Selasa, 21 Juli 2015

Grace of Love (Part 4)


GRACE OF LOVE (PART 4)

Author : Shin Eun So

Genre : Romance, Comedy

Main Cast :

-          Shin My Sa (OC)

-          Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum

-          Song Joong Ki as Kim Joong Ki

And other casts

Anyoeng, akhirnya saya bisa melanjtukan Grace of Love part 4 setelah dua tahun hiatus.. ommooo..
But, mianhamnida, mungkin ini adalah part terpendek dari ff GoF. Semoga next chap bisa lebih panjang lagi.

Di pagi dingin yang dihiasi hujan ringan, seorang guru muda bernama Shin Mysa terlihat beberapa kali menyunggingkan senyuman di bibirnya. Mungkin jika dihitung, sudah puluhan kali hal itu ia lakukan. Kejadian beberapa malam lalu telah meninggalkan bekas indah yang sulit dihapus dari memori otaknya. Sosok pria bertoxedo hitam dengan wajah tampan itu terus berputar-putar di fikirannya. Kadang jantungnya berdegup kencang saat mengingat kembali rasa dimana pria itu menjabat tangannya dengan lembut dan memperkenalkan dirinya. Andai saja ada kalung pemutar waktu seperti di film Harry Potter, Mysa akan menggunakannya untuk mengulang kembali reka adegan saat bertemu Dokter Joong Ki, putra sulung Tuan Kim. Tapi tunggu dulu, jika kejadian itu diulang lagi, apakah peristiwa menyebalkannya bersama si evil Kibum akan terulang juga. Mysa menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, mengapa disaat ia memikirkan pangeran tampannya tiba-tiba saja wajah iblis yang menyebalkan itu juga ikut muncul.
Nada dering dari ponsel menyentakkan Mysa dari lamunan. Dengan cepat ia tekan tombol terima  pada panggilan itu.
“Yoboseyo.” Sapa Mysa.
“Selamat siang Mysa so soeng nim, ini aku ibu So Eun. Maaf, memberi kabar mendadak, tadi pagi sekali So Eun harus dilarikan ke rumah sakit karena penyakitnya kambuh lagi, jadi hari ini dia tidak bisa ke sekolah.” Suara Ny. Im terdengar cemas.
“Gwenchana Ny. Im, saya tak akan mengabsen begitu saja walau So Eun tak hadir tanpa kabar karena saya sudah paham bagaimana kondisinya. Lalu bagaimana keadaan So Eun sekarang?” tanya Mysa penasaran.
“Lumayan membaik karena Dr. Jong Ki dengan cepat menanganinya, dan sekarang So Eun sedang tidur.”
Deg, tempo jantung Mysa mendadak semakin cepat kala mendengar nama Dokter Joong Ki disebut. Entah kenapa tiba-tiba saja ia menjadi orang yang gagap .” O..ohh, syukurlah, eee… Ny. Im, jika tidak sibuk, saya ingin membesuk So Eun sehabis pulang sekolah nanti.”
“Oh, tentu saja bisa. Saya sangat senang jika Mysa So soeng Nim datang menemui So Eun. Semoga So Eun merasa lebih baik setelah kedatangan so seong nim kemari. Kalau begitu saya ingin mengucapkan terimakasih banyak”
“Nde, sama-sama.”
Tit.. panggilan itu pun berakhir. Kini bunga-bunga di hati Mysa semakin bermekaran dan hal itu memberikan efek pada bibirnya untuk terus mengukir senyum lebar. Tanpa Mysa sadari, tingkahnya itu menjadi perhatian beberapa guru yang tengah berada di kantor guru saat itu.
* * *
Langkah Mysa nampak cepat namun terkesan santai. Beberapa detik lalu ia baru saja keluar dari ruang dimana So Eun dirawat. Kedatangannya disambut Ny. Im dan So Eun yang mulai sadar dengan gembira. Satu buah keranjang apel bergelayut di jemari tangan kanan Mysa. Sebelum menuju ke Kim Children Hospital, Mysa menyempatkan diri untuk membeli dua keranjang apel untuk diberikan kepada muridnya So Eun, dan satu keranjangnya lagi akan diberikannya kepada Dokter Joong Ki sebagai permintaan maaf karena kelancangan perkataanya beberapa waktu lalu. Entah dapat keberanian dari mana, hari itu Mysa benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk bertemu Dokter Kim Joong Ki. Setelah bertanya kepada salah satu perawat yang ia temui setelah keluar dari ruangan dimana muridnya dirawat, akhirnya ia mengetahui ruangan Dokter Joong Ki. Walaupun langkahnya terkesan santai, namun diwajahnya tersirat rasa gugup yang luar biasa. Ia tak bisa membayangkan jika sebentar lagi akan bertemu dengan seseorang yang beberapa hari ini selalu mengisi lamunannya.
Kini langkah kaki Mysa telah membawa sosoknya melewati koridor bergaya elegan dengan beberapa poster bertemakan kesehatan tertempel di sisi-sisinya. Salah satu poster menarik perhatian Mysa, di dalamnya terpampang sosok dokter Joong Ki dengan senyuman yang menawan namun sarat akan kebijaksanaan sambil memeluk seorang anak kecil yang menderita penyakit autis. Ditatapnya lekat wajah sang dokter, entah kenapa rasa aneh itu semakin bergejolak di dalam hati dan fikirannya. Mysa kembali tersenyum simpul, ‘sebentar lagi aku akan melihat sosok yang lebih tampan dari pada di poster ini, yaitu dokter Joong Ki sendiri.’ batinnya.
Mysa memperlambat langkahnya ketika melewati persimpangan koridor, matanya menengok ke arah kiri sejenak namun tak ada ruangan dengan tulisan Dr. Kim Joong Ki di depannya, seperti yang dikatakan resepsionis rumah sakit itu beberapa lalu. Mysa pun kembali mengedarkan pandangannya ke arah kanan. Jantungnya tiba-tiba saja ingin berhenti, seluruh angota tubuhnya kaku. Bahkan bibirnya pun terasa membeku, tak bisa mengeluarkan suara bahkan desahan sekalipun. Pemandangan yang lumayan jauh berada di depannya sekarang telah mengakibatkannya menjadi patung dalam sekejap. Penglihatannya menangkap dengan jelas sosok pria yang ingin ia temui, Dokter Joong Ki tengah berpelukan erat dengan seorang wanita berambut panjang, namun Mysa tak dapat melihat bagaimana wajah wanita itu, yang ia tangkap hanyalah ekspresi dokter Joong Ki yang nampak menghayati pelukannya dan tak mau melepas wanita itu seolah tak ingin ia pergi. Mereka benar-benar seperti sepasang kekasih yang lama tak  berjumpa.
Tiba-tiba saja mata Mysa terasa memanas, entah kenapa rasanya ia ingin menangis keras kala itu juga. Namun hal itu ditahannya dengan menggigit bibir plumnya hingga ada sepasang tangan yang menutup mulutnya dan menarik tubuhnya ke dalam koridor.
“Emmm…lepp.” Mysa mencoba berontak dan menyingkirkan tangan yang menutupi mulutnya.
“Tenang grandma saus, ini aku, si pangeran tampan.”
Bisikkan pelan seorang pria di telinganya berhasil membelalakkan mata Mysa. setelah otaknya berhasil mendeteksi si pemilik suara, ia pun berhenti memberontak diikuti lepasnya dekapan tangan itu dari mulutnya.
“No.noe!” seru Mysa setengah berteriak ketika wajahnya berbalik dan menemukan namja yang dianggapnya evil, Kim Kibum.
“Ssstt, jangan keras-keras. Kau ingin drama romantis telenovela hyungku kacau hanya karena teriakkanmu?” Kibum meletakkan jari telunjukknya di bibir Mysa, hal itu pun segera ditepis kasar olehnya.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Mysa, sarkatis.
“Seharusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa kau di rumah sakit hyungku.” Kibum melempar kembali pertanyaannya.
“Aku sedang menengok muridku yang dirawat di rumah sakit ini dan ingin memberikan sesuatu kepada dokter Joong Ki, …” kata-katanya terputus begitu saja, tatapannya kini tertuju pada keranjang apel yang ada di tangannya.
“Ikut aku.” Tiba-tiba Kibum menarik lengan kiri Mysa meninggalkan koridor itu.

* * *
Rumah sakit itu memiliki sebuah taman terbuka di lantai ke 3. Berbagai macam tumbuhan tumbuh dengan subur dan tertata rapi. Tempat itu memang sengaja dibuat oleh Kim Children Hospital untuk membuat udara yang lebih sejuk dan mendekatkan anak-anak dengan alam. Tempat itu memang selalu ramai dan penuh dengan suara anak-anak yang bermain di sana. Tak terkecuali seorang gadis yang kini tengah menekukkan wajahnya dengan seorang pria berwajah baby face di sebelahnya.
“Jadi, dokter Joong Ki tidak menyukai apel.” Mysa merasa sangat malu setelah mendengar cerita Kibum bahwa Joong Ki tak suka buah apel, namun ia juga bersyukur karena apel itu tak jadi ia berikan pada pangeran impiannya. Raut wajahnya masih menunjukkan kesedihan, momen beberapa waktu lalu yang membuat hatinya terasa dipukul beribu palu.
“Emm, buah kesukaannya adalah jeruk. Sejak kecil hyung sudah tak menyukai apel. Kau tak mau apel itu sia-sia bukan?”
Belum sempat Mysa merespon, tangan Kibum telah lebih dulu menyambar keranjang apel yang ada di pangkuan Mysa.
“Yaaa!” Mysa terkejut dengan aksi Kibum.
“Biar untukku saja, berbanding terbalik dengan kakakku, apel adalah buah yang paling aku sukai.” Detik berikutnya satu gigitan apel telah masuk ke dalam rongga mulut Kim Bum.
“Ya sudah, untukmu saja.” Mysa tak berniat untuk merebut kembali apel itu, pikirannya kini tengah berkecamuk dan membuatnya kembali tenggelam dalam lamunan.
“Jadi, apakah gadis yang dipeluk oleh Dokter Joong Ki itu adalah kekasihnya?” setelah beberapa menit kemudian Mysa membuka pembicaraan.
“Bukan. Mereka berdua adalah teman dekat.”
Jawaban Kim Bum sontak membuat Mysa menaikkan wajahnya semangat dan menatap KimBum dengan harapan bahwa informasi yang akan diberikan selanjutnya sesuai dengan apa yang ada dibenaknya.
“Tapi, hyungku sangat mencintai nya.” Lanjut Kim Bum
Baru beberapa detik lalu raut wajah Mysa berubah sumringah, detik berikutnya ia harus menurunkan bahunya kembali yang sempat menegang.
“Lalu kenapa mereka tak menjadi sepasang kekasih?” kali ini otak Mysa mulai dikelilingi rasa penasaran.
“ Itu karena sejak kecil Yoona Nuna sudah dijodohkan dengan seorang pria pilihan kakeknya. Hyung dan Nuna telah menjalin persahabatan sejak kecil. Lama kelamaan Joong Ki Hyung mulai menaruh rasa sukanya kepada Yoona. Apalagi semenjak orang tua kami bercerai, Joong Ki Hyung yang ikut dengan appa merasa shock karena  harus kehilangan sosok seorang ibu. Saat itulah, dimatanya Yoona bak malaikat penolong yang menariknya untuk keluar dari jurang kesedihan. Yoona selalu menemani Joong Ki Hyung dan menjadi tempatnya untuk berbagi keluh dan kesah. Namun kenyataan pahit harus diterimanya karena Yoona telah dijodohkan dengan seseorang.”
“Lalu?” Mysa sangat tak sabar mendengar lanjutan cerita Kibum.
“Lalu, kau harus membayarku untuk melanjutkan cerita ini, girl” Kibum menyeringai kemudian mengedipkan sebelah matanya.
Mysa mendengus kesal dan memalingkan wajahnya dari Kibum, baru beberapa menit mereka terlihat akrab, kini Mysa harus merasa kesal kembali karena ulah si evil Kibum.
“Kau hanya perlu pergi menemaniku ke festival di sungai Han malam ini, dan aku akan menceritakan kelanjutannya, bagaimana?” Tawar Kibum masih diiringi seringaiannya.
“Shiroe. Memangnya semudah itu aku menerima tawaranmu. Dasar evil.” Dengan wajah masam Mysa bangkit dari duduknya dan meninggalkan Kibum sendiri.
“Ck..ck, tunggu saja tanggal mainnya Grandma saus, suatu saat kau pasti akan jatuh dalam pelukanku.” Masih dengan seringaiannya yang khas, Kibum menatap kepergian Mysa.

* * *
Tak seperti biasanya, malam ini Mysa nampak gelisah di kamarnya. Kejadian siang tadi membuatnya tak bisa memejamkan mata barang sedetikpun. Rasa penasaran semakin menggelutinya kala Kibum menggantungkan ceritanya begitu saja. Ah, sepertinya ia memang ditakdirkan untuk tidak menyukai pria bernama Kibum di dunia ini. Mungkin saja.
“Mysa, ada Min Ha, di luar.” Teriak Eommanya dari balik pintu kamar Mysa. Sontak Mysa pun bangkit dari tidurnya dan menuju lantai bawah. Tak biasanya Min ha datang tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
          “Min Ha, apa kabar?” Mysa segera memeluk Min Ha, sahabatnya yang beberapa minggu ini tak ia temui.
“Baik. Mysa, maaf tak memberi kabar dulu sebelum datang ke sini. Aku ingin mengajakmu ke festival … malam ini. Ku harap kau tak sibuk. Sebenarnya ada seseorang yang ingin aku temui, tapi aku merasa gugup jika harus pergi sendiri” Min Ha menjelaskan tujuannya menemui Mysa.
“Baiklah, kebetulan aku free malam ini. Tunggu sebentar ya. Aku ganti baju dulu.”
“OK, lima menit.” Ujar Min Ha seraya mengangkat kelima jarinya.

Kurang lebih 3 menit kemudian. Mysa keluar dari kamarnya. Dengan langkah sedikit tergesa ia menuruni tangga. Ia mengenakan celana hitam, dengan kaos putih dilapisi jaket rajut berwarna merah hati, rambut panjangnya yang terurai dikuncir kuda. Tak ketinggalan tas selempang berwarna senada dengan kaosnya ia sampirkan dibahunya.
“Apa aku lebih dari lima menit?” tanya Mysa tergesa. Ia tahu sahabatnya itu adalah typical orang yang menghargai waktu, berbanding terbalik dengan dirinya.
“Ani, waktu dandananmu bahkan lebih cepat dari pada mantan kekasihku. Kalau begitu, kajja kita berangkat.” Min ha segera menarik lengan Mysa menuju pintu keluar.
“Oemma, aku dan Min Ha pergi dulu.” Teriak Mysa.
“Ne.” sahut ibunya samar-samar dari dapur.

* * *
Sungai Han malam itu dihiasi kerlap kerlip lampu malam dengan berbagai warna. Beberapa pedagang dari makanan hingga aksesoris tak ketinggalan meramaikan sungai Han. Tak beberapa lama kemudian mobil jazz berwarna merah telah membawa Mysa dan Minha ke tempat itu. Melihat begitu hebohnya festival di sungai Han kali itu, membuat Mysa dan Min Ha tak sabar untuk melangkahkan kaki mereka menuju tempat keramaian. Terutama Shin Min Ha yang terlihat  terburu-buru, seperti ada seseorang yang ingin dia temui.
Tiba di tengah –tengah beberapa orang yang tengah menikmati festival, Min Ha berhenti sejenak. Kepalanya menoleh ke kanan dan kekiri seperti sedang mencari keberadaan seseorang. Hingga sebuah tangan menepuk bahunya pelan. Sontak Min ha tak terkecuali Mysa terlonjak kaget.
“Donghae si.” Ucap Min Ha pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Demi apapun, kini dirinya telah tenggelam dalam pesona Dong Hae. Dengan mengenakan celana jeans, kaos putih, gaya rambut yang ditatan sedikit berantakan dan tak ketinggalan sweeter cokelat yang melilit di lehernya telah membuat pria itu nyaris seperti pangeran di tengah karnaval sungai Han.
Mysa yang sedari berceloteh tak jelas kini ikut terdiam karena kehadiran Dong hae.
“Apa aku membuatmu lama menunggu?” Min Ha mencoba mengumpulkan kembali sebagian nyawanya yang telah melayang karena terpikat ketampanan pria yang ada di depannya.
“Sebenarnya aku sudah ada di sini sejak sore tadi.” Jawab Dong Hae disertai senyuman manisnya. Dan hal itu hampir kembali berhasil merenggut kesadaran Min Ha.
“Be..begitu ya. Oh ya, kenalkan, ini sahabatku, Shin Mysa.”
Dong Hae menatap wajah Mysa sejenak, tiba tiba ia memetikkan jarinya seperti mengingat sesuatu.
“Aaah, kau, gadis yang ada di Reifal Club waktu itu. Gadis yang berhasil membuat wajah temanku, si Playboy Kibum memerah seperti kepting rebus di depan umum.” Dong Hae sangat mengingat kejadian dimana Kibum diteriaki habis-habisan oleh seorang wanita yang sosoknya kini tengah berada di depannya.
Perkataan Dong Hae berhasil membuat wajah Mysa memblushing, ia justru merasa malu dengan perilakunya beberapa waktu lalu. Jika diingat, sosoknya ketika memarahi Kibum di club itu mirip seperti seorang preman yang memalak untuk mendapatkan uang. Ahh, mengapa penyesalan selalu datang di akhir.
“Oh itu, iya. Aku ingat.” Mysa meresponnya dengan sedikit salah tingkah.
“Jadi, kita akan kemana Dong Hae si?”
Pertanyaan dari Min Ha membuat Dong Hae terdiam, nampaknya ada sesuatu yang dipikirkannya.
“Kalian hanya datang berdua ke sini?” Dong Hae balik bertanya.
“Ne.” Jawab Min Ha, dia merasa sedikit aneh dengan sikap Dong Hae.
Tidak ada respon lagi dari Dong Hae, dia kemudian menarik handphone dari sakunya dan memainkannya.
“Apa aku mengganggu date kalian ?” bisik Mysa kepada Min Ha.
          “Ini bukan kencan Min Ha, makanya aku mengajakmu.”
“Tapi, sepertinya Dong Hae hanya ingin berdua denganmu.” Lanjut Mysa kembali.
“Jangan mengada-ngada, mana mungkin, kami kan baru kenal.” Min Ha mencoba menepis perasangka Mysa.
“Sepertinya kau menyukainya, lihat, wajahmu memerah.” Mysa terkekeh pelan melihat raut wajah sahabatnya jika sedang malu itu.
Keheningan diantara mereka  terus berlanjut walau Mysa masih terlihat menggoda Minha dengan bisikan-bisikannya, hingga menit berikutnya suara seseorang memecah kebisuan mereka.
“Dong Hae ah.”
Seorang pria muncul setelah memanggil nama Dong Hae.
“Kibum ah.” Dong Hae ikut berseru setelah mengetahui bahwa seseorang yang memanggil dirinya adalah temannya sendiri, yaitu Kim Kibum. Mysa yang beberapa detik lalu menyadari kedatangan Kibum segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia berharap cahaya yang sedikit remang membuat Kibum tak menyadari keberadaannya.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Kibum kepada Dong Hae.
“Aku ada janji  kencan.”
Jawaban Dong Hae berhasil membuat Min Ha semakin memblushing, Mysa yang mendengarnya ikut tersenyum  dan menyenggol pelan lengan Min Ha.
“Kau janji kencan dengan dua orang gadis sekaligus?” tanya Kibum tak percaya sambil melihat ke arah dua gadis yang ada di depannya. Pertanyaan itu berhasil memancing Mysa untuk mengangkat wajahnya dan bicara.
“Tentu saja tidak bodoh, Dong Hae si hanya memiliki janji dengan temanku, Min Ha.” Mysa memandang Kibum dengan raut kesal.
“Oi, Oi, kita bertemu lagi Grandma.” Kibum berucap dengan wajah berbinar, hal itu justru diabaikan oleh Mysa.
“Eemmm, Min Ha, sepertinya aku harus pergi sendiri. Kalian bisa pergi berdua tanpaku.” Ucap Mysa.
“Tapi Mysa si..”
“Sebenarnya Mysa sendiri ada janji denganku malam ini.” Putus Kibum.
“Mworago, sejak kapan aku membuat janji denganmu” seru Mysa.
“Jangan pura-pura lupa grandma, kau tak ingat perbincangan kita di taman rumah sakit siang tadi.” Kibum memberikan sinyal dengan mengedipkan matanya ke arah Mysa dan hal itupun segara dimengerti olehnya.
“O..Ohh, aku baru ingat. Memang ada hal yang ingin kau bicarakan dengan Kibum malam ini. Nah, sekarang kau tak perlu khawatirkan ku Minha, kau bisa pergi bersama Dong Hae.”
“Benar tak apa-apa?”
“Nan gwenchana, Kajja Kibum ah.” Entah dapat dorongan dari mana Mysa dengan cepat menarik tangan Kibum meninggalkan Min Ha dan Dong Hae.
“Kalau begitu kami pergi dulu.” Sambung Kibum sambil melambaikan sebelah tangannya yang bebas dari dari genggaman Mysa.

Kibum POV
“Kalau begitu kami pergi dulu.” Ucapku diiringi senyuman bahagia. Ya, aku bahagia karena seorang gadis cantik tengah menggenggam tanganku erat.
“Mysa ah, ternyata kau lebih senang menyentuhku lebih dulu dari pada aku yang memulainya.” Ucapanku berhasil menghentikkan langkah kami yang sudah lumayan jauh dari keberadaan Dong Hae dan Min Ha. Dengan cepat ia melepaskan genggaman tangannya.
“Prevert! sebelum berbicara, apakah otakmu sudah memprosesnya dengan benar?”
“Ya..ya.. keep calm grandma, aku hanya bercanda. Kau tak perlu se-emosi itu. Tapi, aku menyukainya.” Ucapku disertai senyuman yang pasti akan membuat terpana semua gadis, terkecuali dirinya.
“Nah, sekarang aku sudah menemanimu di festival sungai Han. Jadi, kau tak akan mengingkari janjimu untuk melanjutkan cerita yang sebelumnya kau gantungkan kan?” pertanyaan gadis ini membuatku mengingat perkataannya siang lalu.
“Tunggu dulu, menemani katamu? Baru beberapa langkah berjalan bersama sudah dibilang menemani?” Astaga gadis ini kadang memiliki jalan pikiran yang aneh.
“Lalu?” tanyanya kembali.
“Ikut aku.” 
Tanpa basa-basi aku segera menarik lengannya menuju tempat dimana mobilku di parkir.

Author POV
“Ya, kau mau membawaku kemana?” entah sudah berapa kali Mysa melemparkan pertanyaan yang sama, namun hanya ditanggapi diam oleh Kibum, dia justru terlihat sangat fokus mengemudi.
“Hei, bukankah kau ingin aku menemani mu  ke festival sungai Han? Dan sekarang kenapa kau membawaku pergi ke tempat lain?” Lanjut Mysa lagi.
“Pernah melihat mobil masuk jurang tidak? Jika kau terus mengganggu konsentrasiku menyetir, mobil ini mungkin akan berguling ria di jurang.” Akhirnya Kibum mengeluarkan suaranya dan hal itu berhasil membuat Mysa membungkam mulutnya.

Tak ada lagi pembicaraan, keheningan tercipta seketika diantara dua anak manusia itu, hanya terdengar deru mesin mobil Hyundai yang terus melaju melewati jalanan menanjak. Sesekali Mysa melirik ke arah Kibum, dan benar saja, ekspresi pria itu terlihat serius. Suasana ini benar-benar membuat gadis itu bosan dan mengantuk. Ia berkali-kali mengusap wajahnya mencoba untuk berkompromi dengan kedua matanya yang terus memaksa untuk menutup. Namun pada akhirnya, gadis itu tak dapat menahan lagi rasa kantuk yang terus menyerangnya, dan ia pun tertidur.




FF Collections     PART 1      PART 2          PART 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar