Minggu, 19 November 2017

ENTRE Part 4 (Peach)



ENTRE (Part 4 – Peach)
By Shin Eun So / Nugichan (WP)

Casts :
Kwan Eunhye (OC), Oh Sehun (EXO), Park Chanyeol (EXO),
Hwang Min Hyun (Wanna One), Park Sohee (OC), Moon Reina (OC)
and Others Casts

AU, Romance, Hurt/Comfort

Chapter – PG’17
This is only a FICTION. The plot and story originally come from my mind.

Reina meletakkan sedikit kasar parfum  brand Lancome di atas meja riasnya, gadis itu mendesis pelan melihat pantulan seorang pria dari kaca meja rias yang tengah sibuk memainkan tablet dengan mimik serius. Sebenarnya Reina mampu membuat pria itu menghentikan aktivitas “gila kerja” nya, namun ia dapat memahami karena belakangan ini ia telah banyak memaksa pria itu untuk menemaninya mengurus acara penting yang akan diadakan hari ini, acara pertunangan mereka.

Suara ketukan terdengar, menarik kedua atensi insan itu menuju ke arah pintu hingga muncul seorang pria berpakaian khas pelayan yang masuk dan membungkuk hormat.

“Saya diminta Nyonya Han untuk menyampaikan bahwa sepuluh menit lagi acara akan dimulai.”

“Baiklah, kami akan turun sebentar lagi.” Sahut Reina, ia tersenyum mengetahui pesan itu berasal dari ibunya.

Setelah pelayan itu pamit pergi, Reina kembali mematut dirinya di depan kaca, merapikan sedikit sisa-sisa anak rambut yang tak terikat. Ia kemudian berdiri untuk merapikan bagian bawah maxi dress-nya yang berwarna monokrom, sebelum akhirnya berbalik ke arah pria yang masih tenggelam dalam kesibukannya, Park Chanyeol.
“Chanyeol-a, bagaimana penampilanku?”
Chanyeol menarik pandangannya sekilas ke arah Reina kemudian kembali sibuk menggerakkan jarinya pada layar tablet, “bagus.”
Mendengar tanggapan singkat Chanyeol, Reina mendengus pelan. Ia lantas berjalan ke arah Chanyeol dan mengambil tablet yang ada di tangan pria itu kemudian meletakkannya di atas meja.
“Aku sudah memintamu baik-baik Tuan Park, setidaknya hargailah permintaanku.”
Chanyeol menghela nafasnya, ia dapat memahami kenapa gadis di depannya menunjukkan aura kesal. Ia telah mengabaikan keberadaan Reina sejak mereka tiba di salah satu kawasan elit di distrik Gangnam yang mereka pilih sebagai tempat acara pertunangan. Beruntung sampai saat ini ibunya tidak mengunjungi ruangan yang sengaja ia pesan untuk tempat persiapan, jika tidak nyonya besar Park itu pasti memarahinya habis-habisan karena masih sibuk bekerja di hari penting mereka.
Chanyoel memperhatikan sejenak penampilan Reina seraya menggaruk-garuk pelipisnya yang terasa gatal kemudian berucap “Kau cantik malam ini.”
Ucapan Chayeol berhasil membuat desiran aneh di hati Reina, walau ia yakin jika  Chanyeol tak mengatakan kalimat itu sepenuh hatinya.
“Lupakan, aku tak perlu pujian darimu sekarang. Bersiaplah, sebentar lagi kita akan turun.”
Reina kembali duduk di depan meja riasnya sambil menetralkan detak jantungnya yang naik beberapa tingkat di atas normal. Ia sadar jika dirinya tak bisa menaruh harapan banyak pada hari pertunangannya itu, salah satu hal yang pernah menjadi mimpinya sejak remaja, dimana sebelum menikah nanti ia ingin mengadakan acara pertunangan yang dirancang oleh dirinya sendiri dengan orang yang dicintainya, atau lebih tepatnya dengan orang yang juga membalas cintanya. Ia menoleh ke arah Chanyeol yang diam-diam kembali mengambil tablet dari atas meja di sampingnya. Sampai saat ini pun ia masih sangsi dengan keputusan yang ia ambil dengan menyetujui perjodohannya bersama pria itu.
~
Hwang Minhyun, pria itu terlihat bersandar pada mobil silvernya sambil menggerak-gerakkan kaki, mencoba mengusir rasa gugup yang menyergap sejak ia memutuskan untuk menuju ke sebuah apartemen di salah satu distrik Gurogu. Dengan ragu ia mengambil handphone dari dalam jasnya, mengecek kembali pesan yang beberapa menit lalu masuk. Pria itu benar-benar bingung dengan dirinya sendiri dan sampai sekarang dirinya masih tak percaya dengan kenekatannya untuk menghubungi dan meminta gadis yang baru ia kenal belum satu bulan untuk menemaninya pergi.
“Mihnyun-si, maaf membuatmu lama menunggu.”
Minhyun berhenti memainkan ponsel ketika mendengar seseorang berbicara padanya. Ia lantas menaikkan pandangan menuju sosok tersebut. Seorang gadis yang mengenakan dress berwarna peach selutut kini tengah tersenyum ke arahnya, surai indahnya terkumpul dalam satu ikatan dan hal itu semua berhasil menarik Minhyun dari kesadarannya.
“Mihyun-si?”
Minhyun menggelengkan kepalanya cepat ketika mendengar suara gadis itu kembali memanggil namanya.
“O..oh, ti…tidak, a..aku baru tiba beberapa menit lalu.” Minhyun menyahut gagap, apakah ia terkena syndrome Asperger sekarang?
Gadis itu - Eunhye hanya bisa tersenyum melihat tingkah kaku Minhyun yang sibuk menggosok-gosok bagian tengkuknya sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya. Keheningan meliputi mereka sejenak hingga hembusan pelan angin malam menggerakkan ujung-ujung dress Eunhye. Hawa dingin itu ikut menyapa tengkuk Minhyun, membuatnya sadar jika ia telah membiarkan seorang gadis yang berdiri di depannya merasa kedinginan. Segera Minhyun berbalik dan membukakan pintu untuk Eunhye.
~
Tak ada pembicaraan semenjak kedua orang itu memasuki mobil, perasaan canggunglah yang sekarang mendominasi mereka berdua, terutama pada diri Minhyun yang masih kesulitan menormalkan detak jantungnya saat berada di dekat Eunhye. Dia akui, penampilan Eunhye malam ini terlihat sederhana namun terkesan mempesona, dan entah mengapa Minhyun merasa menjadi orang beruntung karena dapat bersama gadis itu. Ia sangat penasaran bagaimana tanggapan sahabatnya nanti ketika ia bisa memenuhi tantangan yang diberikan.
Minhyun berkali-kali melihat ke arah spion depan mobil, memperhatikan raut wajah datar Eunhye yang saat ini tengah memandang ke arah luar. Merasa jengah dengan situasi, ia pun berdeham hendak memulai pembicaraan.
Gomawo
Ucapan Minhyun berhasil membuat Eunhye menoleh ke arahnya.
“Karena kau mau membantuku malam ini.” Lanjut Minhyun.
“Aku senang membantumu, lagipula ini malam akhir pekan, dan kebetulan aku sedang tidak ada acara.”
Ya, Eunhye kembali diingatkan dimana malam itu teleponnya berdering karena panggilan seseorang yang tak lain adalah Minhyun. Pria itu memintanya untuk menemani ke acara pertunangan sahabatnya, dan Eunhye tak dapat menyembunyikan tawanya ketika Minhyun menceritakan alasan jika ia pergi ke acara itu tanpa membawa pasangan. Ia harus menerima hukuman dari sahabat kecilnya-begitu yang Eunhye ketahui, yang pasti itu adalah hukuman menggelikan yang pernah ia dengar.
“Eunhye-si, apakah ini tak masalah?” Minhyun menoleh sekilas ke arah Eunhye, kemudian berdeham sebelum melanjutkan kata-katanya, “Maksuduku..apa ini tak mengganggu seseorang?”
Eunhye mengernyit, ia memahami maksud perkataan Minhyun.
“Untuk saat ini, kurasa tidak.”
Perkataan Eunhye berhasil membuat Minhyun mengulum senyumnya. Walaupun Eunhye sendiri merasa tak yakin dengan dengan jawabannya barusan. Tapi bukankah itu kenyatannya, mengingat dirinya saat ini memang tak memiliki ‘status’ dengan seseorang. Entah kenapa ia berfkir untuk menjadikan ini sebagai alasan agar ia dapat memutus ikatan yang selama ini melingkupi dirinya, walau ia sendiri tau itu bukanlah hal mudah.
~
Eunhye cukup terperangah ketika mengetahui Minhyun membawa mobilnya memasuki salah satu kawasan elit, bisa ia tebak jika sahabat Minhyun bukanlah orang biasa karena mengadakan acara pertunangan di tempat berkelas yang biasanya disewa para pejabat maupun pebisnis.
Mereka kemudian berjalan bersama menuju sebuah bangunan yang terkesan klasik. Eunhye dapat melihat setidaknya ada lima karangan bunga dari beberapa perusahaan yang cukup ia ketahui namanya. Saat di perjalanan tadi Minhyun sempat mengatakan jika acara pertunangan ini adalah acara privasi, dan hanya orang-orang terdekat yang diundang. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang sebenarnya ingin ia tanyakan kepada Minhyun sedari tadi.
“Minhyun-si, kalau aku boleh tau, siapa nama sahabatmu itu?”
Minhyun menghentikan langkahnya sebentar sebelum mencapai resepsionis acara.
“Moon Reina, kau tau Shinhan group, dia bekerja sebagai manajer utama di sana, dan Presdir Moon Jang Guk adalah ayahnya ”
Setika Eunhye menampakkan senyum kakunya, jika dugaannya benar Moon Reina yang dimaksud adalah orang yang sama dengan yang ada di fikirannya, maka itu berarti saat ini ia juga tengah menghadari acara pertuangan sahabatnya. Dan dugaannya semakin kuat, kala ia melihat Minhyun menunjukkan sebuah undangan kepada resepsionis acara, bentuknya persis seperti apa yang ia lihat beberapa hari lalu di dashboard mobil Chanyeol saat pria itu mengantarnya pulang.
Minhyun dan Eunhye kemudian memasuki area semi outdoor yang terlihat elegan, klasik, mewah dengan dekorasi yang menawan. Hwang Min Hyun, pria itu kemudian mengajak Eunhye untuk menyapa teman dan beberapa kolega kerjanya. Entah kenapa pria itu sangat bersemangat untuk mengenalkan sosok Eunhye, ia bahkan banyaj mendapat pertanyaan dan godaan karena tak biasanya seorang Hwang Minhyun membawa gadis. Eunhye sesekali tersenyum dan ikut dalam pembicaraan, namun sesuatu masih menarik perhatiannya sejak tadi, sebuah figura foto Park Chanyeol dan Moon Reina yang terpajang cantik di dekat sebuah taman air mancur. Tak terasa, sudut-sudut bibirnya terangkat, sebagai wujud rasa turut bahagia, namun ia juga tak dapat membohongi jika ada perasaan lain yang mengganggu hatinya.
Dalam keterdiamannya, tiba-tiba Eunhye merasakan seseorang menyenggol bagian belakangnya, membuat minuman yang dipegangnya hampir saja tumpah. Eunhye lantas berbalik dan melihat seorang gadis dengan wajah familiar membungkuk dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.
“Maafkan aku agashi, maaf..”
“Sohee-si” sapa Eunhye, begitu ia mengenali sosok gadis itu.
“Eunhye eonni, kau kah itu?”  gadis yang dipanggil Sohee itu tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, ia lantas tersenyum girang dengan menunjukkan bentuk matanya yang khas.
 “Aku hampir tak mengenali eonni, kau sangat cantik malam ini.”
“Kau juga Sohee-a, kau terlihat lebih dewasa.” Eunhye memerhatikan sejenak penampilan Sohee yang mengenakan gaun berwarna biru muda dengan tatanan rambut yang digulung ke atas, membuatnya terlihat lebih berbeda.
Gomawo eonni, Eonni kemari bersama siapa?
Pertanyaan Sohee seakan membuat Eunhye sadar, ia terdiam sejenak memperhatikan sekitar, jika dugaannya benar, Sohee pasti datang bersama Sehun.
“Apa dia temanmu?” Ucap Minyun tiba-tiba, sepertinya pria itu telah memperhatikan pertemuan Eunhye dan gadis yang ada di depannya.
“Ah, Mihyun-a, kenalkan, dia Park Sohee, sebenarnya kami juga belum lama saling mengenal.”
Minhyun dan Sohee kemudian saling berjabat tangan memperkenalkan diri.
“Eonni, ternyata kau memang bohong padaku.” Ucap Sohee sedikit berbisik dengan mata memicing, mengingatkan kembali akan pertanyaannya beberapa waktu lalu tentang status Eunhye.
Eunhye hanya menanggapinya dengan tawa kecil, sebenarnya ia ingin meluruskan segala sesuatu yang ada di fikiran gadis itu mengenai sosok pria yang bersamanya saat ini, namun ia urungkan ketika melihat seseorang tengah berjalan ke arah mereka.
“Sohee-a.”
“Oppa, kau kemana saja? Aku hampir tersesat karena terpisah denganmu.”
Dugaan Eunhye memang benar, Oh Sehun datang ke acara ini bersama Sohee. Eunhye berniat menyapa namun Sehun tak sedikitpun menoleh ke arahnya, wajah pria itu terkesan datar. Ia ragu apakah Sehun memang sengaja tak mengenali dirinya.
“Oh, Sehun-si. Senang bertemu kembali.”
Eunhye mengernyit begitu melihat Minhyun mengulurkan tangannya dan dibalas Sehun. Dan selanjutnya terdengar pembicaraan singkat di antara mereka, dan Eunhye dapat menyimpulkan jika Sehun dan Minhyun pernah terlibat dalam hubungan bisnis.
“Oppa, kau ingat ketika aku kabur ke taman dulu, aku bertemu Eunhye eonni dan dialah yang mentraktirku makan siang.” Sohee berucap seraya menunjuk ke arah Eunhye, dan itu membuat Sehun ikut memandang ke arahnya.
“Sebenarnya kami adalah teman sejak sekolah menengah pertama dulu.” Ucap Sehun masih dengan tatapan datarnya pada Eunhye, seakan menujukkan jika mereka memang benar hanya teman biasa.
“Wah, benarkah, berarti Eunhye Eonni juga berteman dengan Chanyeol oppa.” Sahut Sohee dengan antusias.
Hingga detik berikutnya, terdengar dengungan mikrofon disertai suara MC yang mengatakan bahwa sebentar lagi acara akan dimulai.
“Acara sebentar lagi dimulai, ayo kita mendekat.” Ajak Minhyun seraya menarik pergelangan Eunhye, diikuti Sohee yang tak mau kalah dengan menggandeng lengan Sehun. 
~
Reina dan Chanyeol terlihat berjalan bersama menuju sebuah altar yang dipenuhi dekorasi bunga yang menjadi tempat acara puncak. Reina, gadis itu tak hentinya menebar senyuman, dan Chanyeol yang sesekali terlihat menunduk kepada beberapa orang yang sepertinya adalah para petinggi perusahaan.
Hingga acara puncak tiba, setelah sambutan dari pihak keluarga, kini saatnya Reina dan Chanyeol saling menukar cincin. Riuh tepuk tangan menyambut kedua insan itu. Diantara keriuhan, diam-diam Sehun memperhatikan Eunhye yang berdiri tak jauh darinya, mencoba menebak apa yang ada di hati gadis itu saat ini, namun tak sedikit pun  tergambar dari raut wajahnya.
Setelah acara tukar cincin selesai, Minhyun segera mengajak Eunhye untuk menemui sahabatnya. Sebenarnya inilah momen yang paling dinantikannya, menjawab tantangan yang diberikan Reina.
“Minhyun-a.”
Minhyun bahkan masih berada beberapa meter jauhnya, namun Reina telah lebih dulu meneriakkan namanya seraya melambai-lambaikan tangan. Awalnya ekspresi gadis itu begitu bahagia karena dapat melihat sahabatnya datang, dan ekspresi itu seketika berganti dengan keterkejutan ketika ia melihat Minhyun tengah menggandeng seorang wanita.
“Chanyeol-a, bukankah itu Eunhye?” bisik Reina seraya menyenggol lengan Chanyeol.
Chanyeol yang tadinya sibuk berbicara dengan salah seorang partner bisnisnya mengalihkan pandangan ke arah yang sama dengan Reina. Seketika panas tubuhnya meningkat beberapa derajat ketika melihat Eunhye yang tengah menggandeng seorang pria berjalan ke arahnya.
Reina segera memeluk Minhyun begitu sahabatnya itu tiba, sedangkan Chanyeol entah kenapa ia seakan mengalihkan pandangannya saat Eunhye menatap ke arahnya.
“Selamat.” Ucap Minhyun setelah melepas pelukannya.
“Tidak Min-min, akulah yang seharusnya mengucapkan selamat. You win the challenge.” Reina sedikit merendahkan suaranya di akhir perkataan, ia kemudian menoleh ke arah Eunhye.
“Hey, Eunhye, jujur saja padaku jika pria ini telah melakukan pemerasan padamu sehingga bisa mengajakmu kesini.”
Mendengar perkataan Reina, Eunhye hanya tertawa.
“Cukup mendengar alasan kenapa ia harus membawaku ke acaramu, dan aku dengan senang hati menemaninya.”
Jawaban Eunhye membuat Reina Ber-ooh ria, kemudian melirik kearah Minhyun dan mengutarakan kalimat-kalimat yang menggodanya, sedangkan Park Chanyeol, pria itu terlihat menghembuskan nafas kesalnya.
“Chanyeol-a, selamat atas pertunanganmu.” Eunhye akhirnya berani mengulurkan tangannya ke arah Chanyeol yang disambut ragu oleh pria itu, tak ada sahutan, hanya sebuah senyuman yang nampak dipaksakan.
~
“Kau mengenalnya?”
Chanyeol menoleh sekilas ke arah Sehun sebelum menenggak kembali winenya. Pandangan kedua pria itu kini tengah tertuju pada seorang yang tengah tertawa riang. Dan satu hal yang membuat kedua pria itu semakin jengah adalah sosok pria yang saat ini tengah bersama gadis itu.
“Aku tak begitu yakin, tapi dia adalah sahabat kecil Reina. Apa kau lupa, dialah si negosiator yang mengacaukan proyek kerjasama kita dengan perusahaan Mr. Bend waktu itu.”
Sehun mengernyit, mencoba mengingat kembali.
“Ahn cooperation.” Gumam Sehun yang ditanggapi Chanyeol dengan anggukan.
“Entah kenapa aku merasa sangat bersalah karena tidak mengundang Eunhye, dia pasti merasa kecewa.” Ucap Chanyeol kembali seraya menenggak sekaligus sisa wine yang ada di gelasnya.
Sedangkan Sehun hanya diam tak menanggapi, ia pun telah merasakan hal yang sama karena telah bersikap dingin kepada gadis itu.
~
Eunhye memijat pelan pelipisnya saat dirinya memasuki lift. Ia cukup banyak minum wine saat di acara pertunangan Chanyeol tadi. Tiba-tiba ia merasakan handphone di dompetnya bergetar. Ia kemudian mengambil handphone itu dan mengernyit ketika melihat beberapa panggilan tak terjawab dan pesan dari kontak yang sama, Park Chanyeol.
From : Park Chanyeol
Eunhye-a, maaf …
Sungguh aku tidak bermaksud untuk tidak mengundangmu,
Karena kupikir ini bukanlah acara yang serius,
Jadi… kumohon maafkan aku.
Bisakah kita bertemu nanti?

Eunhye tersenyum setelah membaca pesan dari Chanyeol, tak berniat untuk membalas, ia justru tenggelam dalam beberapa momen saat dirinya diajak Minhyun menghadri acara yang ternyata adalah pertunangan Reina dan Chanyeol. Keterkejutannya semakin bertambah ketika ia bertemu dengan Sehun dan Sohee. Eunhye akui, ia  merasa menjadi orang asing saat bertemu dengan kedua pria itu, Sehun dengan sikap dinginnya dan Chanyeol yang seakan menghindarinya.
Eunhye kemudian menekan password apartemennya, ia hampir saja kehilangan keseimbangan karena lampu otomatis di ruang depan sedang rusak, sehingga ia harus meraba-raba rak sepatu untuk meletakkan heels-nya. Baru beberapa langkah ia memasuki ruang tengah dan hendak menekan tombol lampu, tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan menyudutkannya ke dinding. Eunhye bahkan belum sempat mengucakan satu katapun karena tiba-tiba sesuatu menyentuh bibirnya. Eunhye mencoba bergerak dan mendorong orang yang ada di depannya, namun justru tubuhnya semakin ditarik ke dalam pelukan. Hingga detik berikutnya Eunhye menyadari sosok pria yang saat ini menciumnya. Ruangan yang gelap memang tak bisa membantu penglihatannya, tapi ia bisa memastikan sosok pria itu hanya dengan mencium parfumnya, bau parfum yang beberapa kali menyapa indra penciumannya saat berada di acara pertunangan Reina.
Hingga menit berikutnya, tak ada gerakkan dari pria itu dan Eunhye memutuskan untuk sedikit menjauhkan wajahnya. Ia kemudian mengangkat netranya, mencoba menatap wajah pria dengan deru nafas yang masih menerpa wajahnya. Beruntung saat ini ia tengah berada di dekat jendela yang terbuka, angin malam menggerakkan tirai jendela itu, menembuskan cahaya bulan, memantulkan wajah seorang pria yang saat ini menatap dalam dengan obsidian tajamnya.
“Sehun-a…”
Pria itu-Oh Sehun, tak menyahut, ia justru  merengkuh wajah Eunhye dan menyatukan bibirnya kembali, kali ini bukan ciuman biasa, ia melumat bibir Eunhye dengan tergesa, seakan menyalurkan perasaan yang tengah berkecamuk di dalam dadanya.
“Aku pernah mengatakan bahwa suatu saat aku ingin pergi bersama dirimu yang mengenakan dress ini." Obsidian tajam pria itu menatap dalam manik Eunhye, tangannya bergerak turun, menggaris lurus bagian bawah dress Eunhye.
“Aku kecewa karena kau mengingkarinya.”
Seketika manik Eunhye berubah, memang Sehunlah yang membelikan dress ini saat ia menemaninya berbelanja. Dan untuk janji itu, apakah ia memang benar-benar lupa?
“Sehun-a, aku…”
Eunhye tak berniat melanjutkan kata-katanya, ketika jemari Sehun naik menyentuh anak-anak rambutnya, turun kewajahnya yang merona, kemudian mengusap lembut bibirnya yang sedikit basah. Menunjukkan sikapnya yang sangat berbeda dari sosok dirinya saat berada di acara pertunangan Chanyeol tadi terhadap Eunhye.
“Kumohon, jangan pernah berubah Eunhye. Jangan pernah”
Detik berikutnya Sehun kembali mendaratkan ciumannya, mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis itu seakan menguatkan ikatannya agar Eunhye tak bisa lepas dengan mudah dari dirinya.
Sedangkan Eunhye kembali tenggelam dalam dilema, walau di hatinya ada rasa yang bergejolak hebat, mengumpat atas segala ketidakmampuan mewujudkan niat untuk mengakhiri semuanya.
Haruskah ia menyerah saja.


Author’s Note :
Entah kenapa nyelesaian part ini berasa kaya “in the middle of no where” ditambah tensi ISOME (*baca kebalik) yang naik pas nulis bagian akhirnya.. kkekke
So, I hope this part won’t disappoint you. Keep your eyes on this story ya guys.. gomawo!