Selasa, 21 Juli 2015

Saranghae Nae Gom (I Love My Bear) - Chapter 1 - REMAKE



Title :  Saranghae Nae Gom (I Love My Bear) – Chapter 1 - REMAKE

Cast :
Shin Na Yong (OC)

Oh Sehun (EXO)

Kim Myung Soo (Infinite)

Song Ji Hye (OC)

Other
Byun Baekhyun (EXO)

Park Chan Yoel (EXO)

Kim Jong In / Kai (EXO)

Genre :  Romance, Comedy

Author : Shin Eun So

Length : Multichapter
PG-17

Author Greeting : Anyoeng Haseyo, entah sudah berapa dinasti yang saya lewatkan hingga kembali ke blog ini, bahkan sempat tak ada niat untuk mengupdate chapter fanfiction yang malang karena terabaikan. Author memang sempat kehilangan semangat dan ide selain karena aktivitas sebagai mahasiswa yang cukup padat. 
Kini author mencoba kembali dengan membawa fanfiction terbaru dengan main cast baru pula, setelah sebelumnya melibatkan member SJ dan Bigbang, kini author mencoba membuat FF dengan member EXO sebagai main cast-nya.
Oh ya, di FF ini juga author selipkan beberapa backsound yang cocok dengan suasana cerita, biar chingu juga bisa ikut masuk ke dalam ceritanya. ^__-
Komentar, kritik dan saran sangat di harapakan karena itu adalah makanan wajib bagi author yang masih memiliki kemampuan menulis yang dangkal ini.
Selamat membaca.. seumdwa !

sebelum di "remake" FF  ini juga di post di www.exofanfiction.wordpress.com 

Gapyoeng-gun
Sebuah mobil van hitam tengah menelusuri salah satu dari banyak jalan di kawasan Gapyong-gun Provinsi Gyonggi dengan kecepatan sedang. Pepohonan yang menjulang tinggi dan deretan gunung-gunung yang saling menyambung menjadi penghias pandangan di sepanjang jalan. Sungai di sisi kiri jalan yang terbentuk dari cabang sungai Han bagian utara menjadi hal yang sayang untuk tak ditangkap retina mata yang kemudian ditafisrkan menjadi sinyal-sinyal elektris sebagai gambar visual terindah. Udara sejuk tak henti menyapa kulit dan setiap tarikan nafas walaupun sekarang negeri ginseng tengah memasuki musim panas. Sesekali terlihat beberapa bangunan menyerupai villa dan resort yang berjarak cukup jauh dari satu ke satu bangunan lainnya. Sungguh suasana yang mampu menenangkan jiwa yang tengah bergejolak hebat sekalipun.
Namun susasana Gapyong-gun itu belum dinikmati empat orang namja yang tengah tertidur pulas di kursi mobil. Hingga salah satu dari mereka terlihat bergerak dan menggaruk-garuk kepalanya, kemudian membuka mata sipitnya perlahan, sesuatu membuat pupil mata pria itu melebar.
“Daebak, Gapyong-gun joengmal daebakk..!” teriak Byun Baekhyun, namja beruntung pertama yang berhasil menyadari keindahan alam Gapyong-gun. Matanya tak henti menatap keluar jendela mobil sedangkan kedua tangannya sudah lebih dulu menempel ke kaca mobil.
Teriakkan Baek Hyun berhasil membuat beberapa namja lainnya kembali ke alam sadar mereka. Satu persatu mata namja-namja tampan itu mulai terbuka sambil merenggangkan badan mereka yang cukup pegal karena tidur dengan posisi duduk dalam waktu yang cukup lama.
“Wooow, ini luar biasa.” sahut namja berkulit tan bernama Kai, tak kalah hebohnya.
“It’s really cool men!” Namja jangkung bermarga Park yang duduk di sebelah Baekhyun juga ikut terpana dengan pemandangan sekitarnya.
“Wahh, ternyata Gapyong-gun benar-benar indah, tapi tunggu…Ya! Oh Sehun, kau telah membohongi kami huh? Kau bilang Gapyong-gun seperti padang sabana dengan beraneka macam serangga dan populasi Jerapah yang bahkan melebihi jumlah penduduknya.” Baekhyun yang tadi sibuk dengan keterpanaannya kini memandang Sehun dengan tatapan tajamnya.
Pria yang bernama Oh Sehun hanya menggaruk pipinya gatal kemudian menguap lebar. “Hyung, Biasanya kalian tak percaya ucapanku kan? ketika kuceritakan tentang Gapyong-gun, kalian hanya menagatakan ‘hmm’ dan ‘ohh’  kemudian mengangguk-angguk tanpa membantah sedikitpun.” Sehun terkikih geli ketika mengingat kembali wajah polos hyungdeul-nya saat ia diwawancarai tentang keadaan Gapyong-gun.
“Itu karena kami belum pernah ke sini magnae-ah. Ishh, kau ini.” Chanyoel menjitak pelan kepala Sehun. Yang punya kepala hanya meringis pelan.
“Mulai sekarang aku akan memasang proteksi virus dari mulutmu itu Sehun-ah.” Baekhyun menyilangkan kudua telunjuknya membentuk huruf X. Sehun hanya menyengir.
“Apakah kita masih jauh dari villa kakekmu, Sehun?” Kai justru memilih bertanya dibanding mengikuti gerutuan Baekhyun dan Chanyoel.
Sehun kembali menoleh ke jendela sembari memperhatikan beberapa palang di pinggir jalan “Sebentar lagi kita akan sampai.” Jawab Sehun, matanya menatap dalam suasana di luar sana.
Haraboeji, aku merindukan tempat ini, sama halnya aku merindukanmu, bahkan lebih.
Suara hati seorang Oh Sehun begitu dalam. Bibirnya tak henti membentuk lengkungan ke atas. Suasana hati yang begitu bahagia dengan setoreh rasa rindu kepada orang yang pernah menjadi tempatnya berlindung dan berkeluh kesah selama 10 tahun.
~
Seorang gadis nampak tengah memindahkan beberapa pollybag dari keranjang sepedanya ke sebuah tatakan yang terbuat dari kayu. Terlihat beberapa pot kecil dengan tanaman yang tingginya kurang lebih seperti tunjuk orang dewasa berjejer rapi dibagian tatakan atas. Setelah meletakkan pollybag terakhir, mata cokelat gadis itu menelusuri satu persatu pot tanaman yang berada tatakan pertama dan kedua. Seulas senyum terlukis di bibirnya.
            “Kalian benar-benar tumbuh dengan baik.” gumam gadis itu hingga tak menyadari seseorang tengah menghampirinya.
            “Sudah selesai?” suara berat dari seorang pria membuat gadis itu segera menolehkan pandangannya.
            “Sudah haraboedji,  saya juga sudah merapikan beberapa tangkai pohon mawar yang layu di taman depan.” Gadis itu melepaskan kaos tangannya dan meletakkannya di keranjang sepeda yang tak jauh darinya.
            “Emm.. Apa kau ada kegiatan lain sehabis ini?” tanya pria itu kembali, terlihat raut penasaran di wajahnya yang sudah hampir dipenuhi kerutan.
            Gadis itu nampak berfikir sebentar kemudian menjentikkan jarinya “Ahh, saya hampis saja lupa jika ada janji dengan Goo halmoeni untuk membantunya di danau siang ini. Memangnya kenapa haraboedji?”
            “Oh, Ani, bukan apa-apa.” Pria paruh baya itu kembali menarik nafasnya dalam. “Bisakah kau kesini lagi besok?”
            Gadis itu mengkerutkan keningnya, “ke sini? besok?”
            “Ne, Sebenarnya ada beberapa ladang kosong di dekat taman air mancur, aku ingin mengisinya dengan tanaman airis. Selain itu, ada beberapa pohon bunga ganifel yang rantingnya sudah layu. Pekerja di taman ini sedang menjenguk keluarganya di Busan, apakah kau bisa membantuku membersihkannya?”
            Gadis itu kembali tersenyum, walau dia sedikit merasa aneh. Bukankah kakek ini pernah mengatakan bahwa taman air mancur di dekat pintu gerbang itu sudah terlihat asri dan tak perlu tambahan tanaman lagi. “Ah, baiklah. Saya akan datang besok. Kalau begitu saya permisi pulang dulu Harabodeji.”
            “Ne, hati-hati di jalan, Na Young.”
            Gadis bernama Na Yong itu memutar arah sepedanya kemudian menaikinya, iya kembali menoleh  dan tersenyum ke arah pria yang dipanggilnya Haraboedji itu sebelum kakinya menginjak pedal sepeda dan mengayuhnya.
            “Ah, sayang sekali.” pria itu bergumam tanpa melepaskan penglihatannya dari Na Yong yang mulai mencapai pintu gerbang yang berdiri kokoh.
            ~
            Bakcsound : Beautifull by Baekhyun EXO
            Baekhyun, Kai, dan Chanyoel merapatkan tubuh mereka ke bagian kanan mobil. Mulut mereka tak henti-hentinya berceloteh ria memuji keindahan danau yang terpampang luas di bagian kanan jalan. Sesekali terdengar suara Baekhyun meneriakkan ‘Dulbari’ (bebek) sambil mengarahkan jari telunjuknya ke luar jendela mobil. Apakah dia tengah menghitung jumlah bebek di danau itu sekarang? Entahlah.
            Sehun yang ikut memandang ke arah kanan jalan tanpa memindahkan posisi duduknya hanya tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Merasa lehernya pegal, namja itu pun mengalihkan pandangannya ke depan. Matanya membulat ketika menangkap objek indah melalui kaca mobil depan. Seorang gadis berambut panjang yang diikat dengan sebuah topi lebar di kepalanya. Wajahnya begitu bersinar dibawah terpaan sinar matahari yang tak terlalu terik. Sepasang mata indah dan pipi yang merona membuat gadis itu semakin terlihat menawan. Bola mata Sehun terus mengikuti gadis itu hingga mobil yang ditumpanginya berpapasan dengan putaran roda sepeda yang terus di kayuh gadis itu. Deg, tiba-tiba sehun merasakan detak jantungnya semakin cepat kala wajah gadis itu melintas tepat melewati kaca jendela mobilnya. Sendi lehernya terus berputar dan badannya ikut membalik ke belakang mengikuti gadis yang sudah hanya tampak punggungnya, hingga objek itu semakin mengecil di mata Sehun. Ia kembali membetulkan posisi duduknya, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Manis, pikirnya.
~
            Lampu berwarna kuning nampak berkedip-kedip dari mobil van hitam sebelum memasuki sebuah pintu gerbang bergaya khas Eropa dengan pagar tinggi di sisi-sisinya. Di teruskan dengan sebuah jalan lurus dengan berbagai macam pohon dan tanaman hias yang tumbuh subur dan tertata rapi di setiap pinggirnya. Sebuah taman air mancur megah menjadi objek pertama yang sayang untuk dilewatkan. Beberapa bangku bercat putih terletak di bawah pohon-pohon berdaun rindang. Van itu terus menelusuri jalan yang membimbingnya menuju sebuah bangunan besar menyerupai villa megah dan tanpak asri. Halaman rumput yang luas menjadi tempat perhentian van itu, detik berikutnya beberapa pasang kaki terlihat melangkah keluar dari dalamnya.
            “Daebak, ini seperti liburan di villa puncak saja.” Ucap Baekhyun sembari mengedarkan pandangan ke rumah yang ada di depannya.
            “Udaranya sejuk sekali.” sambung Chanyoel sambil merentangkan tangannya lebar dan menarik nafas dalam.
            “Hey, kalian berdua. Bantu aku mengeluarkan koper-koper ini.” Kai terdengar berteriak dari belakang van. Pria itu memang sedikit berbeda dari teman-temannya. Sedikit lebih rajin.
            Aktivitas mereka terhenti sejenak ketika seorang pria paruh baya keluar dari dalam rumah dan memanggil sebuah nama.
            “Sehun-ah, kau sudah datang?”
            Merasa namanya di panggil, Sehun segera berlari menuju ke arah pria itu dan merangkulnya erat “Harabodji.. bogoshippo..joengmal bogosippho” Sehun menumpukan dagunya ke bahu pria tua itu seraya memejamkan mata, sedangkan pria yang dipanggilnya ‘haraboedji’ hanya mengusap kepala Sehun pelan.
            Sementara teman-teman Sehun lainnya ikut tersenyum menyaksikan kebahagiaan dari pertemuan sepasang kakek dan cucu itu.
~
            “Kami akan tinggal di sini selama 10 hari. Dan lusa kami akan memulai shooting di sebuah villa dekat sini, harabodji.”
Sehun besama teman-temannya kini tengah menikmati jamuan teh di teras belakang rumah kakeknya. Pemandangan di belakang rumah tak kalah indahnya dengan yang ada di sepanjang jalan sebelum menuju rumah ini.  Aneka kebun buah dan sayuran terhampar luas. Tampak beberapa pekerja tengah sibuk menyemai benih baru, sebagian lagi tengah memasukkan buah-buahan dan sayuran ke dalam keranjang. Mereka adalah pegawai yang bekerja untuk mengurus kebun di tanah milik Tuan Yoo, kakek Sehun.

            “Kita hanya memiliki waktu 2 hari untuk merasakan liburan sebelum kembali bekerja bukan?” ucapan Chanyoel ditanggapi namja lainnya dengan anggukan.
“Kalau begitu, manfaatkan waktu liburan kalian dengan sebaik mungkin. Beberapa tempat di Gapyong-gun mungkin bisa menjadi destinasi menarik.” Kakek Yoo tengah menuangkan teh perlahan ke dalam cangkir yang ada di depan cucunya, Sehun.
“Kira-kira dimana tempat yang menarik itu,  haraboedji?” tanya Sehun sebelum ia menyesap pelan teh buatan kakeknya.
“Bukankah kau pernah tinggal di sini Sehun-ah? Jangan bilang kalau Seoul telah membuatmu lupa dengan Gopyang-gun.” Tn. Yoo memandang wajah Sehun sambil berkerut.
“Bu..bukan begitu. Mungkin selama 12 tahun Gopyang-gun telah banyak berubah.”
Batin Tn. Yoo membenarkan perkataan Sehun, memang sudah 12 tahun Sehun pindah ke Seoul bersama orang tuanya. Selama itu pula Sehun jarang mengunjungi kakeknya, walaupun berkunjung itupun hanya sebentar.
“Danau Dulbari” ucap kakenya setelah terdiam beberapa saat.
“Ahh, majja. Hyung, ayo kita ke danau dulbari.”
 ~
“Kai-ah, jangan terlalu ke tengah. Kalau perahu ini karam bagaimana?” Baekhyun hampir setengah berteriak ketika kata-katanya masih tak dihiraukan pria yang kini berada satu perahu dengannya. Kai justru semakin cepat mengayunkan pengayuhnya.
Sedangkan di sisi lain, Sehun dan Chanyoel nampak begitu menikmati jalan perahu mereka. Sesekali mereka berteriak kegirangan setelah mengayuh cepat dan membiarkan perahu itu meluncur di atas danau, meninggalkan jauh Kai dan Baekhyun yang terus menolak untuk pergi terlalu jauh dari pinggir danau.
“Ya, kemana para dulbari itu?” Chanyoel meletakkan pinggir telapak tangannya di dahi, kemudian menoleh ke kiri dan ke kanan.
“Biasanya mereka masih berkeliaran.. itu merek..” ucapan Sehun terputus ketika melihat sekumpulan bebek dari kejauhan. Sebenarnya bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya, tapi sosok yang menaiki perahu yang dikelilingi bebek-bebek itu.
“Ayo kita ke sana hyung.”
~
“Cha, makanlah yang banyak.” gadis itu sesekali melemparkan umpan ke arah kumpulan bebek yang kemudian di sambut heboh oleh mereka.
“Siapa mereka Na Young-ah?” tanya wanita tua yang duduk di belakang perahu. Na Young memandang ke arah perahu yang dinaiki dua orang pria sepintas. Perahu itu nampak sedang mengarah menuju mereka.
“Mungkin mereka anak-anak kota yang sedang liburan di sini, Goo Halmoeni.” Na Yong memandang singkat ke arah perahu yang dimaksud Nenek Goo, ia memilih acuh dan kembali menatap kumpulan bebek yang masih menunggu untuk diberi umpan.
Hingga sapaan dari suara pria menyapa telinga mereka.
~
“Anyong haseyo”
Sehun yang mendengar Chanyoel menyapa duluan ikut membukukkan badannya, namun pandangannya tak lepas dari gadis bertopi lebar dan menunduk hingga hanya terlihat separuh wajahnya.
“Ne, Anyoeng haseyo,  apakah kalian turis di sini?” tanya seorang wanita tua yang duduk di belakang perahu.
“Ne, kami dari Seoul halmoeni. Chogi, apakah bebek-bebek ini miliki kalian?”
Mendengar kata kalian, gadis itu mengangkat kepalanya dan berniat untuk mengatakan bahwa sebenarnya bebek-bebek ini milik wanita yang ada di belakangnya. Namun saat ingin berucap, manik matanya terlebih dulu menangkap sosok yang tepat berada di depannya. Seketika ia meneguk ludahnya pelan.
“Sebenarnya mereka miliki nenek ini dan aku hanya membantu memberi makan.” Gadis itu berusaha berbicara setenang mungkin, mencoba menahan sesuatu yang rasanya ingin meledak saat itu juga.
“O..ohh begitu.” Chanyoel nampak salah tingkah ketika penglihatannya dikejutkan dengan paras gadis di depannya.

            Sedangkan Sehun yang sedari tadi dibuat terpana hanya mematung di belakang perahu.
“Sebenarnya kami ke sini untuk keperluan shooting mini drama.” Lanjut Chanyeol. Laki-laki itu bertaruh kalau sekarang dirinya tak bisa mengalihkan pandangan dari gadis yang sesekali memberi umpan kepada segerombolan bebek-bebek danau.
Na Young hanya menanggapinya dengan anggukan. Memberi kesan dingin terhadap dua namja yang kini masih menatapnya.
“Chogi, apa kau tak tau siapa kami?” akhirya Sehun berani mengeluarkan suaranya walaupun sedikit pelan.
Na Young mengerutkan keningnya, ia tahu Sehun tengah berbicara kepadanya.
“Ah, maaf, aku kurang begitu yakin”
Pernyataan gadis itu membuat Sehun dan Chanyeol saling berpandangn.
“Kau tak tau boyband EXO?”
Belum terdengar jawaban hingga detik berikutnya sebuah teriakkan pria terdengar dari kejauhan. Suara khas seorang Byun Baekhyun.
~
Sehun mengusap wajahnya pelan. Ia menatap kesal ke arah Baekhyun. Hal yang sama pun dilakukan oleh Chanyoel.
“Aku tak ingin ke danau ini lagi.” Ucap Baekhyun dengan suara sedikit bergetar, nafasnya naik turun dengan cepat. Semua pakaiannya basah kuyup, beberapa lumpur nampak mengotori celana jeansnya.
“Kau kan bisa berenang, kenapa kau takut? Aku bahkan sempat mengurungkan niat untuk menolong ketika melihat dirimu dengan begitu cepatnya berenang ke tepi.”  Kai menanggapi kesal, sambil memerah jaket hitam peraknya nya yang basah di pinggir danau.
“Tapi tidak untuk di danau, apa kau pernah mendengar cerita tentang hantu air yang menarik kaki-kaki perenang dan membuat mereka tenggelam?” pernyataan Bakhyun membuat ketiga namja itu menatap heran dan bertanya-tanya. Ada apa dengan otak anak ini?
“Tskk, kau masih mempercayai mitos murahan itu, hyung?” ejek Sehun.
“Aishh.. byunie, gara-gara kau, perbincanganku dengan seorang malaikat harus terhenti.” Chanyeol mengacak-acak rambutnya frustasi.
Kini giliran Baekhyun dan Kai yang memandang heran ke arah Chanyoel dan berasumsi bahwa kepercayaan Baekhyun akan mitos yang tak jelas juga menghampiri otak namja itu. Namun lain dengan Sehun yang memiliki tatapan berbeda karena ia mengerti maksud dari perkataan Chanyoel.
~
Detak jarum jam hampir menunjuk angka 12, namun gadis itu masih setia menggerakkan jari-jarinya di atas toots keyboard laptop berwarna hitam. Sesekali ia merenggakan tangan dan memutar lehernya yang terasa semakin pegal. Pergerakkan jarinya terhenti dan berpindah menuju wajahnya, mengusap pelan dagunya dengan satu jari telunjuknya, gadis itu mengkerutkan keningnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.
“Na Yong-ah, kau masih belum tidur?” suara seorang wanita membuat Na Yong menolehkan kepalanya ke arah pintu kamar.
“Ne ahjumma.” Sahutnya sambil terus melihat ke arah pintu, hingga perlahan daun pintu itu terbuka menampakkan wanita berusia 40an tengah membawa sebuah nampan yang berisi sesuatu.
“Aku membawakanmu susu dan kentang bakar.”
“Terimakasih bi, Eun Gi sudah tidur?”
“Tentu saja, Eun Gi tidak pernah tidur lewat dari jam 9 malam.” Perkataan bibinya yang lebih menyerupai sindiran membuat Na Yong melihat ke arah jam yang menggantung dekat lemarinya.
“Sudah tengah malam.” Na Young berkata dengan sedikit bergumam, ia memang tak menyadari jam yang terus berdetak dan telah menemani segala aktivitasnya sejak petang tadi.
“Beristirahatlah Na Young, sebanyak apapun pekerjaanmu, jangan pernah mengabaikan kesehatanmu. Tadi sore ibumu menelepon dan menanyakan keadaanmu.”
Na Young tersenyum mendengar ucapan bibinya. Oemma pasti benar-benar mengkhawatirkanku… ani, sebenarnya dia sangat merindukanku. Batinnya.
“Tinggal sedikit lagi ahjumma, aku akan segera tidur setelah menyelesaikannya.”
“Gurrae, kalau kau ingin kentang bakar lagi, kau bisa mengambilnya di dapur.”
Na Young mengangguk dan masih setia dengan senyum yang sama hingga bibinya meninggalkan kamarnya. Seketika wajahnya kembali fokus ke layar monitor yang sempat terabaikan beberapa menit.
~
Sehun menuruni satu persatu anak tangga yang terbuat dari kayu mahoni, sesekali ia merenggangkan tubuhnya dan menguap lebar. Ia mempercepat langkahnya ketika melihat kakeknya yang tengah menikmati secangkir kopi hangat di meja makan.
“Pagi, haraboedji.” Sehun menarik sebuah kursi dan duduk di samping kakeknya yang tengah memandang taman. Ia pun mengambil beberapa helai roti kemudian mengoleskan selai cokelat diatasnya, detik berikutnya roti itu telah meluncur mulus ke dalam mulutnya. Matanya ikut memandang ke arah taman yang tertata begitu indah dan rapi, Sehun berasumsi jika kakeknya telah menyewa gardener hebat untuk menata taman itu hingga menjadi nampak sempurna.
“Aishh, bocah-bocah itu belum bangun juga.” Sehun menggerutu sembari memandang ka arah lantai dua kemudian meraih juz yang ada di depannya.
“Mereka bahkan telah bangun lebih dulu dari mu. Kau tak lihat ini sudah jam berapa?” Perkataan kakeknya berhasil memubuat Sehun tersedak. Ia melap cepat cipratan juz yang membasahi area mulutnya. Matanya beredar keseluruh ruang makan dan menemukan jarum jam yang telah menunjukkan angka 10.
“Soelma, mereka benar-benar tak membangunkanku? Dimana mereka sekarang?” Sehun bertanya dengan nada tak sabaran. Sepintas terlihat kilatan dari matanya.
“Mereka bilang ingin berjalan –jalan di area sekitar taman rumah ini.”
 ~
“Jadi itu gadis yang kau bilang seperti malaikat?” Kai tak melepaskan fokus bola matanya ke arah gadis yang tengah sibuk memindah tanaman-tanaman kecil ke dari pollybag ke tanah yang sudah ia lubangi dan diberi pupuk.
“Eoo, bukankah dia gadis yang cantik.” Ucap Chanyoel, dengan satu pandangan yang sama lurusnya seperti Kai.
Baekhyun mengangguk dalam dengan sorotan mata yang tak kalah tajam, “Ku pikir kemaren kau benar-benar dirasuki hantu danau Chanyoel-ah. Tiba-tiba saja kau membahas tentang berbicara dengan seorang malaikat.” Belum sempat mengakhiri kata-katanya, Baekhyun menggerekkan tubuhnya cepat ketika tangan Chanyoel hampir mendaratkan satu cubitan keras di pinggangya.
“Hyung,  menurutku dia tak terlihat seperti gadis desa.” Kai mencoba mengalihkan perhatian para hyungnya yang hampir membuat keributan kecil lagi.
“Kau benar, tapi aku masih ragu..”Chanyoel menghentikan kata-katanya. Baekhyun dan Kai memandang penasaran ke arahnya.
“Dia sepertinya tak mengenali kita. Huaaa. Sebagai seorang hallyu aku merasa sangat sedih. Ternyata masih ada gadis korea yang belum mengenali kita.”
Pernyataan Chanyoel dengan sedikit aegyonya membuat Baekhyun dan Kai terkejut sekaligus tak percaya.
“Aku rasa, kita harus lebih sering tour di dalam negeri dari pada ke luar negeri.” yang lain terlihat mengangguk-angguk setuju dengan perkataan Kai, mereka kembali menumpukan pandangan pada satu titik yang berada cukup jauh dari mereka. Gadis itu.
Sementara dari arah lain tampak seorang pria berlari kecil sambil mencoba menarik zipper jaket cokelatnya ke atas. Sehun segera mempercepat gerakkan kakinya ketika melihat tiga sosok namja yang tengah bersantai di sebuah bangku dengan sandaran dan pohon trembesi yang tumbuh di belakangnya.
“Yaa! ka..kalian benar-benar keterlaluan hingga tak membangunkanku.” Sehun yang baru tiba langsung membungkukkan badannya, memegang lututnya dan mencoba menormalkan nafasnya setelah berlari cukup jauh, walaupun hanya berlari kecil biasa.
Tak ada sahutan.
“Ohh, sekarang kalian ingin mengacuhkanku juga, hyungggg….?” kali ini Sehun nampak beraegyo, mencoba menarik perhatian hyung-hyungnya yang sedari tadi tak sedikitpun memandang ke arahnya.
“Ooo..Sehun-ah. Apakah kau masih ingat saat kita berkunjung ke danau kemaren?” Tiba-tiba Chanyoel bersuara dengan nada tinggi hampir berteriak. Sehun mengkerutkan keningnya, sejak kapan hyung nya yang satu ini bertanya tanpa menatap matanya. Kenapa?
“Ya, Oh-Sehun, bukankan di sana kita bertemu dengan seorang nenek dan gadis yang naik perahu.”
Kalimat kedua yang meluncur dari mulut Chanyoel akhirnya berhasil menarik perhatian gadis di taman air mancur itu, ia pun mendongak sekilas ke arah mereka.
“Yaa.yaa.. akhirnya dia memandang ke arah kita.” Bisik chanyoel, heboh.
“Haruskah kita ke sana dan memperkenalkan diri?” Sambung Kai.
Kali ini Sehun membuka mulutnya, keningnya semakin berkerut. Otaknya mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi hingga lirikan matanya  menyadari seseorang yang telah mencuri perhatian teman-temannya, termasuk dirinya yang kini ikut membulatkan mata.
~
“Ehemm..” sesekali Sehun berdeham. Dengan langkah santai ia berjalan bolak-balik di ruang tengah rumah itu. Namun dari sorot matanya ia nampak terlihat gusar. Sesekali ia memandang ke arah taman, dinding yang terbuat dari kaca itu semakin memperjelas keberadaan dua sosok yang terlihat akrab. Untungnya ketiga namja itu tengah pergi ke luar, jika mereka melihat apa yang saat ini dilihatnya, Sehun menjamin pasti salah satu dari mereka akan keluar kemudian mengulurkan tangannya kepada gadis itu.
~
“Haraboedji, aku adalah salah seorang yang selalu setia mendengarkanmu ketika kau bercerita tentang taman dan kebun-kebun kesayanganmu. Bahkan aku rela meluangkan waktuku untuk merawat mereka yang kau sudah anggap seperti peliharaanmu. Tapi kenapa untuk hal ini kau tak memberitahukannya kepada ku, harabodji.” Na Young menunjukkan wajah memesal sekaligus kesalnya kepada pria yang selalu ia panggil haraboedji itu.
“Aku hanya ingin menguji ingatan kalian.”
Na Yong menghembuskan nafasnya panjang kemudian memegang kedua pipinya yang sedikit memerah karena pengaruh cuaca di luar yang sedikit panas “Aku masih tak percaya haraboedji. apakah ada yang salah pada diriku?”
 “Aniyo, kau tidak memiliki masalah sama sekali. Justru anak itu yang bermasalah.” Tn. Yoo tersenyum geli ketika melihat tingkah Na Yong.
“Ah, ini tak semudah yang kukira. Mungkin aku tetap akan diam sampai dia menyadarinya.” Na Young menarik nafas dalam. Dari hembusan nafasnya, Ia dapat menyadari bahwa sekarang dirinya tengah diperhatikan sepasang mata yang tajam dan tegas.
~
Sehun berjalan cepat ke luar menghampiri kakeknya. Bola matanya turut mengekor gadis yang mulai menjauh seiring kayuhan sepedanya.
“Oh… Sehun-ah, aku baru saja ingin mengajakmu membuat kue hottoek.” Tn Yoo sedikit terkejut dengan keberadaan Sehun yang tiba-tiba saja berada di sampingnya.
“Harabodji, apakah gadis barusan adalah salah satu pegawai kebunmu?” Sehun menggerak-gerakan bahu dan lengannya, mencoba terkesan santai walaupun sebenarnya rasa penasaran lebih mendominasi fikirannya.
Kakeknya pun berfikir sejenak kemudian menganggguk pelan, “Kau mengenalnya?”
“Aniyo, aku hanya pernah bertemunya 3 kali, bahkan namamnya pun aku tak tau.” Sahut Sehun
Kakeknya menaikkan sebelah alisnya kemudian menghembuskan nafas pelan. Saat ia ingin berlalu dari hadapan Sehun, namja itu kembali menahan langkahnya dengan pertanyaan.
“Siapa nama gadis itu, haraboedji?”
Mendengar pertanyaan dari cucunya, Tn. Yoo tersenyum kemudian berbalik menatap Sehun.
“Aigooo, kau tertarik dengan gadis itu, hmm?” pertanyaan kakeknya lebih terdengar seperti sindiran di telinga Sehun.
“A..aniyoo, bukan begitu. Aku hanya ingin tau namanya.” Jawab Sehun sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sebenarnya cukup gatal.
“Jika ingin tau namanya, tanyakan langsung kepada orang yang memiliki nama itu.”
Jawaban kakeknya membuat membulatkan mata Sehun. Ia tak menyangka kakeknya bisa memberi jawaban seperti itu.
“Ayo, kita membuat hottoek. Sudah lama kau tak makan hottoek enak buatan kakekmu ini kan Sehun?” Tn. Yoo menarik lengan Sehun, membawanya tubuh tinggi pria itu ke dalam rumah. Tak peduli dengan tatapan penasaran dan kesal Sehun karena pertanyaannya tak berhasil mendapat jawaban.
~
KOREAN AIR PLANE.
Seorang pria terlihat menyesap moccacino hangat yang baru saja di antarkan seorang pramugari, matanya memandang keluar jendela pesawat dengan destinasi penerbangan London-Incheon itu. Birunya langit dan awan yang berarak membuatnya tenggelam dalam lamunan hingga suara seseorang menyadarkannya.
“Mr.Kim, I’am so coriuos about Gepyang-jun.” seorang pria bermata biru dan berambut cokelat membuat pria yang duduk di sebelahnya mengalihkan pandangan dari jendela pesawat.
“Did you mean, Gopyang-gun? Dengarkan saranku baik-baik Mr.Joe, jangan gunakan kacamata hitam di sana, kalau kau ingin benar-benar melihat indahnya surga.” Laki-laki itu tersenyum kemudian kembali menyesap moccacinonya.
“Kau pasti sangat beruntung karena pernah tinggal di sana.” Pria berkebangsaan Inggris itu terlihat iri.
“You’re right, aku pernah menghabiskan masa kecilku di sana bersama sahabat-sahabat terbaikku.”
“Masa kecil memang selalu menarik untuk dikenang.” Ucap Joe, tangan pria berkebangsaan Jerman itu kembali sibuk membolak-balik majalah bisnis yang ada di pangkuannya.
Sedangkan pria bermarga Kim yang khas dengan lesung di pipinya kembali memandang keluar jendela dan tenggelam dalam lamunannya, beberapa memori tentang Gopyang-gun mulai berputar di otaknya. Tepat 17 tahun lalu, ketika dirinya memandang dari kejauhan wajah seorang anak perempuan yang menangis dan memintanya untuk tetap tinggal.

To Be Continued
Backsound : Man in Love - Infinite
PREVIEW
Tak seperti biasanya, villa mewah yang berada di puncak itu terlihat ramai. Beberapa orang terlihat sibuk mengatur posisi kamera, sedangkan beberapa lainnya disibukkan dengan penataan lighting serta kabel-kabel panjang yang saling terhubung satu dengan lainnya. Di antara aktivitas, itu empat orang namja yang tengah dirias wajahnya terlihat serius membaca lembaran kertas di tangan mereka.
~
“Nervous, itu hal biasa Na Young ah. Semua manusia pasti pernah merasakannya. Tetaplah menjadi es sampai dia mendapatkan palu pemecahnya.”
~
“Samchoen”
“Ooo, Na Young, akhirnya kau datang. Ini pertemuan pertama bukan? Jadi aku harus mengenalkanmu dulu”
~
“Myong so-ah, kau datang di saat yang tepat. Ini waktunya aku ingin melihat dirimu menujukkan caramu memegang globe KMY.”
“Apa maksudnya, appa?”
~
“Dia hanya berpura-pura atau hanya ingin bermain-main dengan kita?”
“Apa dia seorang stalker? Secret stalker?”
“Tidak-tidak, aku yakin sebelumnya dia sudah tahu siapa kita.”
~
“Jadi benar kau adalah Shin.. Na.. Young”
“Kau tahu namaku?”



Bagaimana story-nya chingu? Gaje kah? hehe.. mungkin ini karena efek tak lama menulis.
Siapa sebenanya Shin Na Young? Ok, author memang tidak langsung membahas profil main castnya secara langsung namun secara bertahap. Chingu hanya perlu mengikuti alur ceritanya saja, ok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar