GRACE OF LOVE (PART 2)
Author : Shin Eun So
Genre : Romance, Comedy
Main Cast :
- - Shin My Sa (OC)
- - Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum
- - Song Joong Ki as Kim Joong Ki
- - And other casts
Anyoeng, Saya kembali lagi.. sesuai janji,
kali ini saya akan mempostkan part
lanjutan dari Grace of Love. Di part kali ini lebih banyak menceritakan
proses pertemuan Shin My Sa dengan Kibum dan Joong Ki. Tapi di sini author
banyak menggunakan nama-nama tempat khayalan, soalnya susah nyari lokasi asli
yang sesuai sama keinginan author *ingat kemarin browsing tempat-tampat di
Gwang Ju ngabisin waktu hampir seharian.
Note : Ini adalah karya asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.
Note : Ini adalah karya asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.
#Stop cuap-cuap authorrrrrr,
, hehe
Ok deh, kalo gitu, happy reading ^_^
Eh, author tunggu
komennya juga ya, # plakk, kok muncul lagi !!!
Oh ya, hati-hati kalo
kelilipan typo. #jedarrrrr, , #%@@!
~ Mysa
POV ~
Aku
masih sibuk melihat tas-tas unik yang berada di toko bawah ini. Bentuknya
memang sangat unik dan lucu. Ekor mataku menangkap sosok Min Ha sekilas, ia
nampak begitu bersemangat mengaduk-aduk keranjang yang berisi tas-tas beebentuk
selempang. Tapi tiba-tiba saja konsentrasiku saat memilih-milih motif tas buyar
ketika merasakan benda cair mengalir dari kepalaku.
“Ommo
apa ini?” aku mencolek cairan itu dan menjilatnya pelan.
“Saus?”
dengan begitu cepatnya indera pengecapku mengirimkan sinyal ke otak, membuatku
sadar bahwa sesuatu yang aneh telah terjadi. Refleks aku mendongakkan kepala ke
atas, dan iris mataku menajam seketika melihat sosok yang 30 menit lalu sudah mulai enyah dari
ingatanku.
‘Pria
itu lagi? Apa yang dia lakukan? Apa dia evil berkeliaran yang ingin membuatku
sial hari ini. Rasanya aku ingin menjatuhkan sebongkah es ke atas kepalanya
agar dia bisa berfikir jernih.’ Batinku gusar.
Belum
sempat aku berteriak untuk kesekian kalinya, Min Ha sudah menutup mulutku. Rupanya
sedari tadi ia menyadari apa yang terjadi.
“Jangan
berteriak, ini tempat umum, atau security akan menyeret kita keluar dari sini.”
Bisik Minha, ia menarik tanganku berjalan meninggalkan tempat itu. Aku pun
hanya bisa menunjuk-nunjuk namja yang masih memasang ekspresi anehnya.
~ ~ ~
~ Ki
Bum POV ~
Aku
ternganga, sungguh tak menyangka, dua kali sudah aku menjatuhkan benda dengan
kepadatan berbeda ke atas kepalanya. Aku bisa melihat sirat kemarahan besar
dari tatapan matanya yang menusuk. Oh tuhan, jeball, jangan sampai ia
meneriakku di dalam mol ini, semua mata pasti akan memandang sinis ke arahku.
“Oppa,
cepat katakan maaf padanya.” Jessica menggoyang-goyangkan lenganku.
Belum
sempat aku membuka mulut, temannya telah membekap mulutnya terlebih dulu dan
menyeretnya pergi dari tempat itu. Yoeja itu malah mengarahkan jari telunjuknya
ke arahku, sorot matanya masih menyiratkan ketidaksenangan. Bisa kupastikan dia
sangat kesal terhadapku.
~ ~ ~
~ Author
POV ~
Di toilet ..
“Aishh,
, apa namja itu gila? Apa dia tak mempunyai otak? sudah dua kali ia melakukan
hal tak menyenangkan padaku, tapi tak ada satupun kata maaf keluar dari
mulutnya. Yang ada dia malah memampangkan wajah tak bersalah. Benar-benar namja
sialan, pabo, kalau aku bertemu dia lagi, aku tak akan segan untuk meneriakinya,
biar dia merasa malu di depan orang banyak. “ Mysa terus menggerutu kesal
sambil melap rambutnya yang terkena tumpahan saus dengan tisu. Temannya Min Ha
hanya bisa menarik nafas panjang, mendengar ocehan Mysa.
“Mysa
ah, sudah lupakan saja, mungkin saja ada faktor ketidaksengajaan dibalik
kesalahannya.” Min Ha juga ikut melap rambut Mysa bagian belakang yang ikut
terkena saus.
“Tapi
kenapa harus aku yang menjadi korbannya? Tidakkah itu aneh? Atau jangan-jangan
pria itu menyimpan dendam kepadaku?
Kalau iya, kenapa tak langsung sampaikan saja, bukan dengan cara
kekanak-kanakan seperti ini.” Mysa masih nampak geram, dahinya mengkerut,
alisnya pun seakan ingin menyatu menciptakan kekuatan emosi yang besar dalam
dirinya.
“Aku
yakin dia melakukannya bukan karena dendam. Sudahlah, tenangkan dirimu.
Sekarang aku akan mengajakmu menemui temanku yang kuceritakan tadi” Min ha mengusap punggung Mysa pelan, kemudian
mengajaknya pergi dari toilet itu.
~ ~ ~
~ Kibum
POV ~
“Mianhae
Oppa, joengmal mianhae, aku harus pergi sekarang. Atau appa akan memarahiku.”
Aku
menghela nafas panjang, belum satu jam aku menghabiskan waktu berkencan dengan
Jessica, ia harus pergi lagi karena alasan ayahnya.
“Pergilah.”
Ucapku singkat, walau sebenarnya terasa berat.
“Gomawo
oppa, aku harap kau tak marah. Aku berjanji, lain kali aku akan meluangkan
waktu yang panjang untuk kencan kita. Kalau begitu aku pergi dulu my baby boy, dah.”
Sicca mencubit kedua pipiku gemas, kemudian beranjak pergi.
Titt..titt..terdengar
suara ringtone panggilan dari handphoneku.
“Yoboseo.
Ah Hyung, kebetulan aku sedang ada di Meiro store. Baiklah, aku akan kesana.”
Reifal Club
“Hey,
Kim Bum Si.”
Terdengar
suara seorang pria yang meneriakkan namaku, seteleh kuamati ternyata dia adalah
temanku, Lee Dong Hae.
“Hey
Kyu, Siwon, kalian juga di sini.” Aku sempat tak menyadari kehadiran dua orang
temanku lainnya karena suasana di club itu sedikit gelap.
“Ya,
kebetulan tadi aku dan Kyu sedang berjalan-jalan di Meiro Store, kemudian tak
sengaja bertemu dengan Dong Hae. Kau sendiri sedang apa di sini?” tanya Siwon,
sambil menyerahkan sebotol soda kepadaku.
“Berkencan.”
Jawabku singkat, sambil menuangkan soda yang diberikan Siwon ke dalam cangkir.
“Kali
ini siapa lagi yoeja bodoh yang mau kau kencani?” tanya Kyu, asal. Ah, namja
satu ini memang jarang memasakkan fikirannya sebelum bicara.
“Yaa,
aku tidak pernah berkencan dengan wanita bodoh. Aku selalu selektif dalam
memilih wanita yang ingin aku kencani.” Tegasku, merasa tak terima dengan
perkataan Kyu.
“Bukan
itu maksudku hyung, tapi wanita bodoh yang mau-maunya ditipu oleh playboy
sepertimu.” Kyu terkekeh, aku hanya mendengus pelan.
“Kim
Bum si, sebenarnya aku belum seratus persen yakin dengan predikat playboymu.
Apakah semua wanita dapat kau taklukan dengan mudah? Pernahkah kau ditolak
wanita sebelumnya?” Aku menoleh ke arah Dong Hae dan menemukan gurat keraguan
di wajahnya.
“Aishh,
kenapa kau masih meragukan kemampuanku Hyung, apakah perlu kusebutkan satu
persatu daftar wanita yang pernah terjebak dalam pesonaku? Dari kalangan artis
hingga anak pejabat, semuanya pernah aku kencani.” Beberku.
“Aku
ingin bukti.” Ucap Dong Hae kembali, kali ini kurasa ia tak main-main. “Kau
lihat wanita yang memakai baju cokelat dengan rambut panjang bergelombang di
sebelah sana. Sekarang aku ingin kau membawanya kesini kemudian menyatakan
cinta padanya di depan kami, bagaimana?”
Siwon
dan Kyu nampak terperengah dengan permintaan Dong Hae, sedangkan aku hanya
menanggapinya santai. Tapi semua berubah kali bola mataku berputar ke arah
yoeja yang dimaksud Dong Hae,
Glekkk…
aku menelan ludah dalam, ‘yang benar saja!!’ protes batinku.
~ ~ ~
~ Mysa
POV ~
“Min
Ha, kenapa kau tak katakan padaku jika temanmu itu adalah seorang bartender di
club ini? Kau tau kan, aku paling anti dengan tempat semacam ini. Kalau ayahku
tau, dia pasti akan melempariku dengan koleksi pedangnya.” Aku berbicara cukup
keras, mencoba mengimbangi alunan music disco yang memekak telingaku.
“Tenang
saja, dia orang yang baik. Kau tak perlu
khawatir, aku tak akan lama di sini.” Yakin Minha.
Mendengar
keyakinan dari Min Ha membuatku tak berniat protes lagi. Aku kembali
menopangkan tangan di daguku sambil menyaksikan beberapa orang yang sibuk
menari seiring alunan musik.
“Ehmm.”
Aku mengernyitkan alis, merasa ada seseorang yang berdeham di belakangku.
Awalanya aku hanya mengacuhkannya, tapi suara dehaman itu kembali menyapa
telingaku, akupun menoleh ke belakang.
“K..Kau?”
teriakku tak percaya.
~ ~ ~
~ Kibum POV ~
Sumpah,
demi para fansku, aku sebenarnya sangat tak ingin menerima tantangan ini.
Awalnya aku pikir permintaan Dong Hae dapat aku lakukan dengan mudah, namun
setelah mengetahui jika wanita yang dimaksudnya adalah wanita yang hampir
berubah menjadi nenek sihir di depanku, aku tak menjamin 100%. Namun demi self-esteem ku di depan para hyung, aku
rela melakukannya.
Awalnya
aku ragu untuk menyapa, akhirnya aku putuskan untuk berdeham beberapa kali hingga
membuat perempuan itu berpaling ke arahku.
“K..Kau?”
Dia tampak tercekat melihat kehadiranku “ Kau, namja pabo! Apa yang mau kau
lakukan? Apa tak cukup membuatku menderita dua kali hari ini hahh? Setelah
melemparku dengan kaleng dan menumpahkan saus ke kepala ku masih belum juga
membuatmu puas? Kau benar-benar evil, ah tidak, tapi kau adalah raja dari
rajanya evil. Kalau kau memang ada dendam padaku katakan saja!” suara yoeja itu
sangat keras bahkan hampir mengalahkan music disko yang menghentak.
Dia ini gadis atau nenek-nenek, cerewet
sekali. Baru dengan dehaman saja, dia sudah membalasku dengan rentetan
kata-kata pedas.
Aku menarik
nafas dalam, mencoba menstabilkan diri kemudiab berucap“Bisa kau pelankan
suaramu”
“Hei,
bagaimana aku bisa berbicara pelan jika di sini sangat berisik. Atau kau malu
jika aku berbicara seperti ini di depanmu?” dia memandang sinis ke arahku.
“Mysa,
sabar, redam emosi mu.” Teman yang setahuku telah bersamanya sejak awal mencoba
menenangkan.
Oh,
rupanya nama gadis ini adalah Mysa.
“Kau
cerewet sekali, seperti nenek-nenek.” Entah dari mana, kalimat berani itu
begitu saja meluncur dari mulutku.
“M..Mwo?”
dia menggeram tertahan. Tangannya mengepal dengan tatapan mata yang tajam ke
arah ku. “Min Ha, kita pergi.” lanjutnya seraya berlalu di hadapanku dengan
cepat diiringi temannya debelakang.
~ ~ ~
~ Mysa
POV ~
Nafasku
terhengal, bukan karena baru saja lari marathon mengelilngi pulau Jeju, tapi
karena menghadapi pria tak berotak yang hampir menguras seluruh isi tabung
emosiku.
Aku
terus melangkahkan kakiku cepat, meninggalkan tempat yang hampir membuatku
gila. Saat tinggal beberapa langkah menuju pintu keluar, tiba-tiba ada sebuah
tangan menarik pergelanganku.
“Tunggu.”
Terdengar ucapan yang tak lain berasal dari si pemilik tangan yang menarikku,
aku pun menoleh was-was ke arah wajahnya.
“Apa
lagi?” aku terkejut, ketika mengetahui yang menarikku tadi adalah pria yang
baru saja kuhujani dengan makian.
Bukannya
menjawab pertnyaanku dia malah mengulurkan sebelah tangannya ke arah wajahku.
Aku sempat tehenyak melihat raut wajahnya dari jarak dekat, terutama manik indahnya
yang begitu menenangkan. Aku sempat dibuat terpaku oleh wajah yang memiliki
goresan sesempurna itu. Oh God, apakah
dia sosok pangeran dalam dongeng yang terlahir ke dunia nyata.
Stop…ini
tak boleh terjadi. Aku terbangun dari keterdiamanku saat menyadari tangannya
yang kini hampir menyentuh pipiku. Baru saja aku ingin berteriak tapi ia lebih
dulu membuka mulut.
“Ada
saus di pipimu.” Ia menyapu pelan noda saus di pipiku dengan tangannya, bisa
kurasakan kelembutan dari tangan pria ini “Lain kali berhati-hatilah.”
Sambungnya kembali, disertai senyuman yang membuatku merasa aneh.
Detik
berikutnya dia mulai melangkahkan kakinya, meninggalkan diriku yang mematung
tak jelas.
~ ~ ~
Myong Jang Ch’odunghakkyo (Elementary School)
“Shin Bong Soon.”
“Ne.”
“Goo
Mana.”
“Ne.”
“Na So
Eun.”
Tak
terlihat seorang siswa bernama So Eun yang mengangkat tangan.
“Na So
Eun.” Panggil Mysa kembali
“So
Eun sedang sakit bu,” tiba-tiba salah seorang siswa berucap.”Pagi tadi eomma So
Eun mengantarkan surat kemari.” Ia kemudian berlari kecil ke arah Mysa dan menyerahkan
sebuah amplop putih.
Mysa
kemudian membuka amplop itu, rupanya isinya adalah surat keterangan sakit dari
dokter. “Kim Children Hospital.” Mysa membaca pelan nama rumah sakit yang
menjadi header surat itu.
Sepulang sekolah, di kantor
guru….
Mysa
tanpak sibuk memasukkan buku-buku tugas siswanya ke dalam rak meja pribadinya.
“Mysa
Si, kau terlihat buru-buru. Ingin pergi kemana?” tanya seorang guru yang berada
tak jauh dari Mysa.
“Saya
ingin pergi menengok salah seorang siswa saya yang sakit, Lyn Songsaenim.”
“Apa
dia dirawat di rumah sakit?” tanya Lyn songsaenim kembali, seorang guru yang
cukup senior di sekolah itu.
“Ne,
di Kim Children Hospital.”
“Ahh,
rumah sakit itu. Rumah sakit yang dibangun Tn Kim, seorang dokter sekaligus
jutawan. Rumah sakit itu dikhususkan untuk anak-anak, tempat dan pelayanannya
sangat berkelas, bahkan cucu presiden
saja pernah dirawat di situ. Tapi, biayanya sangat mahal, bisa tiga kali lipat
dari rumah sakit biasa. Katanya juga, anak-anak dari keluarga miskin tak bisa
mendapat pelayanan di sana” Lyn songsenim sedikit menurunkan volume suaranya
saat perkataannya menyinggung biaya.
“Jinja?
Padahal muridku So Eun dari keluarga yang kurang berada. Kenapa orang tuanya
bisa membawanya ke sana ya?” Mysa tanpak berfikir sejenak, lalu menggeleng
pelan “Kalau begitu saya pergi dulu Lyn Songsaenim.”
“Ne,
hati-hati di jalan.”
Kim Children Hospital
“Permisi,
aku ingin tau letak ruangan Kim So Eun, anak dari Ny. Tae Hyon.” Mysa mencari
keberadaan muridnya pada resepsionis rumah sakit itu.
“Mohon
tunggu sebentar, ruangannya ada di lantai 6, nomor 23.”
‘Lantai
6? Ah, ternyata benar ucap Lyn songsaenim, rumah sakit ini adalah rumah sakit
yang mewah.’ Mysa berujar dalam hati, ia merasa takjub dengan jumlah lantai
rumah sakit itu yang bahkan mengalahkan jumlah lantai perusahaan tempat appanya
bekerja.
“Ghamsahamnida.”
Mysa membungkukkan badannya kepada petugas resepsionis kemudian bergegas menuju
lift yang letaknya tak jauh dari tempat resevarsi.
Setibanya
di depan lift, Mysa pun segera masuk, berbarengan dengan seorang pemuda bertubuh tinggi dan berwajah cukup tampan.
Karena tidak ada lagi orang yang masuk lift, pria itupun menekan tombol
liftnya. Mysa nampak terkejut ketika melihat pria itu menekan angka 6 , itu
berarti dia juga akan pergi ke lantai yang sama dengannya.
~ Mysa
POV ~
Aku
memperhatikan pantulan bayangan pria yang berdiri tepat disebelahku melalui
dinding-dinding lift. Entah mengapa, aku merasa desiran aneh kala melihat
wajahnya. Kuakui dia memang tampan dan terlihat bijaksana. Tapi, apa yang
dilakukannya di rumah sakit ini. Terlihat dari penampilannya yang casual, ia
nampak seperti orang yang ingin membesuk, apa dia sudah mempunyai anak? Tapi
mana mungkin, pria semuda dia sudah menikah dan mempunyai anak.
“Chogio,
apa keluarga anda juga dirawat di rumah sakit ini?” Aku memberanikan untuk
bertanya, sekedar basa-basi memecah kebosanan di dalam lift.
Dia
menoleh kepadaku, kemudian menggeleng dan tersenyum. Astaga, senyumnya
benar-benar membuat mataku enggan berkedip.
“Ah,
kudengar rumah sakit ini adalah rumah sakit yang berkelas, bahkan anak pejabat pun
pernah dirawat di sini.” Sambungku lagi.
Pria
itu lagi-lagi hanya menanggapiku dengan senyuman, kali ini aku merasa ragu, apa
ia tak bisa bicara?
“Emm.
.katanya juga biaya dirumah sakit ini sangat mahal, bahkan bisa tiga kali lipat
dari biaya rumah sakit biasa. Bahkan, anak-anak dari kalangan tak mampu tak
memiliki kesempatan untuk mendapat perawatan di sini” Mendengar ucapanku
barusan, pria itu menatapku.
“Siapa
yang bilang begitu?” akhirnya satu kalimat muncul dari mulutnya.
“Aku
mendengarnya dari orang lain. Tapi, jika memang itu benar, sangat disayangkan
sekali. Seharusnya tugas utama rumah sakit adalah melayani orang-orang sakit
tanpa memandang segi apapun, bukan menjadi ajang untuk menggali keuntungan.
Lantas bagaimana dengan orang-orang tak mampu yang ingin berobat di sini? Pasti
mereka akan berfikir berkali-kali untuk memasukkan anak-anak mereka yang sakit.
Apa jaminan kesehatan bagi orang tak mampu tidak berlaku di rumah sakit ini?”
Pria
itu menarik nafas dalam, masih diiringi dengan senyumannya yang tak jua pudar
“Semoga saja rumah sakit ini dapat meningkatkan kualitas pelayanannya terhadap
masyarakat.” Ucapnya, berbarengan dengan pintu lift yang terbuka, ia pun
kembali tersenyum padaku dan beranjak keluar dari lift.
Ruang perawatan nomor 23,
“Permisi.”
Ucapku pelan seraya membuka pintu yang bernomor 23.
“Oh, Mysa
songsaenim. Silahkan masuk.” Ny, Tae Hyon, ibu dari So Eun nampak senang akan
kehadiranku.
“Kim
So Eun, bagaimana keadaanmu?” aku menghampiri So Eun yang tergolek lemah di
atas ranjang. Badannya terlihat lebih kurus dari terakhir kali yang kulihat.
“Gwencahanayo,
Songsaenim.”
Wajah
So Eun nampak pucat, namun ia masih bisa tersenyum.
“So
Eun ah, ibu harap kamu cepat sembuh. Kelas rasanya sepi sekali tidak ada
dirimu. Tidak ada sosok berani yang menegur anak-anak jika sedang ribut, tidak
ada sosok semangat dan cerian yang selalu antusias saat pelajaran. Kami semua
sangat merindukanmu So Eun.” Aku mengelus rambutnya pelan.
So Eun
hanya membalas kata-kataku dengan anggukkan lemah.
Tiba-tiba
terdengar suara ketukan pintu di ruangan itu, Ny, Tae Hyon pun segera
membukakannya.
“Oh,
Dokter Kim Joong Ki, silahkan masuk.”
Aku
menoleh sejenak ke arah pintu, nampak seorang dokter dan seorang perawat
memasuki ruangan itu. Mataku membulat sempurna kala melihat wajah dokter yang
kini tengah berjalan ke arah So Eun kemudian memeriksanya, wajah yang beberapa
menit lalu aku temui di lift..
“Apa
kau sudah makan Kim So Eun?” tanyanya pada So Eun dengan ramah, menambah aura
ketampanannya.
“Sudah
Dok.”
“Bagus,
anak pintar. Makanlah yang banyak dan harus bergizi. Agar kau cepat sembuh.
Ara?.” Dokter itu terlihat sangat akrab dan baik terhadap anak-anak.
“Baik
Dok.” Jawab So Eun dengan semangat, sepertinya ia menyukai dokter itu.
“Ny.
Tae Hyon, apakah administrasi askesmu sudah selesai?” tanyanya kembali setelah
selesai memeriksa So Eun, ia memalingkan wajahnya ke arah Ny, Tae Hyon. Aku
terkesiap sejenak dan refleks menutup wajahku dengan tangan, takut ia
mengenaliku.
“Sudah
dok, terimakasih banyak. Dengan adanya askes itu, beban biaya pengobatan So Eun
jadi berkurang.”
Tunggu,
apa tadi yang ibu So Eun bilang , askes? Jadi rumah sakit ini memberikan
jaminan untuk orang-orang tak mampu. Astaga, berarti aku telah salah bicara
tadi. Aku pun memukul-mukul kepalaku pelan, merutuki kebodohanku sendiri.
Kenapa bisa aku berbicara merendah-rendahkan rumah sakit ini di depan dokternya
sendiri, ini pasti karena aku menelan mentah-mentah perkataan Lyn Sosoengnim.
“Tunggu,
anda yang di lift tadi kan? Apa So Eun keponakan anda?”
Aku
terperanjat ketika mengetahui dokter itu tengah berbicara padaku. Aku pun
segera menyingkirkan tangan dari wajah dan mencoba tersenyum.
“
Di..dia muridku.” Ucapanku terbata. So Eun dan Ny. Tae Hyon menatap bingung ke
arahku.
“Oh,
jadi kau seorang guru.” Ia berkata dengan nada menekan pada kata guru. Bisa
kubaca sedikit ekspresi heran dan tak percaya dari raut wajahnya. Ah, ini pasti
karena perkataanku barusan di lift, itu
memang diluar dari etika seorang guru. Tapi mau bagaimana lagi, aku kan tidak
tahu kalau dia dokter di sini.
“Ne.”
balasku pelan, aku hanya bisa menunduk, menikmati campuran rasa malu dan tak
nyaman yang terus menggelut.
“Kalau
begitu, saya permisi dulu Ny, Tae Hyon, So Eun, dan … So ~Soeng ~ Nim.”
Lagi-lagi ia memberi ritme berbeda dalam kata guru. Aku hanya mendengus pelan
tertahan.
Finally, part 2 finish. Part 3 nya sedikit
lagi rampung kok chingu, cuman masih banyak kesalahannya. So, just wait ne….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar