Rabu, 21 Agustus 2013

Grace Of Love (Part 1)




Author : Shin Eun So
Genre : Romance, Comedy
Main Cast :
-          Shin My Sa (OC)
-          Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum
-          Song Joong Ki as Kim Joong Ki
-          And other casts

Anyoeng, Eun So imnida *bow 90  degrees. Kebetulan aku makhluk baru dalam dunia fanfiction, setelah sebelumnya sering menulis cerita –berupa cerpen-, aku jadi tertarik sama dunia per-fanfiction dimana rata-rata main castnya adalah tokoh idola, tak terkecuali dari kalangan K-pop stars. Kebetulan author juga K-pop mania chingu. Hehehe..
Oh ya, ini merupakan ff pertamaku, joengmal mianhae jika ceritanya ga seru atau mungkin bikin para chingu jadi boring, soalnya aku udah lama vakum dari dunia tulis menulis. Tapi author harap, chingu jangan angkat kaki dari blog ini sebelum membaca karya-karya author ya, ya, ya …
Sekali lagi author bener-bener meminta maaf atas segala kekurangan ff ini. Semoga para readers suka. Author akan lebih bahagia lagi jika chingu meninggalkan komennya di ff ini, karena hal itu sangat penting untuk menunjang karya-karya author berikutnya.

Note : Ini adalah karya  asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.

Happy reading …n_n


Gochang Gun city, 11.00 pm
          Seorang pria paruh baya baru saja keluar dari salah satu toko elektronik yang berjejer rapi di Jalan  Dong Su, Gochang-gun, sebuah pusat perbelanjaan terkenal di kota metropolitan Gwang Ju.  Tangannya menjinjing sekantong pelastik bermerk, nampaknya ia baru saja membeli sesuatu dari toko itu
          “Mysa, appa harap kamu akan senang dengan hadiah ini.” Pria itu bergumam dengan senyum lebar bertengger di bibirnya.
          Malam semakin larut, pria itu terus berjalan melewati beberapa toko yang mulai ditutup oleh pemiliknya. Hingga seretan kakinya sampai pada emperan toko sepi tak berpenghuni. Mendadak dirinya merasa disergap hawa tak nyaman.
          “Hei Ajhusii, nampaknya kau baru saja membeli barang mewah, apa kau baru gajihan hari ini?” terdengar suara bas dari seorang lelaki yang muncul dari balik lorong pertokoan yang gelap. Lampu temaram di emperan toko itu berhasil menunjukkan wajah bengisnya dengan beberapa goresan luka.
          “Ah ya Hyung, sekarang kan tanggal muda, pasti isi dompet ajhusii ini tebal.” Selang detik berikutnya muncul dua orang lelaki dengan penampilan serampangan, bisa dipastikan mereka adalah komplotan preman yang sedang berkeliaran mencari mangsa di malam hari.
          “Ma.mau apa kalian?” jelas terlihat kegugupan di wajah pria payuh baya itu.
          “Ajhussi, maukah kau berbaik hati hari ini dengan membagi sedikit rezekimu kepada kami?” Salah seorang preman itu kembali bertanya dengan nada meremehkan.
          “Ah, ke..kebetulan, aku memang berniat untuk menyumbangkan sebagian rezeki ku hari ini. Karena kalian bertiga maka aku akan memberi bonus ekstra.” Pria itu mencoba menunjukkan sisi baiknya, namun tetap saja, jika singa sudah kelaparan, melihat daging termahal dan terlangka sekalipun mereka akan tetap mengejarnya.
          “Benarkah? Lihat hyung, ajhussi ini ternyata berhati baik, sebaiknya kita batalkan saja niat kita un.. hmff..”perkataan salah seorang namja preman yang lebih muda terputus karena tiba-tiba mulutnya dibekap oleh temannya.
          “Untuk apa? Memangnya kalian mau apa? Aigooo, jangan katakan kalau kalian ingin merampokku. Aishhh, sungguh diluar dugaan, sekilas dari penampilan, kalian tak terlihat seperti preman, justru kalian ini mengingatkanku pada salah satu band yang terkenal. Ah, aku lupa apa nama band itu.” Ajhussi itu tampak berfikir sejenak.” Ahh, Aku ingat, Band Turbo.”
          Lelaki yang mulutnya dibekap tiba-tiba saja langsung menangkis tangan temannya “Jinja? Apakah kami ini benar-benar mirip dengan band tu.. tu.. tugo?”
          “Paboo, kau mau disebut mirip dengan band yang ada di tahun nenek moyangmu itu hahh?” pria yang tangannya sempat ditangkis kini digunakan untuk menjitak kepala si namja polos itu.    
          “Terlalu banyak basa-basi Hyung, langsung sikat saja.” Perintah salah seorang komplotan preman dengan nada tidak sabaran.
          Belum sempat  para preman itu mengangkat kakinya, sang ajhussi telah lebih dulu mengambil langkah seribu.
          “Yaaa Ajhussi, jangan lari,  !” teriak salah seorang preman itu penuh amarah.
          Ajhussi itu terus berlari kencang, melewati lorong-lorong pertokoan yang lumayan sempit dengan banyak kelokan. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat keberadaan preman itu, dan benar saja, para kompolotan itu terus berlari cepat layaknya kumpulan singa kelaparan yang tengah mengejar seeokor rusa.   
          ‘Siapapun, tolong aku’ batin pria itu, berharap ada malaikat yang bisa membawanya pergi dari tempat yang penuh ancaman kala itu juga.
          ~ ~ ~
          “Siapa pria itu?wajahnya nampak tak tenang?” seorang lelaki bertumbuh tinggi dengan beberapa kerutan di wajahnya tengah menatap seorang pria yang melambai-lambaikan tangannya di pinggir jalan.
          “Sepertinya ia dalam masalah.” Gumam pria itu kembali, akhirnya ia memutuskan untuk merapatkan mobil Hyundai-nya kepinggir jalan, tepat di depan pria yang ia perhatikan  tadi.
          “Tolong aku, tolong aku..” terdengar kotokan keras di kaca mobilnya, ia pun membukakannya segera.
          “Tu..an, bisakah ka..u menolongku, aku sedang dikejar preman.” Ujang sang ajhussi dengan nafas megap-megap ditambah ekspresi ketakutan di wajahnya.
          “Itu dia!!!” terdengar teriakkan dari jauh disusul sekelabat bayangan yang berlari kencang dari arah selatan.  Pemandangan itu membuat si ajhussi semakin panik.
          “Tuan, aku mohon, bisakah kau membawaku pergi?” ajhussi itu memohon untuk kesekian kalinya, kali ini ia benar-benar berharap pria di depannya adalah sosok malaikat penyelamat yang dikirimkan tuhan untuknya.
          “Naiklah.” Perintah pria itu. Ia segera membukakan pintu mobil yang kemudian disusul masuknya sang ajhussi,  detik berikutnya ia menancap gas sekencang mungkin meninggalkan komplotan preman yang hampir saja menggapai mobilnya.  
          “Hahhh, hahhh.. ” dengusan keras masih terdengar dari hidung ajhussi itu, keringatnya terus mengucur deras dari pori-pori kulitnya.
          “Minumlah.” Tawar pria yang duduk di sampingnya seraya memberikan sebotol air sedangkan tangan lainnya sibuk memegang kemudi mobil.  
          Ajhussi itupun mengambilnya dan segera menenggak habis minumannya.
          “Ghamsahamnida Tuan, kau telah menyelamatkanku. Aku berhutang budi padamu.” Ucap si ajhussi setelah nafasnya normal kembali.
          “Chonmaneyo, memang seharusnya sesama manusia saling membantu, Apakah mereka tadi sekelompok preman?”  tanya pria yang wajahnya nampak bijaksana itu dengan tatapan masih fokus ke depan.
          “Ya. Tak sengaja saya bertemu mereka di emperan toko yang sepi dan mereka berniat untuk merampok barang dan uang saya. Untungnya saya bertemu tuan. Oh ya, perkenalkan saya Shin Woo Soo, “ ucap Ajhussi yang disinyalir bermarga Shin itu seraya mengulurkan tangannya dengan sopan.
          “Panggil saja saya dengan nama Kim, senang berkenalan dengan anda. Kalau begitu saya akan antarkan anda pulang.”
~ ~ ~
Sementara itu di lain tempat, seorang yoeja  berwajah oriental dengan mata  beriris cokelat sedang menelungkupkan wajahnya di meja makan. Rambut  cokelatnya yang panjang dan bergelombang menutup sisi-sisi wajahnya.
“Eomma, appa lama sekali, apa dia kerja lembur hari ini?” tanya yoeja itu setelah sedikit memiringkan wajahnya, memandang ibunya yang tengah menuangkan sup ke dalam mangkok.   
“Ayy, kau pasti tak sabar untuk mendapat jatah dari  Appa kan? Yaa, Grandma, kau ini kan sudah bekerja, untuk apa kau meminta jatah lagi pada appa, semua jatahmu seharusnya diberikan padaku.” Celoteh adik laki-lakinya yang sedari tadi sibuk bermain PSP.
“Yaa, enak saja, itu namanya serakah. Tidak bisa, lagi pula gajihku kan pas-pasan, kebutuhanku juga banyak, jadi aku masih perlu uang tambahan.” Yoeja itu membela diri.
“Adik mu benar Mysa, kau kan sudah besar. Seharusnya kau bisa mengatur keuanganmu agar tidak boros, Eomma pikir gajimu sebagai guru honor itu sudah cukup, bahkan kau bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung.” Nasihat Eommanya.
Ya, Yoeja itu bernama Shin Mysa, atau dipanggil dengan sebutan Mysa. Anak dari keluarga sederhana bertempat tinggal di Dong Gu, tepatnya di Shin Gong, sebuah tempat yang letaknya hampir terpencil dari perkotaan. Ayahnya adalah orang Korea asli, sedangkan ibunya blasteran Turki dan Jepang. Tak heran, dari perpaduan ras asia yang berbeda, ia mewaris wajah yang cantik, sehingga banyak pria yang menaruh perhatian padanya. Mysa kini baru saja diangkat menjadi guru honor di sebuah sekolah dasar, setelah beberapa bulan ia menyelesaikan gelar sarjana pendidikannya di salah satu universitas di Gwang Ju. Namun sayangnya, dibalik physical appearance yang mempesona , Mysa masih menyimpan banyak kekurangan, seperti pimplan, pemarah, bahkan kadang suka membuat hal aneh dan memalukan. Tak heran, jika adiknya menjuluki Grandma karena sifat-sifatnya itu.
“Appa pulang..” seru seseorang dari balik pintu.
“Itu appa.” Mysa segera mengangkat kepalanya dari meja kemudian berlari menuju pintu depan disusul adik dan ibunya.
“Appa, kau sudah pu…”kata-katanya terputus karena melihat seorang pria asing yang tengah berdiri di samping ayahnya.
“Ah ya, kenalkan, ini Tuan Kim, dia baru saja menolong appa tadi.” Penjelasan appanya membuat Mysa, Mu Gyul, dan Ibunya menatap heran.
“Menolong Appa? Apa terjadi kecelakaan?” tatapan Mysa menelusuri seluruh tubuh ayahnya, namun tak sedikitpun ditemukan tanda-tanda terluka di sana.
“Nanti Appa akan ceritakan, lebih baik kita masuk ke dalam, di luar udaranya dingin”
“Iya, ayo masuk ke dalam, kebetulan eomma sudah menghangatkan sup, sekalian saja ajak Tn. Kim untuk makan bersama. “Eomma Mysa kemudian membimbing mereka menuju ruang makan.
Sehabis makan malam - tentunya bersama Tuan Kim - Appa mulai menceritakan kejadian yang telah dialaminya malam itu. Mulai dari dicegat preman di pertokoan Dong Su hingga pertemuannya dengan Tuan Kim.
“Untunglah ada Tuan Kim yang membantu Appa, kalau tidak ada beliau entah bagaimana nasib Appa sekarang. Aku sangat berhutang budi padamu Tn. Kim” Ucap ayah Mysa seraya tersenyum ke arah Tn. Kim
“Ah, ini hanya kebetulan Tn. Shin. Takdirlah yang sudah menentukannya.” Tn. Kim menanggapi dengan penuh bijaksana seraya menyeruput teh hangat miliknya.
“Itu benar, namun bisa dibilang juga sebagai sebuah keajaiban. Karena jarang sekali orang yang mendapat hal beruntung seperti itu.” Sambung Mysa.
Sejenak Tn. Kim memerhatikan wajah Mysa, entah kenapa ada rasa aneh dalam dirinya, Raut wajah Mysa seperti mengingatkannya akan seseorang. Seseorang yang pernah mengajarkan arti kebahagiaan dalam hidupnya, seseorang yang pernah membuatnya merasa menjadi manusia paling berdosa di dunia ini.
Tn. Kim menyadari jika ia terlalu lama memandang Mysa, dan hal itu membuat orang di sekitarnya kebingungan, terutama Mysa sendiri. Ia pun segera menyeruput kembali teh hangatnya untuk mengalihkan perhatian, setelah teh itu mengalir di kerongkongannya ia kembali berucap “Apa dia putrimu Tn Shin?”
“Iya, ini putriku Shin Mysa, dan ini putra bungsuku, Shin Mugyul.” Mysa dan Mu Gyul tersenyum kemudian membungkukkan kepala mereka sebagai perkenalan.
“Kalian benar-benar keluarga yang harmonis.” Tn Kim meletakkan gelas tehnya yang sudah kosong ke atas meja, kemudian mengambil mantel yang berada di sampingnya dan memasangkannya ke badan. “Ini sudah larut malam, sebaiknya aku segera pulang.”
“Baiklah Tn. Kim, akan aku antar kau keluar.”
Appa Mysa menemani Tn Kim menuju pintu depan dan selang waktu kemudian mobil abu-abu yang terparkir di depan rumah Mysa itu pun beranjak pergi.
Sekembalinya Tn. Shin ke ruang tengah, Mysa sudah bersiap dengan pertanyaan yang ia ingin lontarkan pada appanya
 “Memangnya apa yang appa lakukan di Dong Su?” tanya Mysa, penuh selidik. Penasaran dengan apa yang dilakukan ayahnya hingga terlambat pulang.
“Aigoo, Appa hampir lupa.” Appa Mysa langsung meraih bungkusan yang di taruhnya di atas meja ruang tamu .
“Mysa, ini untukmu sebagai hadiah atas diterimanya kau menjadi guru di Myong Jang.”
Mysa yang melihat appanya membawa sebuah pelastik berukuran sedang dengan sebuah benda berbentuk persegi panjang di dalamnya. Ia mengernyitkan alis ketika menerima bingkisan itu.
“Semoga kau suka.” Harap appanya.
Ketika jari-jari Mysa menarik keluar benda dari dalam pelastik itu, ia berteriak histeris. Sebuah smartphone yang ia sangat dambakan masih tersegel rapi di dalam kotak. “Kyaaaak, gadget impianku!!!”
Mu Gyul yang mendengar teriakkan itu langsung berlari ke tempat nunanya. “Mwo?? Appa membelikan itu untuk si grandma, mana mungkin.”
“Gomawo, kau memang appa yang sangat baik. saranghae.” Mysa kemudian mencium kedua pipi ayahnya dan berlari menuju kamar atas diikuti Mugyul yang terus mengumpat dari belakang.

Myong Jang Ch’odunghakkyo (Elementary School)
 “Yoboseyo, Ah, Min Ha si, Nde?, , Benarkah? Tentu saja aku mau. Kebetulan aku sudah selesai mengajar,  Bagaimana kalau kau menjemputku sekarang. Ok, aku tunggu.” Tiit. Mysa menutup telepon genggamnya. Senyum simpul tersemat di bibir manisnya, ia merasa senang karena baru saja mendapat telepon dari sahabatnya yang sudah lumayan lama tak ia jumpai, yaitu Shin Min Ha. Seorang gadis berwajah cukup cantik dan memiliki umur sama dengan Mysa. Hanya saja nasibnya sedikit lebih beruntung, karena ayahnya memiliki perusahaan periklanan di Seoul, Min Ha sendiri diangkat menjadi manager di perusahaan itu
Selang beberapa menit kemudian.
“Mysa ah..!” teriak seorang gadis dari dalam mobil berwarna merah, tangannya melamba-lambai ke arah Mysa yang tengah berdiri di depan kantor guru.
“Min Ha.” Menyadari kedatangan sahabatnya, Mysa pun bergegas menghampiri.
“Lama menunggu?” tanya Min Ha sembari membetulkan letak kacamata yang telah setia bertengger di hidungnya sejak 5 tahun terakhir.
“Ah tidak, kajja kita berangkat.”
Mysa dan Min Ha adalah sahabat dekat. Mereka sudah berteman sejak kecil, bahkan keluarga mereka pun sangat akrab. Hari itu Min Ha mengajak Mysa untuk berjalan jalan ke Meiro Store, area perbelanjaan dan hiburan terbesar yang baru dibuka. Letaknya di sentral Kota Gwangju, cukup memakan waktu yang lama menuju ke sana.
“Mwo? Jadi alasanmu mengajakku ke Gwang Ju hanya untuk menemani kau bertemu dengan teman virtual mu itu? Apa kau sudah mengenalnya dengan baik. atau jangan –jangan dia penipu.” Mysa menatap Min Ha penuh selidik, ada sedikit nada tak senang dari cara bicaranya.
“Itu bukan satu-satunya tujuanku. Ada beberapa barang yang ingin aku beli, aku juga akan mentraktir kau nanti.” Jelas Min Ha.
“Benarkah? Baiklah kalau begitu” Dengan begitu cepatnya Mysa meredam emosi yang sempat naik beberapa derajat hanya karena mendengar kata ‘traktir’.

Di sebauh kafe lantai dua, bernuansa outdoor
Pemandangan langit sore nan indah tak jua menarik perhatian mata seorang pria berwajah tampan yang tengah duduk santai dekat dengan pagar pembatas lantai 2 kafe bernuansa outdoor. Mata beningnya yang memikat masih berkeliaran di tengah padatnya orang-orang yang mengunjungi Meiro Store.
“Aishh, lama sekali gadis itu.” Gerutunya.
“Ini sekaleng soda yang kau pesan tadi tuan.” Seorang pelayan menyerahkan sekaleng soda kepada pria itu.
“Terimakasih.” Pria berwajah babby face itu segera membuka kaleng soda dan menenggak isinya. Sesekali matanya melirik ke arah yoeja-yoeja yang juga berada di lantai sama, mereka terlihat berbisik sambil sesekali mencuri –curi pandang ke arahnya. Pria itu hanya tertawa kecil, entah kenapa ia merasa dilahirkan sebagai seorang pria yang sangat beruntung di muka bumi ini, semua yang diidamkan perempuan ada pada dirinya, dari harta, jabatan, dan tak kalah penting adalah wajah yang menawan.
“Sicca, apa kau ingin memenjarakanku di sini dengan yoeja-yoeja genit huhh?” lagi-lagi pria itu menggerutu tak jelas, nampak raut kesal di wajahnya. Ia merogoh ponsel dari dalam sakunya kemudian menekan-nekan tombol untuk menghubungi seseorang. Pria itu masih diam, rupanya belum terdengar jawaban dari seberang sana, tangan kirinya yang tak ada kerjaan mulai memainkan kaleng soda yang sudah ia habiskan sejak tadi. Entah kenapa, ia mulai tertarik dengan permainan tangan kirinya, ia pun melempar kaleng itu kemudian menangkapnya kembali. Hal itu dilakukannya berualang-ulang hingga kaleng itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke bawah.
“Aaaakk”
Pria itu terkejut, ia mendengar ada suara teriakan, tepat setelah kaleng soda itu terlempar dari tangannya.
‘Apa mungkin kaleng soda itu yang berteriak’ muncul pikiran aneh dalam benaknya.
Prankkk, hampir saja jantungnya  berhenti berdetak ketika melihat kaleng yang baru saja ia jatuhkan kembali ke atas dan tepat membentur sisi kepalanya.
‘Omo, apa kaleng ini ingin balas dendam?’

Di depan kafe Oisoro, Meiro Store.
“Wah, banyak sekali pengunjung sore ini, aneka barang yang dujual pun beragam. Huhh, coba saja kalau aku bawa dompet tadi, mungkin detik ini sudah ludes semua isinya” Mysa membayangkan nasib dompetnya jika ikut serta dibawa ke pusat perbelanjaan, dan benar saja, kejadian naas money is all out sering menimpanya.
“Kau harus merancang keperluan mu terlebih dulu agar uang yang kau keluarkan tak sia-sia. Ingat, yoeja itu lapar mata.” Min Ha terkekeh pelan.
Pletakk, terdengar suara benda asing jatuh dan menimpa sebuah materi permamanen, yaitu kepala Mysa sendiri.
“Aaaak, “ Mysa meringis kesakitan ketika melihat sebuah kaleng menimpa kepalanya. Ia pun segera memungut benda itu.
“Apa ini berasal dari atas sana? Lancang sekali orang yang membuangnya. Akan kulempar kembali dan kuharap ini juga mengenai kepalanya. “
Shooot, dengan 20% tenaga dan 80% emosi, Mysa melemparkan botol itu kembali ke atas, dan …trengg..trengg, pemandangan indah nan mempesona mewarnai penglihatan kedua yoeja itu. Seorang lelaki yang muncul bagai malaikat yang baru saja turun dari surga, tapi tunggu, kenapa ada kaleng di tangannya. Bukankah kaleng itu..
“Yaa, apa kau yang melemparnya tadi?” Teriak pria dari lantai dua kafe itu, arah matanya tepat menuju Mysa dan Minha yang sedari tadi berdiri mematung sambil memandang ke atas.
“Yaa, bukankah itu milikmu?. Kau kan yang melemparnya ke bawah dan mengenai kepalaku. Memangnya kau pikir aku tempat sampah yang seenaknya saja dilempari, dasar namja sembarangan.” Oceh Mysa, rasa terpesonanya terhadap pria itu pudar seketika.
“Apa kau bilang, melemparnya? Justru benda ini yang melemparkan dirinya dari tanganku. Apa kau tau? Saat kau melemparnya benda ini mengenai kepalaku, dan rasanya sangat sakit” kilah pria itu.
“Itu juga yang aku rasakan namja pabo.” Mysa mulai tak tertahan, terlukis kilatan api dari bola matanya.
“Sudahlah Mysa, kita pergi, banyak orang yang melihat kita.” Min Ha yang sedari tadi menjadi pendengar setia pertengkaran itu mencoba menenangkan Mysa.
Mysa pun menurut perkataan Minha dan meninggalkan pria yang masih setia berdiri di atas sana dengan wajah innocentnya.


~Ki Bum POV~
Ahh, Yoeja itu benar-benar aneh. Selama ini jika aku berbuat kesalahan didepan wanita-terkecuali ajhumma- mereka akan segera tersenyum dan memaafkanku. Tapi yoeja itu berbeda, apakah matanya terkena katarak atau semacamnya sehingga tak menyadari ketampananku. Aishh, tapi, yoeja itu cantik juga. Jika lain kali aku bertemu dengannya, aku akan mengajaknya berkenalan.
“Tidak ada satu orang pun wanita  di dunia ini yang tak takluk padaku” gumam pria yang ternyata bernama Ki Bum, disertai seringaian yang khas yang mampu membuat wanita mana saja memekik.
“Apa yang kau katakan Chagia?” terdengar suara lembut dari sebelah kanan Kibum, sontak ia pun menoleh.
“Oh, Sicca ah.. kenapa kau lama sekali?” Ki Bum langsung menanyakan alasan keterlambatan yoejachingunya itu dengan raut kesal.
“Mianhae oppa, aku ada sesi pemotretan tambahan tadi. Dan maaf, aku tak sempat mengangkat teleponmu karena terselip dalam tas.”Jelasnya dengan wajah se aegyo mungkin, dan hal itu sukses meluluhkan Kibum
“Ya sudah tak apa, kajja kita jalan.”
~ ~ ~
~Mysa POV~
“Mysa ah, gwenchana?” Min Ha nampaknya bisa mengetahui apa yang aku rasakan sekarang dengan membaca wajahku.
“Ne, gwenchana.” Ucapku pelan.
“Mysa, pria yang tadi melemparmu dengan kaleng itu tampan juga.”
“Ya memang, tapi tidak gentle, walaupun fisiknya OK tapi sikapnya terhadap wanita sungguh sangat jelek.” Masih ada rasa kesal yang menyelip dalam hatiku, walaupun tak sehebat tadi.
“Lihat, tas di sana sangat lucu. Omo, diskon 70%. Ayo kita ke sana.” Min Ha dengan semangat menarik tanganku menuju ke tempat yang ia maksud.
Aku mengedarkan pandanganku sekilas ke tempat penjualan tas yang letaknya tepat di bawah pagar pembatas lantai 3. “Ya, kenapa di sini pembelinya sangat sedikit. Bukankah diskonnya besar?”
“Mungkin pengunjung di sini punya tingkat gengsi yang tinggi, mereka pikir barang yang berdiskon besar hanya untuk mayarakat menengah ke bawah. Aku tak peduli, yang penting murah. Kajja, akan kubelikan satu untukmu.” Tawar Min Ha, aku pun tersenyum senang memiliki sahabat sepertinya. Dia sungguh orang yang perhitungan dan hemat, semoga saja suatu hari nanti aku bisa tertular sifatnya itu.
~ ~ ~
~Ki Bum POV~
Kini langkah kami berdua telah sampai di lantai 3 mol memiliki lantai terbanyak di Kota Gwang Ju. Aku dan Yoejachinguku Jessica, tengah menikmati  dukbokki hangat, ditambah saus pedas yang sangat menggiurkan. Awalnya Jessica mengajakku duduk, namun aku lebih suka berdiri di pagar pembatas mol lantai 3 itu. Aku sangat senang berada di posisi seperti itu, karena dengan begitu aku bisa mengamati apa yang terjadi di bawah, maupun di atas. Entah ini berhubungan dengan karekterku atau tidak, tapi aku sudah sering melakukannya sejak kecil.
“Oppa, kapan kau akan mengenalkanku pada eomma mu?” Jessica dengan manjanya memeluk lengan ku dengan kepala bersandar di bahuku.
“Eomma sedang ke Taiwan, jika dia kembali, aku berjanji akan mengenalkanmu padanya.” Suaraku terdengar sedikit tak jelas karena berbicara sambil mengunyah dukbokki.
“Aku juga ingin dikenalkan pada appamu.”
‘Deg’ Appa, sebutan yang membuat segala aktifitasku berhenti seketika, termasuk kegiatan mengunyahku saat itu. Kata yang mampu membalikkan memoriku ke masa silam.
Aku menggelang cepat, mancoba melepaskan tangan-tangan memori yang ingin menarikku kembali ke dalam lubang pekat masa lalu.
“Ya, suatu saat nanti.” lirihku.
‘Dukk’ kakiku tak sengaja tersenggol anak kecil yang berlarian di mol itu, tubuhku oleng dan wadah dobokki di tanganku menjadi miring, seketika saja sausnya bercucuran ke bawah. Drama tak berhenti sampai di situ, sekarang mataku disuguhi pemandangan seseorang yang tengah terbakar di bawah sana.

‘Yoeja itu lagi!!’ teriak batinku, tak percaya.
~TBC~


Gimana Chingu ff nya? Ga bikin kalian pusing sampai muntah-muntah kan *author lebay. Oh ya, sebenarnya author ada beberapa part kelanjutannya, Cuma ga author publish karena belum diedit. Doakan saja, semoga author bisa cepat memposting dalam waktu dekat. n_n



FF Collections     Part 2    Part 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar