dari mana Mysa dengan cepat menarik tangan Kibum
meninggalkan Min Ha dan Dong Hae.
“Kalau begitu kami pergi
dulu.” Sambung Kibum sambil melambaikan sebelah tangannya yang bebas dari dari
genggaman Mysa.
Kibum
POV
“Kalau begitu kami pergi
dulu.” Ucapku diiringi senyuman bahagia. Ya, aku bahagia karena seorang gadis
cantik tengah menggenggam tanganku erat.
“Mysa ah, ternyata kau
lebih senang menyentuhku lebih dulu dari pada aku yang memulainya.” Ucapanku
berhasil menghentikkan langkah kami yang sudah lumayan jauh dari keberadaan
Dong Hae dan Min Ha. Dengan cepat ia melepaskan genggaman tangannya.
“Prevert! sebelum
berbicara, apakah otakmu sudah memprosesnya dengan benar?”
“Ya..ya.. keep calm
grandma, aku hanya bercanda. Kau tak perlu se-emosi itu. Tapi, aku
menyukainya.” Ucapku disertai senyuman yang pasti akan membuat terpana semua
gadis, terkecuali dirinya.
“Nah, sekarang aku sudah
menemanimu di festival sungai Han. Jadi, kau tak akan mengingkari janjimu untuk
melanjutkan cerita yang sebelumnya kau gantungkan kan?” pertanyaan gadis ini
membuatku mengingat perkataannya siang lalu.
“Tunggu dulu, menemani
katamu? Baru beberapa langkah berjalan bersama sudah dibilang menemani?” Astaga
gadis ini kadang memiliki jalan pikiran yang aneh.
“Lalu?” tanyanya kembali.
“Ikut aku.”
Tanpa basa-basi aku segera
menarik lengannya menuju tempat dimana mobilku di parkir.
Author
POV
“Ya, kau mau membawaku
kemana?” entah sudah berapa kali Mysa melemparkan pertanyaan yang sama, namun
hanya ditanggapi diam oleh Kibum, dia justru terlihat sangat fokus mengemudi.
“Hei, bukankah kau ingin
aku menemani mu ke festival sungai Han?
Dan sekarang kenapa kau membawaku pergi ke tempat lain?” Lanjut Mysa lagi.
“Pernah melihat mobil masuk
jurang tidak? Jika kau terus mengganggu konsentrasiku menyetir, mobil ini
mungkin akan berguling ria di jurang.” Akhirnya Kibum mengeluarkan suaranya dan
hal itu berhasil membuat Mysa membungkam mulutnya.
Tak ada lagi pembicaraan,
keheningan tercipta seketika diantara dua anak manusia itu, hanya terdengar
deru mesin mobil Hyundai yang terus melaju melewati jalanan menanjak. Sesekali
Mysa melirik ke arah Kibum, dan benar saja, ekspresi pria itu terlihat serius.
Suasana ini benar-benar membuat gadis itu bosan dan mengantuk. Ia berkali-kali
mengusap wajahnya mencoba untuk berkompromi dengan kedua matanya yang terus
memaksa untuk menutup. Namun pada akhirnya, gadis itu tak dapat menahan lagi rasa
kantuk yang terus menyerangnya, dan ia pun tertidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar