Rabu, 11 Oktober 2017

The Sheet of Goose Dream (Ficlet)







THE SHEET OF GOOSE DREAM
By Shin Eun So / Nugichan (WP)
Wanna One’s Lee Daehwi, Wanna One’s Bae Jin Yong | Hurt / Comfort, Friendship | General | Ficlet

Juga di post di https://wannaoneffindo.wordpress.com/

Lampu sorot telah menyala, mengarah pada sosok yang saat ini tengah berdiri di panggung. Sudut-sudut bibirnya tak henti terangkat, walau ia sendiri tak bisa memungkiri getaran hebat di kakinya
         
“Lee Daehwi-si, apa anda sudah siap?” terdengar suara dari ujung panggung.

Daewhi mengangguk mantap kemudian menatap layar lebar di depannya, berharap kali ini ia mendapat lagu yang tak begitu sulit.

“Stop.” Ucapan Daehwi menghentikan putaran roulete pada layar besar yang kemudian menampilkan sebuah judul lagu.

“Baiklah, kau akan menyanyikan lagu Goose Dream.”

Alunan nada intro pun mulai terdengar. Daehwi menarik nafas dalam. Empat baris lirik pertama mampu ia nyanyikan dengan nada sempurna dan penuh penghayatan,   hingga indra pendengarnya menangkap suara yang menyahut dari sebelah kiri panggung. Membuat tubuhnya menegang dan suara di tenggorokannya terasa tercekat. Bagaimana bisa sosok itu kembali?

6 years ago

Daehwi berlari menelusuri lorong sekolah, hingga langkah kakinya tiba di bibir pintu sebuah ruang kelas, bola matanya menelusuri seisi kelas hingga menemukan sosok yang dicarinya tengah sibuk mencatat sesuatu.

“Jinyoung, dua menit lagi.”

Pria yang dipanggil Jinyoung itu melihat ke arah pintu, ia tersenyum dan mengangguk, menutup bukunya dan segera berlari menyusul Daehwi yang berada lebih dulu di depannya.

“Kalian terlambat 40 detik, cepat ambil posisi, kalian akan tampil setelah penampilan drama.”

Daehwi dan Jinyoung mengangguk patuh kemudian berjalan ke sisi panggung untuk mengambil sheet lagu mereka.
            
“Dua minggu lagi, entah kenapa aku semakin gugup.” Ucap Daehwi, sambil membayangkan dirinya dan Jinyoung berdiri di atas panggung pentas seni akhir tahun, sebuah pentas bergengsi karena melibatkan seluruh sekolah di Kota Seoul dan tentunya hanya siswa-siswa pilihan yang dapat tampil di sana.
            
“Lagu goose dream adalah lagu yang berisi mimpi-harapan-dan perjuangan. Salah satu mimpiku adalah menyanyi di atas panggung besar dan disaksikan ribuan mata, dan hal itu sebentar lagi akan terwujud.” Jinyoung berkata dengan antusias.
           
Semangat Jinyoung mampu mengurangi sedikit beban kegugupan Daehwi. Dari lubuk hatinya ia menaruh harapan besar pada sahabatnya itu.

~
           
“Maaf aku tidak bisa latihan hari ini karena harus membantu ibuku, dia sedang sakit.”
           
Daehwi mengangguk dan tersenyum “Tak apa Jinyoung-a, semoga ibumu cepat sembuh.”
            
Daehwi dapat memahami bagaimana kondisi sahabatnya Jinyoung sebagai anak sulung yang harus membantu ibunya yang seorang single parents. Tiga hari, empat hari, hingga enam hari, Jinyoung selalu berpamitan pulang lebih dulu karena alasan ibunya yang sakit. Melihat absensinya Jinyoung membuat pelatih Yoon berniat menggantinya. Namun Daewhi tetap bersikeras untuk mempertahankan sahabatnya untuk tetap tampil di pentas, bahkan ia berbohong mengatakan bahwa ia dan Jinyoung masih sempat melakukan latihan di luar sekolah.
            
Hingga satu minggu berlalu dan  Daehwi memutuskan untuk mengunjungi ibu Jinyoung.
            
“Aku hanya demam dan izin bekerja selama dua hari, sekarang keadaanku sudah membaik.”
            
Daehwi begitu terkejut mendengar pengakuan ibu Jinyoung, membuat sebuah pertanyaan besar di kapalanya. Jadi kemana Jinyoung selama ini?
            
Akhirnya sepulang sekolah tanpa sepengetahuan Jinyoung, ia memata-matai dari kejauhan. Satu hal kembali menjadi kejutan bagi Daehwi saat melihat Jinyoung tengah bersama seorang gadis yang ia tahu bukan salah satu siswa di sekolahnya. Jinyoung telah berubah. Daehwi mengepalkan tangannya, ia menghela nafas kecewa.
~
           
 Pelatih Yoon begitu terkejut dengan keputusan tiba-tiba dari  Daehwi.
           
 “Kau benar-benar ingin membatalkan penampilanmu?”
            
“Ya, Ayah sudah mulai bekerja lusa jadi kami harus pindah secepatnya. Lagipula hampir dua minggu kami tidak latihan, walaupun harus tampil aku yakin hasilnya pasti mengecewakan.”
           
 Pelatih Yoon hanya bisa menghela nafas, ia sudah mendengar alasan kenapa Jinyong tak lagi ikut latihan dan kekecewaan Daehwi atas dirinya.
            
“Baiklah, semoga kau baik-baik saja di Amerika.”
           
Daehwi menunduk pamit dan berjalan keluar aula. Saat langkahnya hampir mencapai pintu gerbang sekolah, ia kembali membalikkan badan, menatap para siswa yang tengah berlalu lalang, sibuk untuk persiapan pentas malam besok. Entah kenapa saat itu ia berharap melihat seseorang mengejarnya dan menahan langkahnya untuk tetap tinggal.

~
           
Kilasan kejadian enam tahun lalu membuat dada Daehwi terasa sesak, ia bahkan tidak mampu lagi mengontrol nada lagu yang dibawakannya, semua karena suara yang saat ini mengiringi nyanyiannya. Suara yang sangat ia kenali.

           
Daehwi masih bernyanyi.
           
            
Hingga tirai dari sisi panggung terbuka.


Hal yang pertama di lihatnya adalah wajah pria itu, Bae Jinyoung dengan sorot mata yang masih sama.

          
Daehwi sempat tercekat ketika melihat sosok yang pernah ia panggil dengan sahabat itu duduk di atas kursi roda.

            
Dan Daehwi masih terus bernyanyi, walau mulai terdengar getaran dari suaranya.

            
Hingga maniknya kembali menelusuri sosok Bae Jinyoung yang terlihat kurus dengan kemeja cokelat dan celana hitam panjang.


Namun Daehwi tak menemukan sepasang sepatu yang dikenakannya.

            
Seketika  itu juga suara Daehwi menghilang. Ia menutup mulutnya, mencoba menahan isakan. Detik berikutnya tangisnya pecah, ia bahkan tak dapat memperhatikan lagi bagaimana penilaian juri pada panggung grand-final nya itu.
~
            
Jinyoung terus mengayuh sepedanya cepat, walau ia tak yakin dapat bertemu 
Daehwi. Buliran air mata terus membasahi wajahnya. Ia sangat sedih sekaligus kecewa, bagaimana bisa Daehwi pergi tanpa mengatakan apapun padanya.
           
 “Daehwi-a, maafkan aku. Kumohon kembalilah, ayo kita bernyanyi bersama.” Teriaknya.
            
 Ia bahkan tak memperhatikan sebuah truk yang melintas cepat dari arah berlawanan.

Dan detik berikutnya tubuhnya terlempar ketengah jalan. Sorot matanya masih terlihat, ia lantas bergumam tentang janji unutuk mewujudkan mimpi yang pernah ia ucapakan pada Daehwi, walau ia sendiri tak tahu kapan. Dan gumaman itu berakhir ketika suara klakson kembali terdengar dan membuat Jinyoung tak lagi merasakan sakit di kakinya.

FIN
           

Kok alurnya jadi gaje gini ya, tema yang seharusnya cheer up -  motivated, jadinya malah mellow (lagi) hehe.