ENTRE (Part 4 – Peach)
By
Shin Eun So / Nugichan (WP)
Casts
:
Kwan
Eunhye (OC), Oh Sehun (EXO), Park Chanyeol (EXO),
Hwang
Min Hyun (Wanna One), Park Sohee (OC), Moon Reina (OC)
and
Others Casts
AU,
Romance, Hurt/Comfort
Chapter
– PG’17
This
is only a FICTION. The plot and story originally come from my mind.
Reina meletakkan
sedikit kasar parfum brand Lancome di
atas meja riasnya, gadis itu mendesis pelan melihat pantulan seorang pria dari
kaca meja rias yang tengah sibuk memainkan tablet dengan mimik serius.
Sebenarnya Reina mampu membuat pria itu menghentikan aktivitas “gila kerja”
nya, namun ia dapat memahami karena belakangan ini ia telah banyak memaksa pria
itu untuk menemaninya mengurus acara penting yang akan diadakan hari ini, acara
pertunangan mereka.
Suara ketukan terdengar,
menarik kedua atensi insan itu menuju ke arah pintu hingga muncul seorang pria
berpakaian khas pelayan yang masuk dan membungkuk hormat.
“Saya diminta Nyonya Han untuk menyampaikan bahwa sepuluh menit lagi acara akan dimulai.”
“Baiklah, kami akan turun sebentar lagi.” Sahut Reina, ia tersenyum mengetahui pesan itu berasal dari ibunya.
Setelah pelayan itu pamit pergi, Reina kembali mematut dirinya di depan kaca, merapikan sedikit sisa-sisa anak rambut yang tak terikat. Ia kemudian berdiri untuk merapikan bagian bawah maxi dress-nya yang berwarna monokrom, sebelum akhirnya berbalik ke arah pria yang masih tenggelam dalam kesibukannya, Park Chanyeol.
“Chanyeol-a,
bagaimana penampilanku?”
Chanyeol menarik
pandangannya sekilas ke arah Reina kemudian kembali sibuk menggerakkan jarinya
pada layar tablet, “bagus.”
Mendengar tanggapan
singkat Chanyeol, Reina mendengus pelan. Ia lantas berjalan ke arah Chanyeol
dan mengambil tablet yang ada di tangan pria itu kemudian meletakkannya di atas
meja.
“Aku sudah memintamu
baik-baik Tuan Park, setidaknya hargailah permintaanku.”
Chanyeol menghela
nafasnya, ia dapat memahami kenapa gadis di depannya menunjukkan aura kesal. Ia
telah mengabaikan keberadaan Reina sejak mereka tiba di salah satu kawasan elit
di distrik Gangnam yang mereka pilih sebagai tempat acara pertunangan. Beruntung
sampai saat ini ibunya tidak mengunjungi ruangan yang sengaja ia pesan untuk
tempat persiapan, jika tidak nyonya besar Park itu pasti memarahinya
habis-habisan karena masih sibuk bekerja di hari penting mereka.
Chanyoel
memperhatikan sejenak penampilan Reina seraya menggaruk-garuk pelipisnya yang
terasa gatal kemudian berucap “Kau cantik malam ini.”
Ucapan Chayeol
berhasil membuat desiran aneh di hati Reina, walau ia yakin jika Chanyeol tak mengatakan kalimat itu sepenuh
hatinya.
“Lupakan, aku tak
perlu pujian darimu sekarang. Bersiaplah, sebentar lagi kita akan turun.”
Reina kembali duduk
di depan meja riasnya sambil menetralkan detak jantungnya yang naik beberapa
tingkat di atas normal. Ia sadar jika dirinya tak bisa menaruh harapan banyak pada
hari pertunangannya itu, salah satu hal yang pernah menjadi mimpinya sejak
remaja, dimana sebelum menikah nanti ia ingin mengadakan acara pertunangan yang
dirancang oleh dirinya sendiri dengan orang yang dicintainya, atau lebih
tepatnya dengan orang yang juga membalas cintanya. Ia menoleh ke arah Chanyeol
yang diam-diam kembali mengambil tablet dari atas meja di sampingnya. Sampai
saat ini pun ia masih sangsi dengan keputusan yang ia ambil dengan menyetujui
perjodohannya bersama pria itu.
~
Hwang Minhyun, pria
itu terlihat bersandar pada mobil silvernya sambil menggerak-gerakkan kaki,
mencoba mengusir rasa gugup yang menyergap sejak ia memutuskan untuk menuju ke
sebuah apartemen di salah satu distrik Gurogu. Dengan ragu ia mengambil handphone
dari dalam jasnya, mengecek kembali pesan yang beberapa menit lalu masuk. Pria
itu benar-benar bingung dengan dirinya sendiri dan sampai sekarang dirinya masih
tak percaya dengan kenekatannya untuk menghubungi dan meminta gadis yang baru
ia kenal belum satu bulan untuk menemaninya pergi.
“Mihnyun-si, maaf
membuatmu lama menunggu.”
Minhyun berhenti
memainkan ponsel ketika mendengar seseorang berbicara padanya. Ia lantas
menaikkan pandangan menuju sosok tersebut. Seorang gadis yang mengenakan dress
berwarna peach selutut kini tengah tersenyum ke arahnya, surai indahnya
terkumpul dalam satu ikatan dan hal itu semua berhasil menarik Minhyun dari
kesadarannya.
“Mihyun-si?”
Minhyun menggelengkan
kepalanya cepat ketika mendengar suara gadis itu kembali memanggil namanya.
“O..oh, ti…tidak, a..aku
baru tiba beberapa menit lalu.” Minhyun menyahut gagap, apakah ia terkena
syndrome Asperger sekarang?
Gadis itu - Eunhye hanya
bisa tersenyum melihat tingkah kaku Minhyun yang sibuk menggosok-gosok bagian
tengkuknya sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya. Keheningan meliputi
mereka sejenak hingga hembusan pelan angin malam menggerakkan ujung-ujung dress
Eunhye. Hawa dingin itu ikut menyapa tengkuk Minhyun, membuatnya sadar jika ia
telah membiarkan seorang gadis yang berdiri di depannya merasa kedinginan.
Segera Minhyun berbalik dan membukakan pintu untuk Eunhye.
~
Tak ada pembicaraan
semenjak kedua orang itu memasuki mobil, perasaan canggunglah yang sekarang
mendominasi mereka berdua, terutama pada diri Minhyun yang masih kesulitan
menormalkan detak jantungnya saat berada di dekat Eunhye. Dia akui, penampilan
Eunhye malam ini terlihat sederhana namun terkesan mempesona, dan entah mengapa
Minhyun merasa menjadi orang beruntung karena dapat bersama gadis itu. Ia
sangat penasaran bagaimana tanggapan sahabatnya nanti ketika ia bisa memenuhi
tantangan yang diberikan.
Minhyun berkali-kali
melihat ke arah spion depan mobil, memperhatikan raut wajah datar Eunhye yang
saat ini tengah memandang ke arah luar. Merasa jengah dengan situasi, ia pun
berdeham hendak memulai pembicaraan.
“Gomawo”
Ucapan Minhyun
berhasil membuat Eunhye menoleh ke arahnya.
“Karena kau mau
membantuku malam ini.” Lanjut Minhyun.
“Aku senang membantumu,
lagipula ini malam akhir pekan, dan kebetulan aku sedang tidak ada acara.”
Ya, Eunhye kembali
diingatkan dimana malam itu teleponnya berdering karena panggilan seseorang
yang tak lain adalah Minhyun. Pria itu memintanya untuk menemani ke acara
pertunangan sahabatnya, dan Eunhye tak dapat menyembunyikan tawanya ketika
Minhyun menceritakan alasan jika ia pergi ke acara itu tanpa membawa pasangan.
Ia harus menerima hukuman dari sahabat kecilnya-begitu yang Eunhye ketahui,
yang pasti itu adalah hukuman menggelikan yang pernah ia dengar.
“Eunhye-si, apakah
ini tak masalah?” Minhyun menoleh sekilas ke arah Eunhye, kemudian berdeham
sebelum melanjutkan kata-katanya, “Maksuduku..apa ini tak mengganggu
seseorang?”
Eunhye mengernyit, ia
memahami maksud perkataan Minhyun.
“Untuk saat ini, kurasa
tidak.”
Perkataan Eunhye
berhasil membuat Minhyun mengulum senyumnya. Walaupun Eunhye sendiri merasa tak
yakin dengan dengan jawabannya barusan. Tapi bukankah itu kenyatannya,
mengingat dirinya saat ini memang tak memiliki ‘status’ dengan seseorang. Entah
kenapa ia berfkir untuk menjadikan ini sebagai alasan agar ia dapat memutus
ikatan yang selama ini melingkupi dirinya, walau ia sendiri tau itu bukanlah
hal mudah.
~
Eunhye cukup
terperangah ketika mengetahui Minhyun membawa mobilnya memasuki salah satu
kawasan elit, bisa ia tebak jika sahabat Minhyun bukanlah orang biasa karena
mengadakan acara pertunangan di tempat berkelas yang biasanya disewa para
pejabat maupun pebisnis.
Mereka kemudian
berjalan bersama menuju sebuah bangunan yang terkesan klasik. Eunhye dapat
melihat setidaknya ada lima karangan bunga dari beberapa perusahaan yang cukup
ia ketahui namanya. Saat di perjalanan tadi Minhyun sempat mengatakan jika
acara pertunangan ini adalah acara privasi, dan hanya orang-orang terdekat yang
diundang. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang sebenarnya ingin ia tanyakan
kepada Minhyun sedari tadi.
“Minhyun-si, kalau
aku boleh tau, siapa nama sahabatmu itu?”
Minhyun menghentikan
langkahnya sebentar sebelum mencapai resepsionis acara.
“Moon Reina, kau tau
Shinhan group, dia bekerja sebagai manajer utama di sana, dan Presdir Moon Jang
Guk adalah ayahnya ”
Setika Eunhye menampakkan
senyum kakunya, jika dugaannya benar Moon Reina yang dimaksud adalah orang yang
sama dengan yang ada di fikirannya, maka itu berarti saat ini ia juga tengah
menghadari acara pertuangan sahabatnya. Dan dugaannya semakin kuat, kala ia
melihat Minhyun menunjukkan sebuah undangan kepada resepsionis acara, bentuknya
persis seperti apa yang ia lihat beberapa hari lalu di dashboard mobil
Chanyeol saat pria itu mengantarnya pulang.
Minhyun dan Eunhye
kemudian memasuki area semi outdoor yang terlihat elegan, klasik, mewah dengan
dekorasi yang menawan. Hwang Min Hyun, pria itu kemudian mengajak Eunhye untuk
menyapa teman dan beberapa kolega kerjanya. Entah kenapa pria itu sangat
bersemangat untuk mengenalkan sosok Eunhye, ia bahkan banyaj mendapat
pertanyaan dan godaan karena tak biasanya seorang Hwang Minhyun membawa gadis.
Eunhye sesekali tersenyum dan ikut dalam pembicaraan, namun sesuatu masih
menarik perhatiannya sejak tadi, sebuah figura foto Park Chanyeol dan Moon
Reina yang terpajang cantik di dekat sebuah taman air mancur. Tak terasa,
sudut-sudut bibirnya terangkat, sebagai wujud rasa turut bahagia, namun ia juga
tak dapat membohongi jika ada perasaan lain yang mengganggu hatinya.
Dalam keterdiamannya,
tiba-tiba Eunhye merasakan seseorang menyenggol bagian belakangnya, membuat
minuman yang dipegangnya hampir saja tumpah. Eunhye lantas berbalik dan melihat
seorang gadis dengan wajah familiar membungkuk dan mengucapkan kata maaf
berkali-kali.
“Maafkan aku
agashi, maaf..”
“Sohee-si” sapa
Eunhye, begitu ia mengenali sosok gadis itu.
“Eunhye eonni, kau
kah itu?” gadis yang dipanggil Sohee itu
tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, ia lantas tersenyum girang dengan
menunjukkan bentuk matanya yang khas.
“Aku hampir tak mengenali eonni, kau sangat
cantik malam ini.”
“Kau juga Sohee-a,
kau terlihat lebih dewasa.” Eunhye memerhatikan sejenak penampilan Sohee yang
mengenakan gaun berwarna biru muda dengan tatanan rambut yang digulung ke atas,
membuatnya terlihat lebih berbeda.
“Gomawo eonni,
Eonni kemari bersama siapa? “
Pertanyaan Sohee
seakan membuat Eunhye sadar, ia terdiam sejenak memperhatikan sekitar, jika
dugaannya benar, Sohee pasti datang bersama Sehun.
“Apa dia temanmu?”
Ucap Minyun tiba-tiba, sepertinya pria itu telah memperhatikan pertemuan Eunhye
dan gadis yang ada di depannya.
“Ah, Mihyun-a,
kenalkan, dia Park Sohee, sebenarnya kami juga belum lama saling mengenal.”
Minhyun dan Sohee
kemudian saling berjabat tangan memperkenalkan diri.
“Eonni, ternyata kau
memang bohong padaku.” Ucap Sohee sedikit berbisik dengan mata memicing,
mengingatkan kembali akan pertanyaannya beberapa waktu lalu tentang status Eunhye.
Eunhye hanya
menanggapinya dengan tawa kecil, sebenarnya ia ingin meluruskan segala sesuatu
yang ada di fikiran gadis itu mengenai sosok pria yang bersamanya saat ini,
namun ia urungkan ketika melihat seseorang tengah berjalan ke arah mereka.
“Sohee-a.”
“Oppa, kau kemana
saja? Aku hampir tersesat karena terpisah denganmu.”
Dugaan Eunhye memang
benar, Oh Sehun datang ke acara ini bersama Sohee. Eunhye berniat menyapa namun
Sehun tak sedikitpun menoleh ke arahnya, wajah pria itu terkesan datar. Ia ragu
apakah Sehun memang sengaja tak mengenali dirinya.
“Oh, Sehun-si. Senang
bertemu kembali.”
Eunhye mengernyit
begitu melihat Minhyun mengulurkan tangannya dan dibalas Sehun. Dan selanjutnya
terdengar pembicaraan singkat di antara mereka, dan Eunhye dapat menyimpulkan
jika Sehun dan Minhyun pernah terlibat dalam hubungan bisnis.
“Oppa, kau ingat ketika
aku kabur ke taman dulu, aku bertemu Eunhye eonni dan dialah yang mentraktirku
makan siang.” Sohee berucap seraya menunjuk ke arah Eunhye, dan itu membuat
Sehun ikut memandang ke arahnya.
“Sebenarnya kami
adalah teman sejak sekolah menengah pertama dulu.” Ucap Sehun masih dengan
tatapan datarnya pada Eunhye, seakan menujukkan jika mereka memang benar hanya
teman biasa.
“Wah, benarkah,
berarti Eunhye Eonni juga berteman dengan Chanyeol oppa.” Sahut Sohee dengan
antusias.
Hingga detik berikutnya,
terdengar dengungan mikrofon disertai suara MC yang mengatakan bahwa sebentar
lagi acara akan dimulai.
“Acara sebentar lagi
dimulai, ayo kita mendekat.” Ajak Minhyun seraya menarik pergelangan Eunhye,
diikuti Sohee yang tak mau kalah dengan menggandeng lengan Sehun.
~
Reina dan Chanyeol
terlihat berjalan bersama menuju sebuah altar yang dipenuhi dekorasi bunga yang
menjadi tempat acara puncak. Reina, gadis itu tak hentinya menebar senyuman,
dan Chanyeol yang sesekali terlihat menunduk kepada beberapa orang yang
sepertinya adalah para petinggi perusahaan.
Hingga acara puncak
tiba, setelah sambutan dari pihak keluarga, kini saatnya Reina dan Chanyeol
saling menukar cincin. Riuh tepuk tangan menyambut kedua insan itu. Diantara
keriuhan, diam-diam Sehun memperhatikan Eunhye yang berdiri tak jauh darinya,
mencoba menebak apa yang ada di hati gadis itu saat ini, namun tak sedikit pun tergambar dari raut wajahnya.
Setelah acara tukar
cincin selesai, Minhyun segera mengajak Eunhye untuk menemui sahabatnya.
Sebenarnya inilah momen yang paling dinantikannya, menjawab tantangan yang
diberikan Reina.
“Minhyun-a.”
Minhyun bahkan masih
berada beberapa meter jauhnya, namun Reina telah lebih dulu meneriakkan namanya
seraya melambai-lambaikan tangan. Awalnya ekspresi gadis itu begitu bahagia
karena dapat melihat sahabatnya datang, dan ekspresi itu seketika berganti
dengan keterkejutan ketika ia melihat Minhyun tengah menggandeng seorang
wanita.
“Chanyeol-a, bukankah
itu Eunhye?” bisik Reina seraya menyenggol lengan Chanyeol.
Chanyeol yang tadinya
sibuk berbicara dengan salah seorang partner bisnisnya mengalihkan pandangan ke
arah yang sama dengan Reina. Seketika panas tubuhnya meningkat beberapa derajat
ketika melihat Eunhye yang tengah menggandeng seorang pria berjalan ke arahnya.
Reina segera memeluk
Minhyun begitu sahabatnya itu tiba, sedangkan Chanyeol entah kenapa ia seakan
mengalihkan pandangannya saat Eunhye menatap ke arahnya.
“Selamat.” Ucap
Minhyun setelah melepas pelukannya.
“Tidak Min-min,
akulah yang seharusnya mengucapkan selamat. You win the challenge.” Reina
sedikit merendahkan suaranya di akhir perkataan, ia kemudian menoleh ke arah
Eunhye.
“Hey, Eunhye, jujur
saja padaku jika pria ini telah melakukan pemerasan padamu sehingga bisa
mengajakmu kesini.”
Mendengar perkataan
Reina, Eunhye hanya tertawa.
“Cukup mendengar
alasan kenapa ia harus membawaku ke acaramu, dan aku dengan senang hati menemaninya.”
Jawaban Eunhye
membuat Reina Ber-ooh ria, kemudian melirik kearah Minhyun dan mengutarakan
kalimat-kalimat yang menggodanya, sedangkan Park Chanyeol, pria itu terlihat menghembuskan
nafas kesalnya.
“Chanyeol-a, selamat
atas pertunanganmu.” Eunhye akhirnya berani mengulurkan tangannya ke arah
Chanyeol yang disambut ragu oleh pria itu, tak ada sahutan, hanya sebuah
senyuman yang nampak dipaksakan.
~
“Kau mengenalnya?”
Chanyeol menoleh
sekilas ke arah Sehun sebelum menenggak kembali winenya. Pandangan kedua pria
itu kini tengah tertuju pada seorang yang tengah tertawa riang. Dan satu hal
yang membuat kedua pria itu semakin jengah adalah sosok pria yang saat ini
tengah bersama gadis itu.
“Aku tak begitu yakin,
tapi dia adalah sahabat kecil Reina. Apa kau lupa, dialah si negosiator yang
mengacaukan proyek kerjasama kita dengan perusahaan Mr. Bend waktu itu.”
Sehun mengernyit,
mencoba mengingat kembali.
“Ahn cooperation.” Gumam
Sehun yang ditanggapi Chanyeol dengan anggukan.
“Entah kenapa aku
merasa sangat bersalah karena tidak mengundang Eunhye, dia pasti merasa
kecewa.” Ucap Chanyeol kembali seraya menenggak sekaligus sisa wine yang ada di
gelasnya.
Sedangkan Sehun hanya
diam tak menanggapi, ia pun telah merasakan hal yang sama karena telah bersikap
dingin kepada gadis itu.
~
Eunhye memijat pelan
pelipisnya saat dirinya memasuki lift. Ia cukup banyak minum wine saat di acara
pertunangan Chanyeol tadi. Tiba-tiba ia merasakan handphone di dompetnya bergetar.
Ia kemudian mengambil handphone itu dan mengernyit ketika melihat beberapa
panggilan tak terjawab dan pesan dari kontak yang sama, Park Chanyeol.
From : Park Chanyeol
Eunhye-a, maaf …
Sungguh aku tidak
bermaksud untuk tidak mengundangmu,
Karena kupikir ini
bukanlah acara yang serius,
Jadi… kumohon maafkan
aku.
Bisakah kita bertemu
nanti?
Eunhye tersenyum
setelah membaca pesan dari Chanyeol, tak berniat untuk membalas, ia justru
tenggelam dalam beberapa momen saat dirinya diajak Minhyun menghadri acara yang
ternyata adalah pertunangan Reina dan Chanyeol. Keterkejutannya semakin
bertambah ketika ia bertemu dengan Sehun dan Sohee. Eunhye akui, ia merasa menjadi orang asing saat bertemu dengan
kedua pria itu, Sehun dengan sikap dinginnya dan Chanyeol yang seakan
menghindarinya.
Eunhye kemudian
menekan password apartemennya, ia hampir saja kehilangan keseimbangan karena
lampu otomatis di ruang depan sedang rusak, sehingga ia harus meraba-raba rak
sepatu untuk meletakkan heels-nya. Baru beberapa langkah ia memasuki
ruang tengah dan hendak menekan tombol lampu, tiba-tiba seseorang menarik
tangannya dan menyudutkannya ke dinding. Eunhye bahkan belum sempat mengucakan
satu katapun karena tiba-tiba sesuatu menyentuh bibirnya. Eunhye mencoba bergerak
dan mendorong orang yang ada di depannya, namun justru tubuhnya semakin ditarik
ke dalam pelukan. Hingga detik berikutnya Eunhye menyadari sosok pria yang saat
ini menciumnya. Ruangan yang gelap memang tak bisa membantu penglihatannya,
tapi ia bisa memastikan sosok pria itu hanya dengan mencium parfumnya, bau parfum
yang beberapa kali menyapa indra penciumannya saat berada di acara pertunangan
Reina.
Hingga menit
berikutnya, tak ada gerakkan dari pria itu dan Eunhye memutuskan untuk sedikit
menjauhkan wajahnya. Ia kemudian mengangkat netranya, mencoba menatap wajah
pria dengan deru nafas yang masih menerpa wajahnya. Beruntung saat ini ia
tengah berada di dekat jendela yang terbuka, angin malam menggerakkan tirai
jendela itu, menembuskan cahaya bulan, memantulkan wajah seorang pria yang saat
ini menatap dalam dengan obsidian tajamnya.
“Sehun-a…”
Pria itu-Oh Sehun,
tak menyahut, ia justru merengkuh wajah
Eunhye dan menyatukan bibirnya kembali, kali ini bukan ciuman biasa, ia melumat
bibir Eunhye dengan tergesa, seakan menyalurkan perasaan yang tengah berkecamuk
di dalam dadanya.
“Aku pernah
mengatakan bahwa suatu saat aku ingin pergi bersama dirimu yang mengenakan
dress ini." Obsidian tajam pria itu menatap dalam manik Eunhye, tangannya
bergerak turun, menggaris lurus bagian bawah dress Eunhye.
“Aku kecewa karena
kau mengingkarinya.”
Seketika manik Eunhye
berubah, memang Sehunlah yang membelikan dress ini saat ia menemaninya
berbelanja. Dan untuk janji itu, apakah ia memang benar-benar lupa?
“Sehun-a, aku…”
Eunhye tak berniat
melanjutkan kata-katanya, ketika jemari Sehun naik menyentuh anak-anak
rambutnya, turun kewajahnya yang merona, kemudian mengusap lembut bibirnya yang
sedikit basah. Menunjukkan sikapnya yang sangat berbeda dari sosok dirinya saat
berada di acara pertunangan Chanyeol tadi terhadap Eunhye.
“Kumohon, jangan
pernah berubah Eunhye. Jangan pernah”
Detik berikutnya Sehun
kembali mendaratkan ciumannya, mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis itu
seakan menguatkan ikatannya agar Eunhye tak bisa lepas dengan mudah dari
dirinya.
Sedangkan Eunhye
kembali tenggelam dalam dilema, walau di hatinya ada rasa yang bergejolak hebat,
mengumpat atas segala ketidakmampuan mewujudkan niat untuk mengakhiri semuanya.
Haruskah ia menyerah
saja.
Author’s Note :
Entah kenapa
nyelesaian part ini berasa kaya “in the middle of no where” ditambah tensi
ISOME (*baca kebalik) yang naik pas nulis bagian akhirnya.. kkekke
So, I hope this part
won’t disappoint you. Keep your eyes on this story ya guys.. gomawo!