Author : Shin Eun So
Genre : Romance, Comedy
Main Cast :
-
Shin My Sa (OC)
-
Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum
-
Song Joong Ki as Kim Joong Ki
-
And other casts
Anyoeng,
Eun So imnida *bow 90 degrees. Kebetulan aku makhluk baru dalam dunia
fanfiction, setelah sebelumnya sering menulis cerita –berupa cerpen-, aku jadi
tertarik sama dunia per-fanfiction dimana rata-rata main castnya adalah tokoh
idola, tak terkecuali dari kalangan K-pop stars. Kebetulan author juga K-pop
mania chingu. Hehehe..
Oh ya,
ini merupakan ff pertamaku, joengmal mianhae jika ceritanya ga seru atau
mungkin bikin para chingu jadi boring, soalnya aku udah lama vakum dari dunia
tulis menulis. Tapi author harap, chingu jangan angkat kaki dari blog ini
sebelum membaca karya-karya author ya, ya, ya …
Sekali
lagi author bener-bener meminta maaf atas segala kekurangan ff ini. Semoga para
readers suka. Author akan lebih bahagia lagi jika chingu meninggalkan komennya
di ff ini, karena hal itu sangat penting untuk menunjang karya-karya author
berikutnya.
Note : Ini adalah karya asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.
Note : Ini adalah karya asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.
Happy
reading …n_n
Gochang
Gun city, 11.00 pm
Seorang pria paruh baya baru saja
keluar dari salah satu toko elektronik yang berjejer rapi di Jalan Dong Su, Gochang-gun, sebuah pusat
perbelanjaan terkenal di kota metropolitan Gwang Ju. Tangannya menjinjing sekantong pelastik
bermerk, nampaknya ia baru saja membeli sesuatu dari toko itu
“Mysa, appa harap kamu akan senang
dengan hadiah ini.” Pria itu bergumam dengan senyum lebar bertengger di
bibirnya.
Malam semakin larut, pria itu terus
berjalan melewati beberapa toko yang mulai ditutup oleh pemiliknya. Hingga
seretan kakinya sampai pada emperan toko sepi tak berpenghuni. Mendadak dirinya
merasa disergap hawa tak nyaman.
“Hei Ajhusii, nampaknya kau baru saja
membeli barang mewah, apa kau baru gajihan hari ini?” terdengar suara bas dari
seorang lelaki yang muncul dari balik lorong pertokoan yang gelap. Lampu
temaram di emperan toko itu berhasil menunjukkan wajah bengisnya dengan beberapa
goresan luka.
“Ah ya Hyung, sekarang kan tanggal
muda, pasti isi dompet ajhusii ini tebal.” Selang detik berikutnya muncul dua
orang lelaki dengan penampilan serampangan, bisa dipastikan mereka adalah
komplotan preman yang sedang berkeliaran mencari mangsa di malam hari.
“Ma.mau apa kalian?” jelas terlihat
kegugupan di wajah pria payuh baya itu.
“Ajhussi, maukah kau berbaik hati hari
ini dengan membagi sedikit rezekimu kepada kami?” Salah seorang preman itu
kembali bertanya dengan nada meremehkan.
“Ah, ke..kebetulan, aku memang berniat
untuk menyumbangkan sebagian rezeki ku hari ini. Karena kalian bertiga maka aku
akan memberi bonus ekstra.” Pria itu mencoba menunjukkan sisi baiknya, namun
tetap saja, jika singa sudah kelaparan, melihat daging termahal dan terlangka
sekalipun mereka akan tetap mengejarnya.
“Benarkah? Lihat hyung, ajhussi ini
ternyata berhati baik, sebaiknya kita batalkan saja niat kita un..
hmff..”perkataan salah seorang namja preman yang lebih muda terputus karena
tiba-tiba mulutnya dibekap oleh temannya.
“Untuk apa? Memangnya kalian mau apa?
Aigooo, jangan katakan kalau kalian ingin merampokku. Aishhh, sungguh diluar dugaan,
sekilas dari penampilan, kalian tak terlihat seperti preman, justru kalian ini
mengingatkanku pada salah satu band yang terkenal. Ah, aku lupa apa nama band
itu.” Ajhussi itu tampak berfikir sejenak.” Ahh, Aku ingat, Band Turbo.”
Lelaki yang mulutnya dibekap tiba-tiba
saja langsung menangkis tangan temannya “Jinja? Apakah kami ini benar-benar
mirip dengan band tu.. tu.. tugo?”
“Paboo, kau mau disebut mirip dengan
band yang ada di tahun nenek moyangmu itu hahh?” pria yang tangannya sempat
ditangkis kini digunakan untuk menjitak kepala si namja polos itu.
“Terlalu banyak basa-basi Hyung,
langsung sikat saja.” Perintah salah seorang komplotan preman dengan nada tidak
sabaran.
Belum sempat para preman itu mengangkat kakinya, sang
ajhussi telah lebih dulu mengambil langkah seribu.
“Yaaa Ajhussi, jangan lari, !” teriak salah seorang preman itu penuh
amarah.
Ajhussi itu terus berlari kencang,
melewati lorong-lorong pertokoan yang lumayan sempit dengan banyak kelokan.
Sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat keberadaan preman itu, dan benar
saja, para kompolotan itu terus berlari cepat layaknya kumpulan singa kelaparan
yang tengah mengejar seeokor rusa.
‘Siapapun, tolong aku’ batin pria itu,
berharap ada malaikat yang bisa membawanya pergi dari tempat yang penuh ancaman
kala itu juga.
~ ~ ~
“Siapa pria itu?wajahnya nampak tak
tenang?” seorang lelaki bertumbuh tinggi dengan beberapa kerutan di wajahnya
tengah menatap seorang pria yang melambai-lambaikan tangannya di pinggir jalan.
“Sepertinya ia dalam masalah.” Gumam
pria itu kembali, akhirnya ia memutuskan untuk merapatkan mobil Hyundai-nya
kepinggir jalan, tepat di depan pria yang ia perhatikan tadi.
“Tolong aku, tolong aku..” terdengar
kotokan keras di kaca mobilnya, ia pun membukakannya segera.
“Tu..an, bisakah ka..u menolongku, aku
sedang dikejar preman.” Ujang sang ajhussi dengan nafas megap-megap ditambah
ekspresi ketakutan di wajahnya.
“Itu dia!!!” terdengar teriakkan dari
jauh disusul sekelabat bayangan yang berlari kencang dari arah selatan. Pemandangan itu membuat si ajhussi semakin panik.
“Tuan, aku mohon, bisakah kau
membawaku pergi?” ajhussi itu memohon untuk kesekian kalinya, kali ini ia
benar-benar berharap pria di depannya adalah sosok malaikat penyelamat yang
dikirimkan tuhan untuknya.
“Naiklah.” Perintah pria itu. Ia segera
membukakan pintu mobil yang kemudian disusul masuknya sang ajhussi, detik berikutnya ia menancap gas sekencang
mungkin meninggalkan komplotan preman yang hampir saja menggapai mobilnya.
“Hahhh, hahhh.. ” dengusan keras masih
terdengar dari hidung ajhussi itu, keringatnya terus mengucur deras dari
pori-pori kulitnya.
“Minumlah.” Tawar pria yang duduk di
sampingnya seraya memberikan sebotol air sedangkan tangan lainnya sibuk
memegang kemudi mobil.
Ajhussi itupun mengambilnya dan segera
menenggak habis minumannya.
“Ghamsahamnida Tuan, kau telah
menyelamatkanku. Aku berhutang budi padamu.” Ucap si ajhussi setelah nafasnya
normal kembali.
“Chonmaneyo, memang seharusnya sesama
manusia saling membantu, Apakah mereka tadi sekelompok preman?” tanya pria yang wajahnya nampak bijaksana itu
dengan tatapan masih fokus ke depan.
“Ya. Tak sengaja saya bertemu mereka
di emperan toko yang sepi dan mereka berniat untuk merampok barang dan uang
saya. Untungnya saya bertemu tuan. Oh ya, perkenalkan saya Shin Woo Soo, “ ucap
Ajhussi yang disinyalir bermarga Shin itu seraya mengulurkan tangannya dengan
sopan.
“Panggil saja saya dengan nama Kim,
senang berkenalan dengan anda. Kalau begitu saya akan antarkan anda pulang.”
~ ~ ~
Sementara
itu di lain tempat, seorang yoeja berwajah
oriental dengan mata beriris cokelat sedang
menelungkupkan wajahnya di meja makan. Rambut cokelatnya yang panjang dan bergelombang
menutup sisi-sisi wajahnya.
“Eomma,
appa lama sekali, apa dia kerja lembur hari ini?” tanya yoeja itu setelah
sedikit memiringkan wajahnya, memandang ibunya yang tengah menuangkan sup ke
dalam mangkok.
“Ayy,
kau pasti tak sabar untuk mendapat jatah dari
Appa kan? Yaa, Grandma, kau ini kan sudah bekerja, untuk apa kau meminta
jatah lagi pada appa, semua jatahmu seharusnya diberikan padaku.” Celoteh adik
laki-lakinya yang sedari tadi sibuk bermain PSP.
“Yaa,
enak saja, itu namanya serakah. Tidak bisa, lagi pula gajihku kan pas-pasan,
kebutuhanku juga banyak, jadi aku masih perlu uang tambahan.” Yoeja itu membela
diri.
“Adik
mu benar Mysa, kau kan sudah besar. Seharusnya kau bisa mengatur keuanganmu
agar tidak boros, Eomma pikir gajimu sebagai guru honor itu sudah cukup, bahkan
kau bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung.” Nasihat Eommanya.
Ya,
Yoeja itu bernama Shin Mysa, atau dipanggil dengan sebutan Mysa. Anak dari
keluarga sederhana bertempat tinggal di Dong Gu, tepatnya di Shin Gong, sebuah
tempat yang letaknya hampir terpencil dari perkotaan. Ayahnya adalah orang
Korea asli, sedangkan ibunya blasteran Turki dan Jepang. Tak heran, dari
perpaduan ras asia yang berbeda, ia mewaris wajah yang cantik, sehingga banyak
pria yang menaruh perhatian padanya. Mysa kini baru saja diangkat menjadi guru
honor di sebuah sekolah dasar, setelah beberapa bulan ia menyelesaikan gelar
sarjana pendidikannya di salah satu universitas di Gwang Ju. Namun sayangnya,
dibalik physical appearance yang
mempesona , Mysa masih menyimpan
banyak kekurangan, seperti pimplan, pemarah, bahkan kadang suka membuat hal
aneh dan memalukan. Tak heran, jika adiknya menjuluki Grandma karena
sifat-sifatnya itu.
“Appa
pulang..” seru seseorang dari balik pintu.
“Itu
appa.” Mysa segera mengangkat kepalanya dari meja kemudian berlari menuju pintu
depan disusul adik dan ibunya.
“Appa,
kau sudah pu…”kata-katanya terputus karena melihat seorang pria asing yang tengah
berdiri di samping ayahnya.
“Ah ya,
kenalkan, ini Tuan Kim, dia baru saja menolong appa tadi.” Penjelasan appanya
membuat Mysa, Mu Gyul, dan Ibunya menatap heran.
“Menolong
Appa? Apa terjadi kecelakaan?” tatapan Mysa menelusuri seluruh tubuh ayahnya,
namun tak sedikitpun ditemukan tanda-tanda terluka di sana.
“Nanti
Appa akan ceritakan, lebih baik kita masuk ke dalam, di luar udaranya dingin”
“Iya,
ayo masuk ke dalam, kebetulan eomma sudah menghangatkan sup, sekalian saja ajak
Tn. Kim untuk makan bersama. “Eomma Mysa kemudian membimbing mereka menuju
ruang makan.
Sehabis
makan malam - tentunya bersama Tuan Kim - Appa mulai menceritakan kejadian yang
telah dialaminya malam itu. Mulai dari dicegat preman di pertokoan Dong Su
hingga pertemuannya dengan Tuan Kim.
“Untunglah
ada Tuan Kim yang membantu Appa, kalau tidak ada beliau entah bagaimana nasib
Appa sekarang. Aku sangat berhutang budi padamu Tn. Kim” Ucap ayah Mysa seraya tersenyum
ke arah Tn. Kim
“Ah,
ini hanya kebetulan Tn. Shin. Takdirlah yang sudah menentukannya.” Tn. Kim
menanggapi dengan penuh bijaksana seraya menyeruput teh hangat miliknya.
“Itu
benar, namun bisa dibilang juga sebagai sebuah keajaiban. Karena jarang sekali
orang yang mendapat hal beruntung seperti itu.” Sambung Mysa.
Sejenak
Tn. Kim memerhatikan wajah Mysa, entah kenapa ada rasa aneh dalam dirinya, Raut
wajah Mysa seperti mengingatkannya akan seseorang. Seseorang yang pernah
mengajarkan arti kebahagiaan dalam hidupnya, seseorang yang pernah membuatnya
merasa menjadi manusia paling berdosa di dunia ini.
Tn.
Kim menyadari jika ia terlalu lama memandang Mysa, dan hal itu membuat orang di
sekitarnya kebingungan, terutama Mysa sendiri. Ia pun segera menyeruput kembali
teh hangatnya untuk mengalihkan perhatian, setelah teh itu mengalir di
kerongkongannya ia kembali berucap “Apa dia putrimu Tn Shin?”
“Iya,
ini putriku Shin Mysa, dan ini putra bungsuku, Shin Mugyul.” Mysa dan Mu Gyul
tersenyum kemudian membungkukkan kepala mereka sebagai perkenalan.
“Kalian
benar-benar keluarga yang harmonis.” Tn Kim meletakkan gelas tehnya yang sudah
kosong ke atas meja, kemudian mengambil mantel yang berada di sampingnya dan
memasangkannya ke badan. “Ini sudah larut malam, sebaiknya aku segera pulang.”
“Baiklah
Tn. Kim, akan aku antar kau keluar.”
Appa Mysa
menemani Tn Kim menuju pintu depan dan selang waktu kemudian mobil abu-abu yang
terparkir di depan rumah Mysa itu pun beranjak pergi.
Sekembalinya
Tn. Shin ke ruang tengah, Mysa sudah bersiap dengan pertanyaan yang ia ingin
lontarkan pada appanya
“Memangnya apa yang appa lakukan di Dong Su?” tanya
Mysa, penuh selidik. Penasaran dengan apa yang dilakukan ayahnya hingga
terlambat pulang.
“Aigoo,
Appa hampir lupa.” Appa Mysa langsung meraih bungkusan yang di taruhnya di atas
meja ruang tamu .
“Mysa,
ini untukmu sebagai hadiah atas diterimanya kau menjadi guru di Myong Jang.”
Mysa yang
melihat appanya membawa sebuah pelastik berukuran sedang dengan sebuah benda
berbentuk persegi panjang di dalamnya. Ia mengernyitkan alis ketika menerima
bingkisan itu.
“Semoga
kau suka.” Harap appanya.
Ketika
jari-jari Mysa menarik keluar benda dari dalam pelastik itu, ia berteriak
histeris. Sebuah smartphone yang ia sangat dambakan masih tersegel rapi di
dalam kotak. “Kyaaaak, gadget impianku!!!”
Mu Gyul
yang mendengar teriakkan itu langsung berlari ke tempat nunanya. “Mwo?? Appa
membelikan itu untuk si grandma, mana mungkin.”
“Gomawo,
kau memang appa yang sangat baik. saranghae.” Mysa kemudian mencium kedua pipi
ayahnya dan berlari menuju kamar atas diikuti Mugyul yang terus mengumpat dari
belakang.
Myong Jang Ch’odunghakkyo (Elementary School)
“Yoboseyo, Ah, Min Ha si, Nde?, , Benarkah?
Tentu saja aku mau. Kebetulan aku sudah selesai mengajar, Bagaimana kalau kau menjemputku sekarang. Ok,
aku tunggu.” Tiit. Mysa menutup telepon genggamnya. Senyum simpul tersemat di
bibir manisnya, ia merasa senang karena baru saja mendapat telepon dari sahabatnya
yang sudah lumayan lama tak ia jumpai, yaitu Shin Min Ha. Seorang gadis
berwajah cukup cantik dan memiliki umur sama dengan Mysa. Hanya saja nasibnya
sedikit lebih beruntung, karena ayahnya memiliki perusahaan periklanan di Seoul,
Min Ha sendiri diangkat menjadi manager di perusahaan itu
Selang
beberapa menit kemudian.
“Mysa
ah..!” teriak seorang gadis dari dalam mobil berwarna merah, tangannya
melamba-lambai ke arah Mysa yang tengah berdiri di depan kantor guru.
“Min
Ha.” Menyadari kedatangan sahabatnya, Mysa pun bergegas menghampiri.
“Lama
menunggu?” tanya Min Ha sembari membetulkan letak kacamata yang telah setia
bertengger di hidungnya sejak 5 tahun terakhir.
“Ah
tidak, kajja kita berangkat.”
Mysa
dan Min Ha adalah sahabat dekat. Mereka sudah berteman sejak kecil, bahkan
keluarga mereka pun sangat akrab. Hari itu Min Ha mengajak Mysa untuk berjalan
jalan ke Meiro Store, area perbelanjaan dan hiburan terbesar yang baru dibuka.
Letaknya di sentral Kota Gwangju, cukup memakan waktu yang lama menuju ke sana.
“Mwo?
Jadi alasanmu mengajakku ke Gwang Ju hanya untuk menemani kau bertemu dengan
teman virtual mu itu? Apa kau sudah mengenalnya dengan baik. atau jangan
–jangan dia penipu.” Mysa menatap Min Ha penuh selidik, ada sedikit nada tak
senang dari cara bicaranya.
“Itu
bukan satu-satunya tujuanku. Ada beberapa barang yang ingin aku beli, aku juga
akan mentraktir kau nanti.” Jelas Min Ha.
“Benarkah?
Baiklah kalau begitu” Dengan begitu cepatnya Mysa meredam emosi yang sempat
naik beberapa derajat hanya karena mendengar kata ‘traktir’.
Di sebauh kafe lantai dua,
bernuansa outdoor
Pemandangan
langit sore nan indah tak jua menarik perhatian mata seorang pria berwajah
tampan yang tengah duduk santai dekat dengan pagar pembatas lantai 2 kafe
bernuansa outdoor. Mata beningnya yang memikat masih berkeliaran di tengah
padatnya orang-orang yang mengunjungi Meiro Store.
“Aishh,
lama sekali gadis itu.” Gerutunya.
“Ini
sekaleng soda yang kau pesan tadi tuan.” Seorang pelayan menyerahkan sekaleng
soda kepada pria itu.
“Terimakasih.”
Pria berwajah babby face itu segera membuka kaleng soda dan menenggak isinya.
Sesekali matanya melirik ke arah yoeja-yoeja yang juga berada di lantai sama,
mereka terlihat berbisik sambil sesekali mencuri –curi pandang ke arahnya. Pria
itu hanya tertawa kecil, entah kenapa ia merasa dilahirkan sebagai seorang pria
yang sangat beruntung di muka bumi ini, semua yang diidamkan perempuan ada pada
dirinya, dari harta, jabatan, dan tak kalah penting adalah wajah yang menawan.
“Sicca,
apa kau ingin memenjarakanku di sini dengan yoeja-yoeja genit huhh?” lagi-lagi
pria itu menggerutu tak jelas, nampak raut kesal di wajahnya. Ia merogoh ponsel
dari dalam sakunya kemudian menekan-nekan tombol untuk menghubungi seseorang.
Pria itu masih diam, rupanya belum terdengar jawaban dari seberang sana, tangan
kirinya yang tak ada kerjaan mulai memainkan kaleng soda yang sudah ia habiskan
sejak tadi. Entah kenapa, ia mulai tertarik dengan permainan tangan kirinya, ia
pun melempar kaleng itu kemudian menangkapnya kembali. Hal itu dilakukannya
berualang-ulang hingga kaleng itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke bawah.
“Aaaakk”
Pria
itu terkejut, ia mendengar ada suara teriakan, tepat setelah kaleng soda itu
terlempar dari tangannya.
‘Apa
mungkin kaleng soda itu yang berteriak’ muncul pikiran aneh dalam benaknya.
Prankkk,
hampir saja jantungnya berhenti berdetak
ketika melihat kaleng yang baru saja ia jatuhkan kembali ke atas dan tepat
membentur sisi kepalanya.
‘Omo,
apa kaleng ini ingin balas dendam?’
Di depan kafe Oisoro, Meiro
Store.
“Wah,
banyak sekali pengunjung sore ini, aneka barang yang dujual pun beragam. Huhh,
coba saja kalau aku bawa dompet tadi, mungkin detik ini sudah ludes semua
isinya” Mysa membayangkan nasib dompetnya jika ikut serta dibawa ke pusat
perbelanjaan, dan benar saja, kejadian naas money
is all out sering menimpanya.
“Kau
harus merancang keperluan mu terlebih dulu agar uang yang kau keluarkan tak
sia-sia. Ingat, yoeja itu lapar mata.” Min Ha terkekeh pelan.
Pletakk,
terdengar suara benda asing jatuh dan menimpa sebuah materi permamanen, yaitu
kepala Mysa sendiri.
“Aaaak,
“ Mysa meringis kesakitan ketika melihat sebuah kaleng menimpa kepalanya. Ia
pun segera memungut benda itu.
“Apa
ini berasal dari atas sana? Lancang sekali orang yang membuangnya. Akan
kulempar kembali dan kuharap ini juga mengenai kepalanya. “
Shooot,
dengan 20% tenaga dan 80% emosi, Mysa melemparkan botol itu kembali ke atas,
dan …trengg..trengg, pemandangan indah nan mempesona mewarnai penglihatan kedua
yoeja itu. Seorang lelaki yang muncul bagai malaikat yang baru saja turun dari
surga, tapi tunggu, kenapa ada kaleng di tangannya. Bukankah kaleng itu..
“Yaa,
apa kau yang melemparnya tadi?” Teriak pria dari lantai dua kafe itu, arah
matanya tepat menuju Mysa dan Minha yang sedari tadi berdiri mematung sambil
memandang ke atas.
“Yaa,
bukankah itu milikmu?. Kau kan yang melemparnya ke bawah dan mengenai kepalaku.
Memangnya kau pikir aku tempat sampah yang seenaknya saja dilempari, dasar
namja sembarangan.” Oceh Mysa, rasa terpesonanya terhadap pria itu pudar
seketika.
“Apa
kau bilang, melemparnya? Justru benda ini yang melemparkan dirinya dari
tanganku. Apa kau tau? Saat kau melemparnya benda ini mengenai kepalaku, dan
rasanya sangat sakit” kilah pria itu.
“Itu
juga yang aku rasakan namja pabo.” Mysa mulai tak tertahan, terlukis kilatan
api dari bola matanya.
“Sudahlah
Mysa, kita pergi, banyak orang yang melihat kita.” Min Ha yang sedari tadi
menjadi pendengar setia pertengkaran itu mencoba menenangkan Mysa.
Mysa
pun menurut perkataan Minha dan meninggalkan pria yang masih setia berdiri di
atas sana dengan wajah innocentnya.
~Ki
Bum POV~
Ahh,
Yoeja itu benar-benar aneh. Selama ini jika aku berbuat kesalahan didepan
wanita-terkecuali ajhumma- mereka akan segera tersenyum dan memaafkanku. Tapi
yoeja itu berbeda, apakah matanya terkena katarak atau semacamnya sehingga tak
menyadari ketampananku. Aishh, tapi, yoeja itu cantik juga. Jika lain kali aku
bertemu dengannya, aku akan mengajaknya berkenalan.
“Tidak
ada satu orang pun wanita di dunia ini
yang tak takluk padaku” gumam pria yang ternyata bernama Ki Bum, disertai
seringaian yang khas yang mampu membuat wanita mana saja memekik.
“Apa
yang kau katakan Chagia?” terdengar suara lembut dari sebelah kanan Kibum,
sontak ia pun menoleh.
“Oh,
Sicca ah.. kenapa kau lama sekali?” Ki Bum langsung menanyakan alasan keterlambatan
yoejachingunya itu dengan raut kesal.
“Mianhae
oppa, aku ada sesi pemotretan tambahan tadi. Dan maaf, aku tak sempat
mengangkat teleponmu karena terselip dalam tas.”Jelasnya dengan wajah se aegyo
mungkin, dan hal itu sukses meluluhkan Kibum
“Ya
sudah tak apa, kajja kita jalan.”
~ ~ ~
~Mysa
POV~
“Mysa
ah, gwenchana?” Min Ha nampaknya bisa mengetahui apa yang aku rasakan sekarang
dengan membaca wajahku.
“Ne,
gwenchana.” Ucapku pelan.
“Mysa,
pria yang tadi melemparmu dengan kaleng itu tampan juga.”
“Ya
memang, tapi tidak gentle, walaupun fisiknya OK tapi sikapnya terhadap wanita
sungguh sangat jelek.” Masih ada rasa kesal yang menyelip dalam hatiku,
walaupun tak sehebat tadi.
“Lihat,
tas di sana sangat lucu. Omo, diskon 70%. Ayo kita ke sana.” Min Ha dengan
semangat menarik tanganku menuju ke tempat yang ia maksud.
Aku
mengedarkan pandanganku sekilas ke tempat penjualan tas yang letaknya tepat di
bawah pagar pembatas lantai 3. “Ya, kenapa di sini pembelinya sangat sedikit.
Bukankah diskonnya besar?”
“Mungkin
pengunjung di sini punya tingkat gengsi yang tinggi, mereka pikir barang yang
berdiskon besar hanya untuk mayarakat menengah ke bawah. Aku tak peduli, yang
penting murah. Kajja, akan kubelikan satu untukmu.” Tawar Min Ha, aku pun
tersenyum senang memiliki sahabat sepertinya. Dia sungguh orang yang
perhitungan dan hemat, semoga saja suatu hari nanti aku bisa tertular sifatnya
itu.
~ ~ ~
~Ki
Bum POV~
Kini
langkah kami berdua telah sampai di lantai 3 mol memiliki lantai terbanyak di
Kota Gwang Ju. Aku dan Yoejachinguku Jessica, tengah menikmati dukbokki hangat, ditambah saus pedas yang
sangat menggiurkan. Awalnya Jessica mengajakku duduk, namun aku lebih suka
berdiri di pagar pembatas mol lantai 3 itu. Aku sangat senang berada di posisi
seperti itu, karena dengan begitu aku bisa mengamati apa yang terjadi di bawah,
maupun di atas. Entah ini berhubungan dengan karekterku atau tidak, tapi aku
sudah sering melakukannya sejak kecil.
“Oppa,
kapan kau akan mengenalkanku pada eomma mu?” Jessica dengan manjanya memeluk
lengan ku dengan kepala bersandar di bahuku.
“Eomma
sedang ke Taiwan, jika dia kembali, aku berjanji akan mengenalkanmu padanya.”
Suaraku terdengar sedikit tak jelas karena berbicara sambil mengunyah dukbokki.
“Aku
juga ingin dikenalkan pada appamu.”
‘Deg’
Appa, sebutan yang membuat segala aktifitasku berhenti seketika, termasuk
kegiatan mengunyahku saat itu. Kata yang mampu membalikkan memoriku ke masa
silam.
Aku
menggelang cepat, mancoba melepaskan tangan-tangan memori yang ingin menarikku
kembali ke dalam lubang pekat masa lalu.
“Ya,
suatu saat nanti.” lirihku.
‘Dukk’
kakiku tak sengaja tersenggol anak kecil yang berlarian di mol itu, tubuhku
oleng dan wadah dobokki di tanganku menjadi miring, seketika saja sausnya
bercucuran ke bawah. Drama tak berhenti sampai di situ, sekarang mataku
disuguhi pemandangan seseorang yang tengah terbakar di bawah sana.
‘Yoeja
itu lagi!!’ teriak batinku, tak percaya.
~TBC~
Gimana
Chingu ff nya? Ga bikin kalian pusing sampai muntah-muntah kan *author lebay.
Oh ya, sebenarnya author ada beberapa part kelanjutannya, Cuma ga author
publish karena belum diedit. Doakan saja, semoga author bisa cepat memposting
dalam waktu dekat. n_n
FF Collections Part 2 Part 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar