Selasa, 21 Juli 2015

Rival in Love (Prolog)

         
 


Cover hasn't finished yet


Title            : Rival in Love (Prolog)
Author        : Shin Eun So
Cast            : Oh Hyuna (OC)
                      Kriss Wu
                      And other casts
Genre         : Romance, Comedy
PG-17

Ini adalah satu dari sekian FF yang on going, entah dari mana ide ini terus bermunculan dan tangan ini rasanya gatal jika tak menuangkannya dalam tulisan.
Sebenarnya FF ini sudah lama author buat, namun baru kepikiran untuk mempostnya dalam bentuk prolog dulu, dari pada disimpan dalam folder sampai jamuran, lebih baik di posting aja, mungkin ini akan ngebuat author lebih semangat ngelanjutin ceritanya.
Review sedikit, mungkin ff kali ini ngangkat tema yang udah lumayan pasaran, ‘perjodohan’ dan kehidupan setelah pernikahan tanpa dilandasi perasaan suka dan cinta. Namun, ada satu sisi menarik dari cerita ini, dimana pasangan dalam ff ini merupakan rival yang sangat kuat dan saling tak ingin mengalah. Rival apa? Hehe.. it’s secret.

Once again, ini adalah karya yang idenya lahir secara utuh dari otak author, tanpa ada plagiat atau menjiplak.

Well, langsung aja..happy reading !

          Pria tua bertopi caping itu membungkukkan badannya beberapa kali sambil mengucapkan kata maaf di depan seorang gadis berambut cokelat dan digulung ke atas. Gadis itu mencoba untuk tersenyum walaupun tersirat sedikit kekesalan di raut wajahnya.
          “Gwenchana ajhussi, aku akan jalan kaki saja. Lagi pula tempatnya sudah lumayan dekat.” ucap gadis bernama Oh Hyuna dengan nada setenang mungkin, berbanding terbalik dengan suasana hatinya sekarang.
          “Maafkan aku Nona, tak bisa mengantarmu sampai tujuan. Aku tak menduga jika mobil ini mendadak mogok, padahal beberapa hari lalu baru saja diservis. Sekali lagi maafkan aku nona.” Entah sudah berapa kali, ajhussi itu membukukkan badannya di depan Hyuna. Sebenarnya hatinya tersentuh mengetahui niat baik supir taxi itu untuk mengantarkannya sampai ke tujuan, namun keadaan justru berkata lain.
          “Gwenchana, aku justru sangat berterimakasih karena anda sudah mau mengantarkanku. Ini, ambilah ajhussi, sisanya tak usah dikembalikan.” Hyuna memberikan selembar uang won bernominal cukup besar kepada si ajhussi .
          “Aigo, ini terlalu banyak nona, tunggu, akan kuberikan kembaliannya.”
          Belum sempat pria itu merogoh uang dari tas pinggangnya, Hyu Na telah lebih dulu mengucapkan selamat tinggal dan berlari ke trotoar meninggalkan ajhussi itu.

~ ~ ~
          Hyu Na terus mengayunkan kakinya cepat, melewati trotoar yang membentang di depan area pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di Korea. Ia bahkan tak peduli, ketika orang-orang yang tengah berpapasan dengannya memandang aneh, bahkan ada salah seorang dari mereka yang berteriak karena tak sengaja tersenggol Hyuna.
          Jebal, semoga aku tak terlambat. Begitulah kalimat yang terus menguar dari batin Hyuna. Apa yang dikatakan Ny. Wu nanti ketika mengetahui keleletan seorang Oh Hyuna di saat fitting baju yang akan digunakan di hari yang sakral nanti. Oh tidak, mungkin predikat wanita teladan dan on time akan melayang begitu saja dari dirinya. Aishh, lagi-lagi dirinya menggerutu, bagaimana bisa ia selalu ingin terkesan sempurna di depan keluarga Wu, terutama Kriss Wu, pria muda tampan dan seorang PD acara TV terkenal di salah satu stasiun TV swasta terbesar di Korea Selatan. Padahal sedikitpun, tak ada rasa sukanya terhadap pria angkuh itu. Lagi-lagi, Hyu Na merutuki nasibnya di masa depan, menikah dan hidup bersama seorang pria yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
One Month Ago
          Kedua keluarga itu nampak begitu sumringah, kecuali seorang gadis dan pria yang tengah duduk berseberangan, keduanya sama-sama menujukkan aura ketidaksenangan, kebencian, keangkuhan, kegelapan, atau aura apapun yang menyiratkan bahwa kedua orang itu sangat jauh dari kata bersatu.
          “Kriss, kenapa kau terus memandangi Hyuna?” pertanyaan dari Tn. Woon mengejutkan orang yang dimaksud. Sontak si pria yang bernama Kriss itu mengalihkan pandangannya, Hyuna pun terlihat salah tingkah.
          “Aigoo, apakah kau tak sabar ingin segera menikahinya?” kali ini kalimat yang diajukan Tn. Woon membulatkan hazel Kriss, ingin rasanya ia meneriaki pria tua itu, namun apa daya, Tn. Woon adalah seorang tetua dan yang paling dihormati di keluarganya. Ia memang tipe orang yang tidak senang meminta suatu hal tanpa alasan yang jelas. Tapi permintaan untuk menjodohkan dirinya dengan seorang gadis -yang tak ingin ia kenal sebelumnya bahkan untuk mengetahui namannya sekalipun- benar-benar di luar batas kewajaran. Bagaimana tidak, di zaman yang sudah beranjak jauh dari purbakala ini masih ada saja keluarga yang menjodohkan anak dan cucu mereka hanya dengan alasan sejarah masa lalu. Persis seperti yang dialaminya sekarang.
          “Maaf Harboedji, tapi kami belum terlalu saling mengenal dan mengetahui kepribadian masing-masing, apakah pernikahan ini akan berjalan dengan baik?” Akhirnya Kriss berani membuka mulutnya untuk mengutarakan apa yang sedari tadi ada di pikirannya.
          “Perkenalan kalian yang lebih lanjut akan dimulai setelah kalian menikah nanti.”
          Kris mendesah berat, beribu penolakan pun tak akan sanggup meruntuhkan keinginan pria tua itu.
          Ya, berawal dari perjodohan kakek Kriss itulah, ikatan Hyu Na dan Kriss menuju pernikahan disepakati oleh kedua keluarga bermarga Wu dan Oh itu. Namun bagi Hyuna dan Kriss, ikatan itu bagai ikatan maut yang siap menyekat nafas dari tenggorokan mereka.  




Bagaimana? Bagaimana? aneh kah?
hee..

Grace of Love (Part 4)


GRACE OF LOVE (PART 4)

Author : Shin Eun So

Genre : Romance, Comedy

Main Cast :

-          Shin My Sa (OC)

-          Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum

-          Song Joong Ki as Kim Joong Ki

And other casts

Anyoeng, akhirnya saya bisa melanjtukan Grace of Love part 4 setelah dua tahun hiatus.. ommooo..
But, mianhamnida, mungkin ini adalah part terpendek dari ff GoF. Semoga next chap bisa lebih panjang lagi.

Di pagi dingin yang dihiasi hujan ringan, seorang guru muda bernama Shin Mysa terlihat beberapa kali menyunggingkan senyuman di bibirnya. Mungkin jika dihitung, sudah puluhan kali hal itu ia lakukan. Kejadian beberapa malam lalu telah meninggalkan bekas indah yang sulit dihapus dari memori otaknya. Sosok pria bertoxedo hitam dengan wajah tampan itu terus berputar-putar di fikirannya. Kadang jantungnya berdegup kencang saat mengingat kembali rasa dimana pria itu menjabat tangannya dengan lembut dan memperkenalkan dirinya. Andai saja ada kalung pemutar waktu seperti di film Harry Potter, Mysa akan menggunakannya untuk mengulang kembali reka adegan saat bertemu Dokter Joong Ki, putra sulung Tuan Kim. Tapi tunggu dulu, jika kejadian itu diulang lagi, apakah peristiwa menyebalkannya bersama si evil Kibum akan terulang juga. Mysa menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, mengapa disaat ia memikirkan pangeran tampannya tiba-tiba saja wajah iblis yang menyebalkan itu juga ikut muncul.
Nada dering dari ponsel menyentakkan Mysa dari lamunan. Dengan cepat ia tekan tombol terima  pada panggilan itu.
“Yoboseyo.” Sapa Mysa.
“Selamat siang Mysa so soeng nim, ini aku ibu So Eun. Maaf, memberi kabar mendadak, tadi pagi sekali So Eun harus dilarikan ke rumah sakit karena penyakitnya kambuh lagi, jadi hari ini dia tidak bisa ke sekolah.” Suara Ny. Im terdengar cemas.
“Gwenchana Ny. Im, saya tak akan mengabsen begitu saja walau So Eun tak hadir tanpa kabar karena saya sudah paham bagaimana kondisinya. Lalu bagaimana keadaan So Eun sekarang?” tanya Mysa penasaran.
“Lumayan membaik karena Dr. Jong Ki dengan cepat menanganinya, dan sekarang So Eun sedang tidur.”
Deg, tempo jantung Mysa mendadak semakin cepat kala mendengar nama Dokter Joong Ki disebut. Entah kenapa tiba-tiba saja ia menjadi orang yang gagap .” O..ohh, syukurlah, eee… Ny. Im, jika tidak sibuk, saya ingin membesuk So Eun sehabis pulang sekolah nanti.”
“Oh, tentu saja bisa. Saya sangat senang jika Mysa So soeng Nim datang menemui So Eun. Semoga So Eun merasa lebih baik setelah kedatangan so seong nim kemari. Kalau begitu saya ingin mengucapkan terimakasih banyak”
“Nde, sama-sama.”
Tit.. panggilan itu pun berakhir. Kini bunga-bunga di hati Mysa semakin bermekaran dan hal itu memberikan efek pada bibirnya untuk terus mengukir senyum lebar. Tanpa Mysa sadari, tingkahnya itu menjadi perhatian beberapa guru yang tengah berada di kantor guru saat itu.
* * *
Langkah Mysa nampak cepat namun terkesan santai. Beberapa detik lalu ia baru saja keluar dari ruang dimana So Eun dirawat. Kedatangannya disambut Ny. Im dan So Eun yang mulai sadar dengan gembira. Satu buah keranjang apel bergelayut di jemari tangan kanan Mysa. Sebelum menuju ke Kim Children Hospital, Mysa menyempatkan diri untuk membeli dua keranjang apel untuk diberikan kepada muridnya So Eun, dan satu keranjangnya lagi akan diberikannya kepada Dokter Joong Ki sebagai permintaan maaf karena kelancangan perkataanya beberapa waktu lalu. Entah dapat keberanian dari mana, hari itu Mysa benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk bertemu Dokter Kim Joong Ki. Setelah bertanya kepada salah satu perawat yang ia temui setelah keluar dari ruangan dimana muridnya dirawat, akhirnya ia mengetahui ruangan Dokter Joong Ki. Walaupun langkahnya terkesan santai, namun diwajahnya tersirat rasa gugup yang luar biasa. Ia tak bisa membayangkan jika sebentar lagi akan bertemu dengan seseorang yang beberapa hari ini selalu mengisi lamunannya.
Kini langkah kaki Mysa telah membawa sosoknya melewati koridor bergaya elegan dengan beberapa poster bertemakan kesehatan tertempel di sisi-sisinya. Salah satu poster menarik perhatian Mysa, di dalamnya terpampang sosok dokter Joong Ki dengan senyuman yang menawan namun sarat akan kebijaksanaan sambil memeluk seorang anak kecil yang menderita penyakit autis. Ditatapnya lekat wajah sang dokter, entah kenapa rasa aneh itu semakin bergejolak di dalam hati dan fikirannya. Mysa kembali tersenyum simpul, ‘sebentar lagi aku akan melihat sosok yang lebih tampan dari pada di poster ini, yaitu dokter Joong Ki sendiri.’ batinnya.
Mysa memperlambat langkahnya ketika melewati persimpangan koridor, matanya menengok ke arah kiri sejenak namun tak ada ruangan dengan tulisan Dr. Kim Joong Ki di depannya, seperti yang dikatakan resepsionis rumah sakit itu beberapa lalu. Mysa pun kembali mengedarkan pandangannya ke arah kanan. Jantungnya tiba-tiba saja ingin berhenti, seluruh angota tubuhnya kaku. Bahkan bibirnya pun terasa membeku, tak bisa mengeluarkan suara bahkan desahan sekalipun. Pemandangan yang lumayan jauh berada di depannya sekarang telah mengakibatkannya menjadi patung dalam sekejap. Penglihatannya menangkap dengan jelas sosok pria yang ingin ia temui, Dokter Joong Ki tengah berpelukan erat dengan seorang wanita berambut panjang, namun Mysa tak dapat melihat bagaimana wajah wanita itu, yang ia tangkap hanyalah ekspresi dokter Joong Ki yang nampak menghayati pelukannya dan tak mau melepas wanita itu seolah tak ingin ia pergi. Mereka benar-benar seperti sepasang kekasih yang lama tak  berjumpa.
Tiba-tiba saja mata Mysa terasa memanas, entah kenapa rasanya ia ingin menangis keras kala itu juga. Namun hal itu ditahannya dengan menggigit bibir plumnya hingga ada sepasang tangan yang menutup mulutnya dan menarik tubuhnya ke dalam koridor.
“Emmm…lepp.” Mysa mencoba berontak dan menyingkirkan tangan yang menutupi mulutnya.
“Tenang grandma saus, ini aku, si pangeran tampan.”
Bisikkan pelan seorang pria di telinganya berhasil membelalakkan mata Mysa. setelah otaknya berhasil mendeteksi si pemilik suara, ia pun berhenti memberontak diikuti lepasnya dekapan tangan itu dari mulutnya.
“No.noe!” seru Mysa setengah berteriak ketika wajahnya berbalik dan menemukan namja yang dianggapnya evil, Kim Kibum.
“Ssstt, jangan keras-keras. Kau ingin drama romantis telenovela hyungku kacau hanya karena teriakkanmu?” Kibum meletakkan jari telunjukknya di bibir Mysa, hal itu pun segera ditepis kasar olehnya.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Mysa, sarkatis.
“Seharusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa kau di rumah sakit hyungku.” Kibum melempar kembali pertanyaannya.
“Aku sedang menengok muridku yang dirawat di rumah sakit ini dan ingin memberikan sesuatu kepada dokter Joong Ki, …” kata-katanya terputus begitu saja, tatapannya kini tertuju pada keranjang apel yang ada di tangannya.
“Ikut aku.” Tiba-tiba Kibum menarik lengan kiri Mysa meninggalkan koridor itu.

* * *
Rumah sakit itu memiliki sebuah taman terbuka di lantai ke 3. Berbagai macam tumbuhan tumbuh dengan subur dan tertata rapi. Tempat itu memang sengaja dibuat oleh Kim Children Hospital untuk membuat udara yang lebih sejuk dan mendekatkan anak-anak dengan alam. Tempat itu memang selalu ramai dan penuh dengan suara anak-anak yang bermain di sana. Tak terkecuali seorang gadis yang kini tengah menekukkan wajahnya dengan seorang pria berwajah baby face di sebelahnya.
“Jadi, dokter Joong Ki tidak menyukai apel.” Mysa merasa sangat malu setelah mendengar cerita Kibum bahwa Joong Ki tak suka buah apel, namun ia juga bersyukur karena apel itu tak jadi ia berikan pada pangeran impiannya. Raut wajahnya masih menunjukkan kesedihan, momen beberapa waktu lalu yang membuat hatinya terasa dipukul beribu palu.
“Emm, buah kesukaannya adalah jeruk. Sejak kecil hyung sudah tak menyukai apel. Kau tak mau apel itu sia-sia bukan?”
Belum sempat Mysa merespon, tangan Kibum telah lebih dulu menyambar keranjang apel yang ada di pangkuan Mysa.
“Yaaa!” Mysa terkejut dengan aksi Kibum.
“Biar untukku saja, berbanding terbalik dengan kakakku, apel adalah buah yang paling aku sukai.” Detik berikutnya satu gigitan apel telah masuk ke dalam rongga mulut Kim Bum.
“Ya sudah, untukmu saja.” Mysa tak berniat untuk merebut kembali apel itu, pikirannya kini tengah berkecamuk dan membuatnya kembali tenggelam dalam lamunan.
“Jadi, apakah gadis yang dipeluk oleh Dokter Joong Ki itu adalah kekasihnya?” setelah beberapa menit kemudian Mysa membuka pembicaraan.
“Bukan. Mereka berdua adalah teman dekat.”
Jawaban Kim Bum sontak membuat Mysa menaikkan wajahnya semangat dan menatap KimBum dengan harapan bahwa informasi yang akan diberikan selanjutnya sesuai dengan apa yang ada dibenaknya.
“Tapi, hyungku sangat mencintai nya.” Lanjut Kim Bum
Baru beberapa detik lalu raut wajah Mysa berubah sumringah, detik berikutnya ia harus menurunkan bahunya kembali yang sempat menegang.
“Lalu kenapa mereka tak menjadi sepasang kekasih?” kali ini otak Mysa mulai dikelilingi rasa penasaran.
“ Itu karena sejak kecil Yoona Nuna sudah dijodohkan dengan seorang pria pilihan kakeknya. Hyung dan Nuna telah menjalin persahabatan sejak kecil. Lama kelamaan Joong Ki Hyung mulai menaruh rasa sukanya kepada Yoona. Apalagi semenjak orang tua kami bercerai, Joong Ki Hyung yang ikut dengan appa merasa shock karena  harus kehilangan sosok seorang ibu. Saat itulah, dimatanya Yoona bak malaikat penolong yang menariknya untuk keluar dari jurang kesedihan. Yoona selalu menemani Joong Ki Hyung dan menjadi tempatnya untuk berbagi keluh dan kesah. Namun kenyataan pahit harus diterimanya karena Yoona telah dijodohkan dengan seseorang.”
“Lalu?” Mysa sangat tak sabar mendengar lanjutan cerita Kibum.
“Lalu, kau harus membayarku untuk melanjutkan cerita ini, girl” Kibum menyeringai kemudian mengedipkan sebelah matanya.
Mysa mendengus kesal dan memalingkan wajahnya dari Kibum, baru beberapa menit mereka terlihat akrab, kini Mysa harus merasa kesal kembali karena ulah si evil Kibum.
“Kau hanya perlu pergi menemaniku ke festival di sungai Han malam ini, dan aku akan menceritakan kelanjutannya, bagaimana?” Tawar Kibum masih diiringi seringaiannya.
“Shiroe. Memangnya semudah itu aku menerima tawaranmu. Dasar evil.” Dengan wajah masam Mysa bangkit dari duduknya dan meninggalkan Kibum sendiri.
“Ck..ck, tunggu saja tanggal mainnya Grandma saus, suatu saat kau pasti akan jatuh dalam pelukanku.” Masih dengan seringaiannya yang khas, Kibum menatap kepergian Mysa.

* * *
Tak seperti biasanya, malam ini Mysa nampak gelisah di kamarnya. Kejadian siang tadi membuatnya tak bisa memejamkan mata barang sedetikpun. Rasa penasaran semakin menggelutinya kala Kibum menggantungkan ceritanya begitu saja. Ah, sepertinya ia memang ditakdirkan untuk tidak menyukai pria bernama Kibum di dunia ini. Mungkin saja.
“Mysa, ada Min Ha, di luar.” Teriak Eommanya dari balik pintu kamar Mysa. Sontak Mysa pun bangkit dari tidurnya dan menuju lantai bawah. Tak biasanya Min ha datang tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
          “Min Ha, apa kabar?” Mysa segera memeluk Min Ha, sahabatnya yang beberapa minggu ini tak ia temui.
“Baik. Mysa, maaf tak memberi kabar dulu sebelum datang ke sini. Aku ingin mengajakmu ke festival … malam ini. Ku harap kau tak sibuk. Sebenarnya ada seseorang yang ingin aku temui, tapi aku merasa gugup jika harus pergi sendiri” Min Ha menjelaskan tujuannya menemui Mysa.
“Baiklah, kebetulan aku free malam ini. Tunggu sebentar ya. Aku ganti baju dulu.”
“OK, lima menit.” Ujar Min Ha seraya mengangkat kelima jarinya.

Kurang lebih 3 menit kemudian. Mysa keluar dari kamarnya. Dengan langkah sedikit tergesa ia menuruni tangga. Ia mengenakan celana hitam, dengan kaos putih dilapisi jaket rajut berwarna merah hati, rambut panjangnya yang terurai dikuncir kuda. Tak ketinggalan tas selempang berwarna senada dengan kaosnya ia sampirkan dibahunya.
“Apa aku lebih dari lima menit?” tanya Mysa tergesa. Ia tahu sahabatnya itu adalah typical orang yang menghargai waktu, berbanding terbalik dengan dirinya.
“Ani, waktu dandananmu bahkan lebih cepat dari pada mantan kekasihku. Kalau begitu, kajja kita berangkat.” Min ha segera menarik lengan Mysa menuju pintu keluar.
“Oemma, aku dan Min Ha pergi dulu.” Teriak Mysa.
“Ne.” sahut ibunya samar-samar dari dapur.

* * *
Sungai Han malam itu dihiasi kerlap kerlip lampu malam dengan berbagai warna. Beberapa pedagang dari makanan hingga aksesoris tak ketinggalan meramaikan sungai Han. Tak beberapa lama kemudian mobil jazz berwarna merah telah membawa Mysa dan Minha ke tempat itu. Melihat begitu hebohnya festival di sungai Han kali itu, membuat Mysa dan Min Ha tak sabar untuk melangkahkan kaki mereka menuju tempat keramaian. Terutama Shin Min Ha yang terlihat  terburu-buru, seperti ada seseorang yang ingin dia temui.
Tiba di tengah –tengah beberapa orang yang tengah menikmati festival, Min Ha berhenti sejenak. Kepalanya menoleh ke kanan dan kekiri seperti sedang mencari keberadaan seseorang. Hingga sebuah tangan menepuk bahunya pelan. Sontak Min ha tak terkecuali Mysa terlonjak kaget.
“Donghae si.” Ucap Min Ha pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Demi apapun, kini dirinya telah tenggelam dalam pesona Dong Hae. Dengan mengenakan celana jeans, kaos putih, gaya rambut yang ditatan sedikit berantakan dan tak ketinggalan sweeter cokelat yang melilit di lehernya telah membuat pria itu nyaris seperti pangeran di tengah karnaval sungai Han.
Mysa yang sedari berceloteh tak jelas kini ikut terdiam karena kehadiran Dong hae.
“Apa aku membuatmu lama menunggu?” Min Ha mencoba mengumpulkan kembali sebagian nyawanya yang telah melayang karena terpikat ketampanan pria yang ada di depannya.
“Sebenarnya aku sudah ada di sini sejak sore tadi.” Jawab Dong Hae disertai senyuman manisnya. Dan hal itu hampir kembali berhasil merenggut kesadaran Min Ha.
“Be..begitu ya. Oh ya, kenalkan, ini sahabatku, Shin Mysa.”
Dong Hae menatap wajah Mysa sejenak, tiba tiba ia memetikkan jarinya seperti mengingat sesuatu.
“Aaah, kau, gadis yang ada di Reifal Club waktu itu. Gadis yang berhasil membuat wajah temanku, si Playboy Kibum memerah seperti kepting rebus di depan umum.” Dong Hae sangat mengingat kejadian dimana Kibum diteriaki habis-habisan oleh seorang wanita yang sosoknya kini tengah berada di depannya.
Perkataan Dong Hae berhasil membuat wajah Mysa memblushing, ia justru merasa malu dengan perilakunya beberapa waktu lalu. Jika diingat, sosoknya ketika memarahi Kibum di club itu mirip seperti seorang preman yang memalak untuk mendapatkan uang. Ahh, mengapa penyesalan selalu datang di akhir.
“Oh itu, iya. Aku ingat.” Mysa meresponnya dengan sedikit salah tingkah.
“Jadi, kita akan kemana Dong Hae si?”
Pertanyaan dari Min Ha membuat Dong Hae terdiam, nampaknya ada sesuatu yang dipikirkannya.
“Kalian hanya datang berdua ke sini?” Dong Hae balik bertanya.
“Ne.” Jawab Min Ha, dia merasa sedikit aneh dengan sikap Dong Hae.
Tidak ada respon lagi dari Dong Hae, dia kemudian menarik handphone dari sakunya dan memainkannya.
“Apa aku mengganggu date kalian ?” bisik Mysa kepada Min Ha.
          “Ini bukan kencan Min Ha, makanya aku mengajakmu.”
“Tapi, sepertinya Dong Hae hanya ingin berdua denganmu.” Lanjut Mysa kembali.
“Jangan mengada-ngada, mana mungkin, kami kan baru kenal.” Min Ha mencoba menepis perasangka Mysa.
“Sepertinya kau menyukainya, lihat, wajahmu memerah.” Mysa terkekeh pelan melihat raut wajah sahabatnya jika sedang malu itu.
Keheningan diantara mereka  terus berlanjut walau Mysa masih terlihat menggoda Minha dengan bisikan-bisikannya, hingga menit berikutnya suara seseorang memecah kebisuan mereka.
“Dong Hae ah.”
Seorang pria muncul setelah memanggil nama Dong Hae.
“Kibum ah.” Dong Hae ikut berseru setelah mengetahui bahwa seseorang yang memanggil dirinya adalah temannya sendiri, yaitu Kim Kibum. Mysa yang beberapa detik lalu menyadari kedatangan Kibum segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia berharap cahaya yang sedikit remang membuat Kibum tak menyadari keberadaannya.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Kibum kepada Dong Hae.
“Aku ada janji  kencan.”
Jawaban Dong Hae berhasil membuat Min Ha semakin memblushing, Mysa yang mendengarnya ikut tersenyum  dan menyenggol pelan lengan Min Ha.
“Kau janji kencan dengan dua orang gadis sekaligus?” tanya Kibum tak percaya sambil melihat ke arah dua gadis yang ada di depannya. Pertanyaan itu berhasil memancing Mysa untuk mengangkat wajahnya dan bicara.
“Tentu saja tidak bodoh, Dong Hae si hanya memiliki janji dengan temanku, Min Ha.” Mysa memandang Kibum dengan raut kesal.
“Oi, Oi, kita bertemu lagi Grandma.” Kibum berucap dengan wajah berbinar, hal itu justru diabaikan oleh Mysa.
“Eemmm, Min Ha, sepertinya aku harus pergi sendiri. Kalian bisa pergi berdua tanpaku.” Ucap Mysa.
“Tapi Mysa si..”
“Sebenarnya Mysa sendiri ada janji denganku malam ini.” Putus Kibum.
“Mworago, sejak kapan aku membuat janji denganmu” seru Mysa.
“Jangan pura-pura lupa grandma, kau tak ingat perbincangan kita di taman rumah sakit siang tadi.” Kibum memberikan sinyal dengan mengedipkan matanya ke arah Mysa dan hal itupun segara dimengerti olehnya.
“O..Ohh, aku baru ingat. Memang ada hal yang ingin kau bicarakan dengan Kibum malam ini. Nah, sekarang kau tak perlu khawatirkan ku Minha, kau bisa pergi bersama Dong Hae.”
“Benar tak apa-apa?”
“Nan gwenchana, Kajja Kibum ah.” Entah dapat dorongan dari mana Mysa dengan cepat menarik tangan Kibum meninggalkan Min Ha dan Dong Hae.
“Kalau begitu kami pergi dulu.” Sambung Kibum sambil melambaikan sebelah tangannya yang bebas dari dari genggaman Mysa.

Kibum POV
“Kalau begitu kami pergi dulu.” Ucapku diiringi senyuman bahagia. Ya, aku bahagia karena seorang gadis cantik tengah menggenggam tanganku erat.
“Mysa ah, ternyata kau lebih senang menyentuhku lebih dulu dari pada aku yang memulainya.” Ucapanku berhasil menghentikkan langkah kami yang sudah lumayan jauh dari keberadaan Dong Hae dan Min Ha. Dengan cepat ia melepaskan genggaman tangannya.
“Prevert! sebelum berbicara, apakah otakmu sudah memprosesnya dengan benar?”
“Ya..ya.. keep calm grandma, aku hanya bercanda. Kau tak perlu se-emosi itu. Tapi, aku menyukainya.” Ucapku disertai senyuman yang pasti akan membuat terpana semua gadis, terkecuali dirinya.
“Nah, sekarang aku sudah menemanimu di festival sungai Han. Jadi, kau tak akan mengingkari janjimu untuk melanjutkan cerita yang sebelumnya kau gantungkan kan?” pertanyaan gadis ini membuatku mengingat perkataannya siang lalu.
“Tunggu dulu, menemani katamu? Baru beberapa langkah berjalan bersama sudah dibilang menemani?” Astaga gadis ini kadang memiliki jalan pikiran yang aneh.
“Lalu?” tanyanya kembali.
“Ikut aku.” 
Tanpa basa-basi aku segera menarik lengannya menuju tempat dimana mobilku di parkir.

Author POV
“Ya, kau mau membawaku kemana?” entah sudah berapa kali Mysa melemparkan pertanyaan yang sama, namun hanya ditanggapi diam oleh Kibum, dia justru terlihat sangat fokus mengemudi.
“Hei, bukankah kau ingin aku menemani mu  ke festival sungai Han? Dan sekarang kenapa kau membawaku pergi ke tempat lain?” Lanjut Mysa lagi.
“Pernah melihat mobil masuk jurang tidak? Jika kau terus mengganggu konsentrasiku menyetir, mobil ini mungkin akan berguling ria di jurang.” Akhirnya Kibum mengeluarkan suaranya dan hal itu berhasil membuat Mysa membungkam mulutnya.

Tak ada lagi pembicaraan, keheningan tercipta seketika diantara dua anak manusia itu, hanya terdengar deru mesin mobil Hyundai yang terus melaju melewati jalanan menanjak. Sesekali Mysa melirik ke arah Kibum, dan benar saja, ekspresi pria itu terlihat serius. Suasana ini benar-benar membuat gadis itu bosan dan mengantuk. Ia berkali-kali mengusap wajahnya mencoba untuk berkompromi dengan kedua matanya yang terus memaksa untuk menutup. Namun pada akhirnya, gadis itu tak dapat menahan lagi rasa kantuk yang terus menyerangnya, dan ia pun tertidur.




FF Collections     PART 1      PART 2          PART 3

Saranghae Nae Gom (I Love My Bear) - Chapter 1 - REMAKE



Title :  Saranghae Nae Gom (I Love My Bear) – Chapter 1 - REMAKE

Cast :
Shin Na Yong (OC)

Oh Sehun (EXO)

Kim Myung Soo (Infinite)

Song Ji Hye (OC)

Other
Byun Baekhyun (EXO)

Park Chan Yoel (EXO)

Kim Jong In / Kai (EXO)

Genre :  Romance, Comedy

Author : Shin Eun So

Length : Multichapter
PG-17

Author Greeting : Anyoeng Haseyo, entah sudah berapa dinasti yang saya lewatkan hingga kembali ke blog ini, bahkan sempat tak ada niat untuk mengupdate chapter fanfiction yang malang karena terabaikan. Author memang sempat kehilangan semangat dan ide selain karena aktivitas sebagai mahasiswa yang cukup padat. 
Kini author mencoba kembali dengan membawa fanfiction terbaru dengan main cast baru pula, setelah sebelumnya melibatkan member SJ dan Bigbang, kini author mencoba membuat FF dengan member EXO sebagai main cast-nya.
Oh ya, di FF ini juga author selipkan beberapa backsound yang cocok dengan suasana cerita, biar chingu juga bisa ikut masuk ke dalam ceritanya. ^__-
Komentar, kritik dan saran sangat di harapakan karena itu adalah makanan wajib bagi author yang masih memiliki kemampuan menulis yang dangkal ini.
Selamat membaca.. seumdwa !

sebelum di "remake" FF  ini juga di post di www.exofanfiction.wordpress.com 

Gapyoeng-gun
Sebuah mobil van hitam tengah menelusuri salah satu dari banyak jalan di kawasan Gapyong-gun Provinsi Gyonggi dengan kecepatan sedang. Pepohonan yang menjulang tinggi dan deretan gunung-gunung yang saling menyambung menjadi penghias pandangan di sepanjang jalan. Sungai di sisi kiri jalan yang terbentuk dari cabang sungai Han bagian utara menjadi hal yang sayang untuk tak ditangkap retina mata yang kemudian ditafisrkan menjadi sinyal-sinyal elektris sebagai gambar visual terindah. Udara sejuk tak henti menyapa kulit dan setiap tarikan nafas walaupun sekarang negeri ginseng tengah memasuki musim panas. Sesekali terlihat beberapa bangunan menyerupai villa dan resort yang berjarak cukup jauh dari satu ke satu bangunan lainnya. Sungguh suasana yang mampu menenangkan jiwa yang tengah bergejolak hebat sekalipun.
Namun susasana Gapyong-gun itu belum dinikmati empat orang namja yang tengah tertidur pulas di kursi mobil. Hingga salah satu dari mereka terlihat bergerak dan menggaruk-garuk kepalanya, kemudian membuka mata sipitnya perlahan, sesuatu membuat pupil mata pria itu melebar.
“Daebak, Gapyong-gun joengmal daebakk..!” teriak Byun Baekhyun, namja beruntung pertama yang berhasil menyadari keindahan alam Gapyong-gun. Matanya tak henti menatap keluar jendela mobil sedangkan kedua tangannya sudah lebih dulu menempel ke kaca mobil.
Teriakkan Baek Hyun berhasil membuat beberapa namja lainnya kembali ke alam sadar mereka. Satu persatu mata namja-namja tampan itu mulai terbuka sambil merenggangkan badan mereka yang cukup pegal karena tidur dengan posisi duduk dalam waktu yang cukup lama.
“Wooow, ini luar biasa.” sahut namja berkulit tan bernama Kai, tak kalah hebohnya.
“It’s really cool men!” Namja jangkung bermarga Park yang duduk di sebelah Baekhyun juga ikut terpana dengan pemandangan sekitarnya.
“Wahh, ternyata Gapyong-gun benar-benar indah, tapi tunggu…Ya! Oh Sehun, kau telah membohongi kami huh? Kau bilang Gapyong-gun seperti padang sabana dengan beraneka macam serangga dan populasi Jerapah yang bahkan melebihi jumlah penduduknya.” Baekhyun yang tadi sibuk dengan keterpanaannya kini memandang Sehun dengan tatapan tajamnya.
Pria yang bernama Oh Sehun hanya menggaruk pipinya gatal kemudian menguap lebar. “Hyung, Biasanya kalian tak percaya ucapanku kan? ketika kuceritakan tentang Gapyong-gun, kalian hanya menagatakan ‘hmm’ dan ‘ohh’  kemudian mengangguk-angguk tanpa membantah sedikitpun.” Sehun terkikih geli ketika mengingat kembali wajah polos hyungdeul-nya saat ia diwawancarai tentang keadaan Gapyong-gun.
“Itu karena kami belum pernah ke sini magnae-ah. Ishh, kau ini.” Chanyoel menjitak pelan kepala Sehun. Yang punya kepala hanya meringis pelan.
“Mulai sekarang aku akan memasang proteksi virus dari mulutmu itu Sehun-ah.” Baekhyun menyilangkan kudua telunjuknya membentuk huruf X. Sehun hanya menyengir.
“Apakah kita masih jauh dari villa kakekmu, Sehun?” Kai justru memilih bertanya dibanding mengikuti gerutuan Baekhyun dan Chanyoel.
Sehun kembali menoleh ke jendela sembari memperhatikan beberapa palang di pinggir jalan “Sebentar lagi kita akan sampai.” Jawab Sehun, matanya menatap dalam suasana di luar sana.
Haraboeji, aku merindukan tempat ini, sama halnya aku merindukanmu, bahkan lebih.
Suara hati seorang Oh Sehun begitu dalam. Bibirnya tak henti membentuk lengkungan ke atas. Suasana hati yang begitu bahagia dengan setoreh rasa rindu kepada orang yang pernah menjadi tempatnya berlindung dan berkeluh kesah selama 10 tahun.
~
Seorang gadis nampak tengah memindahkan beberapa pollybag dari keranjang sepedanya ke sebuah tatakan yang terbuat dari kayu. Terlihat beberapa pot kecil dengan tanaman yang tingginya kurang lebih seperti tunjuk orang dewasa berjejer rapi dibagian tatakan atas. Setelah meletakkan pollybag terakhir, mata cokelat gadis itu menelusuri satu persatu pot tanaman yang berada tatakan pertama dan kedua. Seulas senyum terlukis di bibirnya.
            “Kalian benar-benar tumbuh dengan baik.” gumam gadis itu hingga tak menyadari seseorang tengah menghampirinya.
            “Sudah selesai?” suara berat dari seorang pria membuat gadis itu segera menolehkan pandangannya.
            “Sudah haraboedji,  saya juga sudah merapikan beberapa tangkai pohon mawar yang layu di taman depan.” Gadis itu melepaskan kaos tangannya dan meletakkannya di keranjang sepeda yang tak jauh darinya.
            “Emm.. Apa kau ada kegiatan lain sehabis ini?” tanya pria itu kembali, terlihat raut penasaran di wajahnya yang sudah hampir dipenuhi kerutan.
            Gadis itu nampak berfikir sebentar kemudian menjentikkan jarinya “Ahh, saya hampis saja lupa jika ada janji dengan Goo halmoeni untuk membantunya di danau siang ini. Memangnya kenapa haraboedji?”
            “Oh, Ani, bukan apa-apa.” Pria paruh baya itu kembali menarik nafasnya dalam. “Bisakah kau kesini lagi besok?”
            Gadis itu mengkerutkan keningnya, “ke sini? besok?”
            “Ne, Sebenarnya ada beberapa ladang kosong di dekat taman air mancur, aku ingin mengisinya dengan tanaman airis. Selain itu, ada beberapa pohon bunga ganifel yang rantingnya sudah layu. Pekerja di taman ini sedang menjenguk keluarganya di Busan, apakah kau bisa membantuku membersihkannya?”
            Gadis itu kembali tersenyum, walau dia sedikit merasa aneh. Bukankah kakek ini pernah mengatakan bahwa taman air mancur di dekat pintu gerbang itu sudah terlihat asri dan tak perlu tambahan tanaman lagi. “Ah, baiklah. Saya akan datang besok. Kalau begitu saya permisi pulang dulu Harabodeji.”
            “Ne, hati-hati di jalan, Na Young.”
            Gadis bernama Na Yong itu memutar arah sepedanya kemudian menaikinya, iya kembali menoleh  dan tersenyum ke arah pria yang dipanggilnya Haraboedji itu sebelum kakinya menginjak pedal sepeda dan mengayuhnya.
            “Ah, sayang sekali.” pria itu bergumam tanpa melepaskan penglihatannya dari Na Yong yang mulai mencapai pintu gerbang yang berdiri kokoh.
            ~
            Bakcsound : Beautifull by Baekhyun EXO
            Baekhyun, Kai, dan Chanyoel merapatkan tubuh mereka ke bagian kanan mobil. Mulut mereka tak henti-hentinya berceloteh ria memuji keindahan danau yang terpampang luas di bagian kanan jalan. Sesekali terdengar suara Baekhyun meneriakkan ‘Dulbari’ (bebek) sambil mengarahkan jari telunjuknya ke luar jendela mobil. Apakah dia tengah menghitung jumlah bebek di danau itu sekarang? Entahlah.
            Sehun yang ikut memandang ke arah kanan jalan tanpa memindahkan posisi duduknya hanya tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Merasa lehernya pegal, namja itu pun mengalihkan pandangannya ke depan. Matanya membulat ketika menangkap objek indah melalui kaca mobil depan. Seorang gadis berambut panjang yang diikat dengan sebuah topi lebar di kepalanya. Wajahnya begitu bersinar dibawah terpaan sinar matahari yang tak terlalu terik. Sepasang mata indah dan pipi yang merona membuat gadis itu semakin terlihat menawan. Bola mata Sehun terus mengikuti gadis itu hingga mobil yang ditumpanginya berpapasan dengan putaran roda sepeda yang terus di kayuh gadis itu. Deg, tiba-tiba sehun merasakan detak jantungnya semakin cepat kala wajah gadis itu melintas tepat melewati kaca jendela mobilnya. Sendi lehernya terus berputar dan badannya ikut membalik ke belakang mengikuti gadis yang sudah hanya tampak punggungnya, hingga objek itu semakin mengecil di mata Sehun. Ia kembali membetulkan posisi duduknya, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Manis, pikirnya.
~
            Lampu berwarna kuning nampak berkedip-kedip dari mobil van hitam sebelum memasuki sebuah pintu gerbang bergaya khas Eropa dengan pagar tinggi di sisi-sisinya. Di teruskan dengan sebuah jalan lurus dengan berbagai macam pohon dan tanaman hias yang tumbuh subur dan tertata rapi di setiap pinggirnya. Sebuah taman air mancur megah menjadi objek pertama yang sayang untuk dilewatkan. Beberapa bangku bercat putih terletak di bawah pohon-pohon berdaun rindang. Van itu terus menelusuri jalan yang membimbingnya menuju sebuah bangunan besar menyerupai villa megah dan tanpak asri. Halaman rumput yang luas menjadi tempat perhentian van itu, detik berikutnya beberapa pasang kaki terlihat melangkah keluar dari dalamnya.
            “Daebak, ini seperti liburan di villa puncak saja.” Ucap Baekhyun sembari mengedarkan pandangan ke rumah yang ada di depannya.
            “Udaranya sejuk sekali.” sambung Chanyoel sambil merentangkan tangannya lebar dan menarik nafas dalam.
            “Hey, kalian berdua. Bantu aku mengeluarkan koper-koper ini.” Kai terdengar berteriak dari belakang van. Pria itu memang sedikit berbeda dari teman-temannya. Sedikit lebih rajin.
            Aktivitas mereka terhenti sejenak ketika seorang pria paruh baya keluar dari dalam rumah dan memanggil sebuah nama.
            “Sehun-ah, kau sudah datang?”
            Merasa namanya di panggil, Sehun segera berlari menuju ke arah pria itu dan merangkulnya erat “Harabodji.. bogoshippo..joengmal bogosippho” Sehun menumpukan dagunya ke bahu pria tua itu seraya memejamkan mata, sedangkan pria yang dipanggilnya ‘haraboedji’ hanya mengusap kepala Sehun pelan.
            Sementara teman-teman Sehun lainnya ikut tersenyum menyaksikan kebahagiaan dari pertemuan sepasang kakek dan cucu itu.
~
            “Kami akan tinggal di sini selama 10 hari. Dan lusa kami akan memulai shooting di sebuah villa dekat sini, harabodji.”
Sehun besama teman-temannya kini tengah menikmati jamuan teh di teras belakang rumah kakeknya. Pemandangan di belakang rumah tak kalah indahnya dengan yang ada di sepanjang jalan sebelum menuju rumah ini.  Aneka kebun buah dan sayuran terhampar luas. Tampak beberapa pekerja tengah sibuk menyemai benih baru, sebagian lagi tengah memasukkan buah-buahan dan sayuran ke dalam keranjang. Mereka adalah pegawai yang bekerja untuk mengurus kebun di tanah milik Tuan Yoo, kakek Sehun.

            “Kita hanya memiliki waktu 2 hari untuk merasakan liburan sebelum kembali bekerja bukan?” ucapan Chanyoel ditanggapi namja lainnya dengan anggukan.
“Kalau begitu, manfaatkan waktu liburan kalian dengan sebaik mungkin. Beberapa tempat di Gapyong-gun mungkin bisa menjadi destinasi menarik.” Kakek Yoo tengah menuangkan teh perlahan ke dalam cangkir yang ada di depan cucunya, Sehun.
“Kira-kira dimana tempat yang menarik itu,  haraboedji?” tanya Sehun sebelum ia menyesap pelan teh buatan kakeknya.
“Bukankah kau pernah tinggal di sini Sehun-ah? Jangan bilang kalau Seoul telah membuatmu lupa dengan Gopyang-gun.” Tn. Yoo memandang wajah Sehun sambil berkerut.
“Bu..bukan begitu. Mungkin selama 12 tahun Gopyang-gun telah banyak berubah.”
Batin Tn. Yoo membenarkan perkataan Sehun, memang sudah 12 tahun Sehun pindah ke Seoul bersama orang tuanya. Selama itu pula Sehun jarang mengunjungi kakeknya, walaupun berkunjung itupun hanya sebentar.
“Danau Dulbari” ucap kakenya setelah terdiam beberapa saat.
“Ahh, majja. Hyung, ayo kita ke danau dulbari.”
 ~
“Kai-ah, jangan terlalu ke tengah. Kalau perahu ini karam bagaimana?” Baekhyun hampir setengah berteriak ketika kata-katanya masih tak dihiraukan pria yang kini berada satu perahu dengannya. Kai justru semakin cepat mengayunkan pengayuhnya.
Sedangkan di sisi lain, Sehun dan Chanyoel nampak begitu menikmati jalan perahu mereka. Sesekali mereka berteriak kegirangan setelah mengayuh cepat dan membiarkan perahu itu meluncur di atas danau, meninggalkan jauh Kai dan Baekhyun yang terus menolak untuk pergi terlalu jauh dari pinggir danau.
“Ya, kemana para dulbari itu?” Chanyoel meletakkan pinggir telapak tangannya di dahi, kemudian menoleh ke kiri dan ke kanan.
“Biasanya mereka masih berkeliaran.. itu merek..” ucapan Sehun terputus ketika melihat sekumpulan bebek dari kejauhan. Sebenarnya bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya, tapi sosok yang menaiki perahu yang dikelilingi bebek-bebek itu.
“Ayo kita ke sana hyung.”
~
“Cha, makanlah yang banyak.” gadis itu sesekali melemparkan umpan ke arah kumpulan bebek yang kemudian di sambut heboh oleh mereka.
“Siapa mereka Na Young-ah?” tanya wanita tua yang duduk di belakang perahu. Na Young memandang ke arah perahu yang dinaiki dua orang pria sepintas. Perahu itu nampak sedang mengarah menuju mereka.
“Mungkin mereka anak-anak kota yang sedang liburan di sini, Goo Halmoeni.” Na Yong memandang singkat ke arah perahu yang dimaksud Nenek Goo, ia memilih acuh dan kembali menatap kumpulan bebek yang masih menunggu untuk diberi umpan.
Hingga sapaan dari suara pria menyapa telinga mereka.
~
“Anyong haseyo”
Sehun yang mendengar Chanyoel menyapa duluan ikut membukukkan badannya, namun pandangannya tak lepas dari gadis bertopi lebar dan menunduk hingga hanya terlihat separuh wajahnya.
“Ne, Anyoeng haseyo,  apakah kalian turis di sini?” tanya seorang wanita tua yang duduk di belakang perahu.
“Ne, kami dari Seoul halmoeni. Chogi, apakah bebek-bebek ini miliki kalian?”
Mendengar kata kalian, gadis itu mengangkat kepalanya dan berniat untuk mengatakan bahwa sebenarnya bebek-bebek ini milik wanita yang ada di belakangnya. Namun saat ingin berucap, manik matanya terlebih dulu menangkap sosok yang tepat berada di depannya. Seketika ia meneguk ludahnya pelan.
“Sebenarnya mereka miliki nenek ini dan aku hanya membantu memberi makan.” Gadis itu berusaha berbicara setenang mungkin, mencoba menahan sesuatu yang rasanya ingin meledak saat itu juga.
“O..ohh begitu.” Chanyoel nampak salah tingkah ketika penglihatannya dikejutkan dengan paras gadis di depannya.

            Sedangkan Sehun yang sedari tadi dibuat terpana hanya mematung di belakang perahu.
“Sebenarnya kami ke sini untuk keperluan shooting mini drama.” Lanjut Chanyeol. Laki-laki itu bertaruh kalau sekarang dirinya tak bisa mengalihkan pandangan dari gadis yang sesekali memberi umpan kepada segerombolan bebek-bebek danau.
Na Young hanya menanggapinya dengan anggukan. Memberi kesan dingin terhadap dua namja yang kini masih menatapnya.
“Chogi, apa kau tak tau siapa kami?” akhirya Sehun berani mengeluarkan suaranya walaupun sedikit pelan.
Na Young mengerutkan keningnya, ia tahu Sehun tengah berbicara kepadanya.
“Ah, maaf, aku kurang begitu yakin”
Pernyataan gadis itu membuat Sehun dan Chanyeol saling berpandangn.
“Kau tak tau boyband EXO?”
Belum terdengar jawaban hingga detik berikutnya sebuah teriakkan pria terdengar dari kejauhan. Suara khas seorang Byun Baekhyun.
~
Sehun mengusap wajahnya pelan. Ia menatap kesal ke arah Baekhyun. Hal yang sama pun dilakukan oleh Chanyoel.
“Aku tak ingin ke danau ini lagi.” Ucap Baekhyun dengan suara sedikit bergetar, nafasnya naik turun dengan cepat. Semua pakaiannya basah kuyup, beberapa lumpur nampak mengotori celana jeansnya.
“Kau kan bisa berenang, kenapa kau takut? Aku bahkan sempat mengurungkan niat untuk menolong ketika melihat dirimu dengan begitu cepatnya berenang ke tepi.”  Kai menanggapi kesal, sambil memerah jaket hitam peraknya nya yang basah di pinggir danau.
“Tapi tidak untuk di danau, apa kau pernah mendengar cerita tentang hantu air yang menarik kaki-kaki perenang dan membuat mereka tenggelam?” pernyataan Bakhyun membuat ketiga namja itu menatap heran dan bertanya-tanya. Ada apa dengan otak anak ini?
“Tskk, kau masih mempercayai mitos murahan itu, hyung?” ejek Sehun.
“Aishh.. byunie, gara-gara kau, perbincanganku dengan seorang malaikat harus terhenti.” Chanyeol mengacak-acak rambutnya frustasi.
Kini giliran Baekhyun dan Kai yang memandang heran ke arah Chanyoel dan berasumsi bahwa kepercayaan Baekhyun akan mitos yang tak jelas juga menghampiri otak namja itu. Namun lain dengan Sehun yang memiliki tatapan berbeda karena ia mengerti maksud dari perkataan Chanyoel.
~
Detak jarum jam hampir menunjuk angka 12, namun gadis itu masih setia menggerakkan jari-jarinya di atas toots keyboard laptop berwarna hitam. Sesekali ia merenggakan tangan dan memutar lehernya yang terasa semakin pegal. Pergerakkan jarinya terhenti dan berpindah menuju wajahnya, mengusap pelan dagunya dengan satu jari telunjuknya, gadis itu mengkerutkan keningnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.
“Na Yong-ah, kau masih belum tidur?” suara seorang wanita membuat Na Yong menolehkan kepalanya ke arah pintu kamar.
“Ne ahjumma.” Sahutnya sambil terus melihat ke arah pintu, hingga perlahan daun pintu itu terbuka menampakkan wanita berusia 40an tengah membawa sebuah nampan yang berisi sesuatu.
“Aku membawakanmu susu dan kentang bakar.”
“Terimakasih bi, Eun Gi sudah tidur?”
“Tentu saja, Eun Gi tidak pernah tidur lewat dari jam 9 malam.” Perkataan bibinya yang lebih menyerupai sindiran membuat Na Yong melihat ke arah jam yang menggantung dekat lemarinya.
“Sudah tengah malam.” Na Young berkata dengan sedikit bergumam, ia memang tak menyadari jam yang terus berdetak dan telah menemani segala aktivitasnya sejak petang tadi.
“Beristirahatlah Na Young, sebanyak apapun pekerjaanmu, jangan pernah mengabaikan kesehatanmu. Tadi sore ibumu menelepon dan menanyakan keadaanmu.”
Na Young tersenyum mendengar ucapan bibinya. Oemma pasti benar-benar mengkhawatirkanku… ani, sebenarnya dia sangat merindukanku. Batinnya.
“Tinggal sedikit lagi ahjumma, aku akan segera tidur setelah menyelesaikannya.”
“Gurrae, kalau kau ingin kentang bakar lagi, kau bisa mengambilnya di dapur.”
Na Young mengangguk dan masih setia dengan senyum yang sama hingga bibinya meninggalkan kamarnya. Seketika wajahnya kembali fokus ke layar monitor yang sempat terabaikan beberapa menit.
~
Sehun menuruni satu persatu anak tangga yang terbuat dari kayu mahoni, sesekali ia merenggangkan tubuhnya dan menguap lebar. Ia mempercepat langkahnya ketika melihat kakeknya yang tengah menikmati secangkir kopi hangat di meja makan.
“Pagi, haraboedji.” Sehun menarik sebuah kursi dan duduk di samping kakeknya yang tengah memandang taman. Ia pun mengambil beberapa helai roti kemudian mengoleskan selai cokelat diatasnya, detik berikutnya roti itu telah meluncur mulus ke dalam mulutnya. Matanya ikut memandang ke arah taman yang tertata begitu indah dan rapi, Sehun berasumsi jika kakeknya telah menyewa gardener hebat untuk menata taman itu hingga menjadi nampak sempurna.
“Aishh, bocah-bocah itu belum bangun juga.” Sehun menggerutu sembari memandang ka arah lantai dua kemudian meraih juz yang ada di depannya.
“Mereka bahkan telah bangun lebih dulu dari mu. Kau tak lihat ini sudah jam berapa?” Perkataan kakeknya berhasil memubuat Sehun tersedak. Ia melap cepat cipratan juz yang membasahi area mulutnya. Matanya beredar keseluruh ruang makan dan menemukan jarum jam yang telah menunjukkan angka 10.
“Soelma, mereka benar-benar tak membangunkanku? Dimana mereka sekarang?” Sehun bertanya dengan nada tak sabaran. Sepintas terlihat kilatan dari matanya.
“Mereka bilang ingin berjalan –jalan di area sekitar taman rumah ini.”
 ~
“Jadi itu gadis yang kau bilang seperti malaikat?” Kai tak melepaskan fokus bola matanya ke arah gadis yang tengah sibuk memindah tanaman-tanaman kecil ke dari pollybag ke tanah yang sudah ia lubangi dan diberi pupuk.
“Eoo, bukankah dia gadis yang cantik.” Ucap Chanyoel, dengan satu pandangan yang sama lurusnya seperti Kai.
Baekhyun mengangguk dalam dengan sorotan mata yang tak kalah tajam, “Ku pikir kemaren kau benar-benar dirasuki hantu danau Chanyoel-ah. Tiba-tiba saja kau membahas tentang berbicara dengan seorang malaikat.” Belum sempat mengakhiri kata-katanya, Baekhyun menggerekkan tubuhnya cepat ketika tangan Chanyoel hampir mendaratkan satu cubitan keras di pinggangya.
“Hyung,  menurutku dia tak terlihat seperti gadis desa.” Kai mencoba mengalihkan perhatian para hyungnya yang hampir membuat keributan kecil lagi.
“Kau benar, tapi aku masih ragu..”Chanyoel menghentikan kata-katanya. Baekhyun dan Kai memandang penasaran ke arahnya.
“Dia sepertinya tak mengenali kita. Huaaa. Sebagai seorang hallyu aku merasa sangat sedih. Ternyata masih ada gadis korea yang belum mengenali kita.”
Pernyataan Chanyoel dengan sedikit aegyonya membuat Baekhyun dan Kai terkejut sekaligus tak percaya.
“Aku rasa, kita harus lebih sering tour di dalam negeri dari pada ke luar negeri.” yang lain terlihat mengangguk-angguk setuju dengan perkataan Kai, mereka kembali menumpukan pandangan pada satu titik yang berada cukup jauh dari mereka. Gadis itu.
Sementara dari arah lain tampak seorang pria berlari kecil sambil mencoba menarik zipper jaket cokelatnya ke atas. Sehun segera mempercepat gerakkan kakinya ketika melihat tiga sosok namja yang tengah bersantai di sebuah bangku dengan sandaran dan pohon trembesi yang tumbuh di belakangnya.
“Yaa! ka..kalian benar-benar keterlaluan hingga tak membangunkanku.” Sehun yang baru tiba langsung membungkukkan badannya, memegang lututnya dan mencoba menormalkan nafasnya setelah berlari cukup jauh, walaupun hanya berlari kecil biasa.
Tak ada sahutan.
“Ohh, sekarang kalian ingin mengacuhkanku juga, hyungggg….?” kali ini Sehun nampak beraegyo, mencoba menarik perhatian hyung-hyungnya yang sedari tadi tak sedikitpun memandang ke arahnya.
“Ooo..Sehun-ah. Apakah kau masih ingat saat kita berkunjung ke danau kemaren?” Tiba-tiba Chanyoel bersuara dengan nada tinggi hampir berteriak. Sehun mengkerutkan keningnya, sejak kapan hyung nya yang satu ini bertanya tanpa menatap matanya. Kenapa?
“Ya, Oh-Sehun, bukankan di sana kita bertemu dengan seorang nenek dan gadis yang naik perahu.”
Kalimat kedua yang meluncur dari mulut Chanyoel akhirnya berhasil menarik perhatian gadis di taman air mancur itu, ia pun mendongak sekilas ke arah mereka.
“Yaa.yaa.. akhirnya dia memandang ke arah kita.” Bisik chanyoel, heboh.
“Haruskah kita ke sana dan memperkenalkan diri?” Sambung Kai.
Kali ini Sehun membuka mulutnya, keningnya semakin berkerut. Otaknya mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi hingga lirikan matanya  menyadari seseorang yang telah mencuri perhatian teman-temannya, termasuk dirinya yang kini ikut membulatkan mata.
~
“Ehemm..” sesekali Sehun berdeham. Dengan langkah santai ia berjalan bolak-balik di ruang tengah rumah itu. Namun dari sorot matanya ia nampak terlihat gusar. Sesekali ia memandang ke arah taman, dinding yang terbuat dari kaca itu semakin memperjelas keberadaan dua sosok yang terlihat akrab. Untungnya ketiga namja itu tengah pergi ke luar, jika mereka melihat apa yang saat ini dilihatnya, Sehun menjamin pasti salah satu dari mereka akan keluar kemudian mengulurkan tangannya kepada gadis itu.
~
“Haraboedji, aku adalah salah seorang yang selalu setia mendengarkanmu ketika kau bercerita tentang taman dan kebun-kebun kesayanganmu. Bahkan aku rela meluangkan waktuku untuk merawat mereka yang kau sudah anggap seperti peliharaanmu. Tapi kenapa untuk hal ini kau tak memberitahukannya kepada ku, harabodji.” Na Young menunjukkan wajah memesal sekaligus kesalnya kepada pria yang selalu ia panggil haraboedji itu.
“Aku hanya ingin menguji ingatan kalian.”
Na Yong menghembuskan nafasnya panjang kemudian memegang kedua pipinya yang sedikit memerah karena pengaruh cuaca di luar yang sedikit panas “Aku masih tak percaya haraboedji. apakah ada yang salah pada diriku?”
 “Aniyo, kau tidak memiliki masalah sama sekali. Justru anak itu yang bermasalah.” Tn. Yoo tersenyum geli ketika melihat tingkah Na Yong.
“Ah, ini tak semudah yang kukira. Mungkin aku tetap akan diam sampai dia menyadarinya.” Na Young menarik nafas dalam. Dari hembusan nafasnya, Ia dapat menyadari bahwa sekarang dirinya tengah diperhatikan sepasang mata yang tajam dan tegas.
~
Sehun berjalan cepat ke luar menghampiri kakeknya. Bola matanya turut mengekor gadis yang mulai menjauh seiring kayuhan sepedanya.
“Oh… Sehun-ah, aku baru saja ingin mengajakmu membuat kue hottoek.” Tn Yoo sedikit terkejut dengan keberadaan Sehun yang tiba-tiba saja berada di sampingnya.
“Harabodji, apakah gadis barusan adalah salah satu pegawai kebunmu?” Sehun menggerak-gerakan bahu dan lengannya, mencoba terkesan santai walaupun sebenarnya rasa penasaran lebih mendominasi fikirannya.
Kakeknya pun berfikir sejenak kemudian menganggguk pelan, “Kau mengenalnya?”
“Aniyo, aku hanya pernah bertemunya 3 kali, bahkan namamnya pun aku tak tau.” Sahut Sehun
Kakeknya menaikkan sebelah alisnya kemudian menghembuskan nafas pelan. Saat ia ingin berlalu dari hadapan Sehun, namja itu kembali menahan langkahnya dengan pertanyaan.
“Siapa nama gadis itu, haraboedji?”
Mendengar pertanyaan dari cucunya, Tn. Yoo tersenyum kemudian berbalik menatap Sehun.
“Aigooo, kau tertarik dengan gadis itu, hmm?” pertanyaan kakeknya lebih terdengar seperti sindiran di telinga Sehun.
“A..aniyoo, bukan begitu. Aku hanya ingin tau namanya.” Jawab Sehun sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sebenarnya cukup gatal.
“Jika ingin tau namanya, tanyakan langsung kepada orang yang memiliki nama itu.”
Jawaban kakeknya membuat membulatkan mata Sehun. Ia tak menyangka kakeknya bisa memberi jawaban seperti itu.
“Ayo, kita membuat hottoek. Sudah lama kau tak makan hottoek enak buatan kakekmu ini kan Sehun?” Tn. Yoo menarik lengan Sehun, membawanya tubuh tinggi pria itu ke dalam rumah. Tak peduli dengan tatapan penasaran dan kesal Sehun karena pertanyaannya tak berhasil mendapat jawaban.
~
KOREAN AIR PLANE.
Seorang pria terlihat menyesap moccacino hangat yang baru saja di antarkan seorang pramugari, matanya memandang keluar jendela pesawat dengan destinasi penerbangan London-Incheon itu. Birunya langit dan awan yang berarak membuatnya tenggelam dalam lamunan hingga suara seseorang menyadarkannya.
“Mr.Kim, I’am so coriuos about Gepyang-jun.” seorang pria bermata biru dan berambut cokelat membuat pria yang duduk di sebelahnya mengalihkan pandangan dari jendela pesawat.
“Did you mean, Gopyang-gun? Dengarkan saranku baik-baik Mr.Joe, jangan gunakan kacamata hitam di sana, kalau kau ingin benar-benar melihat indahnya surga.” Laki-laki itu tersenyum kemudian kembali menyesap moccacinonya.
“Kau pasti sangat beruntung karena pernah tinggal di sana.” Pria berkebangsaan Inggris itu terlihat iri.
“You’re right, aku pernah menghabiskan masa kecilku di sana bersama sahabat-sahabat terbaikku.”
“Masa kecil memang selalu menarik untuk dikenang.” Ucap Joe, tangan pria berkebangsaan Jerman itu kembali sibuk membolak-balik majalah bisnis yang ada di pangkuannya.
Sedangkan pria bermarga Kim yang khas dengan lesung di pipinya kembali memandang keluar jendela dan tenggelam dalam lamunannya, beberapa memori tentang Gopyang-gun mulai berputar di otaknya. Tepat 17 tahun lalu, ketika dirinya memandang dari kejauhan wajah seorang anak perempuan yang menangis dan memintanya untuk tetap tinggal.

To Be Continued
Backsound : Man in Love - Infinite
PREVIEW
Tak seperti biasanya, villa mewah yang berada di puncak itu terlihat ramai. Beberapa orang terlihat sibuk mengatur posisi kamera, sedangkan beberapa lainnya disibukkan dengan penataan lighting serta kabel-kabel panjang yang saling terhubung satu dengan lainnya. Di antara aktivitas, itu empat orang namja yang tengah dirias wajahnya terlihat serius membaca lembaran kertas di tangan mereka.
~
“Nervous, itu hal biasa Na Young ah. Semua manusia pasti pernah merasakannya. Tetaplah menjadi es sampai dia mendapatkan palu pemecahnya.”
~
“Samchoen”
“Ooo, Na Young, akhirnya kau datang. Ini pertemuan pertama bukan? Jadi aku harus mengenalkanmu dulu”
~
“Myong so-ah, kau datang di saat yang tepat. Ini waktunya aku ingin melihat dirimu menujukkan caramu memegang globe KMY.”
“Apa maksudnya, appa?”
~
“Dia hanya berpura-pura atau hanya ingin bermain-main dengan kita?”
“Apa dia seorang stalker? Secret stalker?”
“Tidak-tidak, aku yakin sebelumnya dia sudah tahu siapa kita.”
~
“Jadi benar kau adalah Shin.. Na.. Young”
“Kau tahu namaku?”



Bagaimana story-nya chingu? Gaje kah? hehe.. mungkin ini karena efek tak lama menulis.
Siapa sebenanya Shin Na Young? Ok, author memang tidak langsung membahas profil main castnya secara langsung namun secara bertahap. Chingu hanya perlu mengikuti alur ceritanya saja, ok.