Title : Rain In Seoul (Part 1)
Author : Shin Eun So
Genre : Romance, Complicated
Main cast :
-
~ Shin
Min Ha (OC)
-
~ Lee
Dong Hae as Lee Dong Hae
-
~ Park
Bo Young as Park Bo Young
Hai readers, I am back..
Kali ini saya kembali dengan FF
bergenre romance. Ni FF masih sepupuan sama FF Grace Of Love, cuma main
cast-nya di sini Dong Hae sama Min Ha (yang udah pernah baca GoF pasti tau). Berbeda
dengan FF sebelum-sebelumnya, kali ini ceritanya lebih serius. Maaf kalo
ceritanya garing or maybe unactractive. But, author harap appreciation dari readers,
at least leave comment (suggestion or critic) here ne. .
Note : Ini adalah karya asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.
Note : Ini adalah karya asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.
Enjoy reading n_n
“Joengmal Mianhae Min Ha-ssi. Aku pikir ini
adalah jalan yang terbaik untuk kita berdua. Sebenarnya aku tak menghendaki
perpisahan ini, tapi aku juga manusia biasa. Orang yang aku cintai di dunia ini
tak hanya satu, aku mempunyai banyak
cinta termasuk cinta pada orang tuaku. Sebagai anak, aku tak ingin mengecewakan
mereka, aku yakin, kau pasti memiliki pemikiran yang sama denganku.”
Suara
pria di seberang sana tak jua membuat gadis itu bergeming dari tempatnya.
Tubuhnya seakan membeku, matanya menatap nanar, mulutnya bungkam seribu bahasa,
sedangkan di dalam sana -tepat di hatinya- ada gejolak yang sangat hebat.
“Min
Ha-ssi, apa kau masih di sana?” tanya pria itu kembali, suaranya terdengar
ragu. Gadis itu mengehela nafas berat untuk meyakinkan bahwa ia masih mendengarkan
benda persegi panjang itu.
“Min
Ha-ssi, aku tau ini adalah keputusan berat bagimu. Tapi kupikir hubungan kita
selama 3 bulan masih terlalu singkat, bahkan
mungkin tunas cintamu untukku belum tumbuh dengan sempurna.”
“Arrasoe.”
Gadis itu menyahut cepat. Andai saja ia adalah seorang pengacara yang tengah
berada di peradilan, ia tak akan segan untuk mengatakan keberatan. Tapi tidak
kali ini, rasa syok telah membuat gadis ceria itu menjadi autis.
“Ku
harap kau bisa menemukan pria yang lebih baik dariku. Aku masih memiliki banyak
kekurangan dan belum pantas bersanding dengan seorang anak direktur sepertimu.
Sekali lagi, aku mohon maaf atas semua kesalahanku selama ini. Semoga kau
ba...”
Titt,
gadis yang bernama Shin Min Ha itu segera menekan tombol merah di handphonenya.
Ia sudah tak tahan mendengar perkataan tak penting yang terasa memuakkan.
“Apa
aku salah menjadi seorang anak direktur? Apakah aku harus menjadi gembel dulu
agar kalian merasa pantas bersanding denganku. Arghhhhh !!!” Dalam waktu
singkat, gema teriakkan gadis itu
terdengar dari kejauhan. Bahkan berhasil mengusir kumpulan burung yang tengah
mencari makan di atap tertinggi gedung itu.
Maret,
Jong-Gu, Seoul.
Siang itu, hujan kembali membasahi jantung
Negara Korea Selatan, Seoul City. Tak terkecuali di daerah Jong-gu, hanya saja
hujan di sana ditemani hembusan angin
yang cukup kencang, sehingga mengganggu beberapa pejalan kaki yang tengah
melewati trotoar jalan. Seorang gadis
berkacamatapun tak luput dari gangguan itu, beberapa kali ia harus
membetulkan letak payungnya yang oleng
karena terjangan angin. Namun, nampaknya kondisi buruk itu tak menyurutkan
keceriaan di wajahnya, sesekali ia menyemat senyum ketika mendengar suara seorang
wanita di seberang sana melalui handphonenya.
“Benarkah? Tak kusangka, kau ternyata bisa jatuh
cinta juga .” Gadis itu terkekeh pelan sambil terus melangkahkan kakinya
menyusuri trotoar jalan yang semakin digenangi air.
“Apa kau yakin Min Ha? Memang seperti ini rasanya jatuh cinta?” terdengar sahutan dari seberang sana,
lagi-lagi gadis yang di panggil Min Ha itu tersenyum geli.
“Aishh, kau ini. Kau kan tak pernah pacaran,
mana mengerti dengan hal yang seperti itu.”
“Ya, ku akui. Aku memang tak sepandai dirimu dalam urusan cinta. Emm..oh
ya, bagaimana hubunganmu dengan Kangta?”
Deg, pertanyaan sahabatnya barusan berhasil
membuat Min Ha menghentikan langkahnya, ia berdiri mematung di depan sebuah kafe,
seketika kebingungan melanda dirinya.
“I..itu.” belum sempat ia menyelesaikan
kalimatnya, tiba-tiba angin kencang menerpa tubuhnya. Payung yang ada di genggamannya
terbang terbawa angin, ia pun segera menutupi wajahnya dari derasnya air hujan dengan
tangan dan berbalik ke belakang untuk mencari keberadaan payungnya. Tanpa ia
sadari, tiba-tiba tubuhnya membentur sesuatu, matanya menutup refleks. Sebuah
aliran hangat menjalar ke seluruh tubuhnya kala ia merasakan sebuah lengan
tengah melingkar di pinggangnya. Kehangatan itu semakin bertambah kala hembusan
nafas menyapu puncak kepalanya Namun perasaan itu berlalu seketika saat telinganya
yang tertutup topi trapper menerima sinyal
dari sebuah suara.
“Gwenchana?” Min Ha membelalakkan matanya
ketika menyadari suara yang sangat dekat dengan wajahnya, jantungnya semakin
berdebar kala ia menongak dan mempertemukan maniknya dengan iris mata yang
sangat menawan. Seorang pria berwajah bak malaikat kini tengah menatapnya
dalam.
“Pegang ini.” Pria itu melonggarkan lengannya
dari pinggang Min Ha kemudian menyerahkan payung miliknya. Ia lalu berlari
kebelakang menembus hujan dan angin yang semakin ganas bertiup, hingga beberapa
orang yang tengah berjalan pun mengehentikan langkah mereka untuk berteduh di
emperan toko. Namun nampaknya, hal itu tak menghalangi si pria –yang beberapa
detik lalu mencoba melindungi Min Ha dari derasnya hujan- untuk mengambil
payung yang terlempar cukup jauh dari tempat Min Ha berdiri. Min Ha sendiri dibuat
takjub oleh aksi heroik pria itu, mulutnya setengah menganga, sedangkan matanya
yang membulat sempurna terus mengikuti gerakkan pria itu. Bahkan telinganya tak
merespon sedikitpun suara sahabatnya yang sedari tadi terus memanggil namanya
dari telepon gengamnya. Entah mengapa Min Ha merasa tak asing dengan wajah pria
itu, otaknya mencoba mengingat kembali, namun tak berhasil.
Sepersekian detik kemudian, pria itu kembali
dengan membawa payung ditangannya. Ia mendekati Min Ha dan menukar payung yang
baru saja diambilnya dengan payung miliknya.
“Ini payungmu, lain kali berhati-hatilah.” Sebuah
senyum manis dari pria itu berhasil membuat jantung Min Ha berkarnaval-ria,
bahkan wajah putihnya kini telah dihiasi dengan semburat merah.
Bukannya berterimakasih, Min Ha kini malah
disibukkan dengan rasa terpananya hingga tak menyadari kepergian pria itu dari
hadapannya. Hingga detik berikutnya…
“Chakaman…!” Seru Min Ha, mencoba memanggil
pria yang baru saja membantunya, namun sayang suaranya terkalahkan oleh
derasnya hujan. Akhirnya ia hanya bisa mendesah pasrah kala sosok yang ia cari
mulai menghilang di tengah-tengah orang yang mulai berjalan kembali di trotoar.
~ ~ ~
Pagi yang dingin di Seoul, awan kelabu masih menyelubungi
setiap pandangan yang mendongak ke atas. Subuah rumah megah berlantai dua
dengan taman luas terhampar di depannya tak luput dari sapuan butir-butir hujan
yang turun dari awan. Bahkan hal itu menghalangi pandangan seorang pria yang
tengah menikmati hijaunya rerumputan dari kaca jendela kamarnya. Walau hal itu
mengganggu pandangannya, ia tak berniat untuk mengalihkan sorotan bola matanya.
Justru pemandangan itu berhasil membuat dirinya kembali mengingat masa lalu, ia
tenggelam dalam lamunan.
“Donghae-ssi.” Panggilan seseorang
membangunkan pria itu dari lamunannya. Dengan malas ia memutar bola mata menuju
sumber suara. Seorang pria berwajah manis dengan senyuman yang khas tengah
berjalan ke arahnya.
“Kapan kau datang?” tanya pria yang bernama
Dong Hae itu, sambil terus memperhatikan gerakkan temannya yang mengambil kursi
kayu kemudian duduk di dekat perapian, tepat berhadapan dengannya.
“Lumayan lama, tadi aku mengobrol sebentar
dengan pelayan wanitamu yang bernama Hyorin, apa dia baru di sini?” pertanyaan temannya yang bernama Kibum itu membuat
Dong Hae tertawa pelan.
“Ada apa dengan seleramu Kibum-ah? Apa karena
diremehkan gadis di club waktu itu kau jadi berubah?” Sekilas pertanyaan Dong
Hae membuat Kibum mengingat kembali kejadian tempo hari, saat ia dimaki
habis-habisan oleh seorang gadis bernama My Sa. *baca grace of love part 2.
“Hmm, itu… Shin My Sa namanya, dia memang
gadis yang unik, tapi aku berani bertaruh, suatu saat gadis itu pasti akan
terjerat pesonaku.”
Dong Hae hanya geleng-geleng kepala menanggapi
pernyataan Kibum, temannya satu itu memang memiliki confidence yang sangat tinggi, tapi itu semua memang pantas adanya,
mengingat Kibum adalah sosok pria dengan kesempurnaan, semua yang diidamkan
wanita ada pada dirinya.
Suasana hening yang tercipta sejenak pecah
ketika Kibum mulai angkat bicara lagi, “Donghae-ah, bagaimana hubunganmu dengan
Bo Young?”
Pertanyaan yang dilontarkan Kibum berhasil menarik
pandangan Donghae yang sempat teralih darinya. Sejenak Dong Hae menatap Kibum
kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya mengamati buliran air yang turun
perlahan di kaca.
“Entahlah.” Dong Hae hanya memberi jawaban
singkat yang mengisyaratkan bahwa dirinya tak mau membicarakan lebih tentang
hal itu.
Namun nampaknya Kibum memiliki persepsi lain,
jawaban ragu-ragu Dong Hae justru membuatnya semakin ingin bertanya.
“Apa sehabis Bo Yong kembali ke Korea kalian
akan menikah?”
Dong Hae membatin, di tengah perasaannya yang
tak baik begini kenapa ia harus menanggapi pertanyaan Kibum yang semakin
membuat dirinya merasa tak nyaman.
“Aku masih bingung dengan diriku sendiri.
Jadi, tak ada kata yang pas untuk menggambarkan hubunganku dengannya sekarang. Ini
sudah hampir jam 8, apa kau tidak ke kantor?” Dong Hae mencoba mengalihkan
Kibum dari pemikiran-pemikiran terhadap dirinya.
“Ani, hari ini aku free, makanya aku ke sini.
Pelayanmu Hyorin mengatakan kalau kau masuk kerja malam. Sebenarnya aku ke sini
karena ingin mengajakmu pergi ke rumah Kyuhyun, kudengar dia akan mengadakan
pemotretan model-modelnya di rumahnya sendiri.” Kibum terlihat antusias kala ia
membicarakan model-model wanita yang menjadi partner Kyuhyun dalam pekerjaannya.
Kyuhyun sendiri adalah seorang fotografer majalah fashion terkenal di Korea
Selatan.
“Aku mau saja ke rumah Kyuhyun, asalkan tidak
ada model-modelnya di sana.”
Kibum sudah menduga respon dari Dong Hae
mengingat mereka memiliki karakter yang bertolak belakang, salah satunya adalah
masalah wanita. “Apa sekarang kau sensitif pada wanita?”
“Tidak, hanya saja aku tak suka dengan sikap
mereka yang berlebihan. Kau bisa mengajak Siwon untuk ikut bersamamu.”
“Tidak, mana mungkin aku mengajak saingan
terberatku sendiri ke depan para gadis itu. Bisa-bisa aku hanya jadi pajangan
di sana. Sudahlah, lebih baik aku berangkat sendiri, apa kau akan menghabiskan
waktumu dengan mengurung diri di rumah seharian?” Kibum bangkit dari duduknya
kemudian memakai kembali mantel yang tadi ia sampirkan di kursi.
“Mungkin aku akan ke Sungai Han.” Balas Dong
Hae.
“Tempat yang sangat cocok denganmu. Nampak
tenang dari luar, namun ada gejolak hebat di dalamnya. Well, aku pergi dulu,
semoga ada bidadari yang melirikmu di Sungai Han nanti.” Kibum memukul pundak
Dong Hae pelan, kemudian pergi meninggalkan kamar Dong Hae yang terbilang luas,
bahkan melebihi ruang tamu di rumahnya. Baru saja beberapa menit Kibum beranjak,
sayup-sayup terdengar suara obrolan pria dan wanita dari lantai rumah yang
sama. Donghae kenal betul dengan suara itu. Ah,
Kibum memang playboy berkelas, tapi meragukan….batinnya.
~ ~ ~
Well, part ini memang
sedikit #belum selesai.red. Masih ada kelanjutan lagi di part 1 ini, cuman lagi
pengen di postingin duluan aja.