Rabu, 21 Agustus 2013

Grace Of Love (Part 2)



GRACE OF LOVE (PART 2)

Author : Shin Eun So

Genre : Romance, Comedy

Main Cast :

-            - Shin My Sa (OC)

-            -  Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum

-       - Song Joong Ki as Kim Joong Ki

-            - And other casts


            Anyoeng, Saya kembali lagi.. sesuai janji, kali ini saya akan mempostkan part  lanjutan dari Grace of Love. Di part kali ini lebih banyak menceritakan proses pertemuan Shin My Sa dengan Kibum dan Joong Ki. Tapi di sini author banyak menggunakan nama-nama tempat khayalan, soalnya susah nyari lokasi asli yang sesuai sama keinginan author *ingat kemarin browsing tempat-tampat di Gwang Ju ngabisin waktu hampir seharian.

Note : Ini adalah karya  asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.

            #Stop cuap-cuap authorrrrrr, , hehe 

             Ok deh, kalo gitu, happy reading ^_^

            Eh, author tunggu komennya juga ya, # plakk, kok muncul lagi !!!

            Oh ya, hati-hati kalo kelilipan typo. #jedarrrrr, , #%@@!

~ Mysa POV ~
Aku masih sibuk melihat tas-tas unik yang berada di toko bawah ini. Bentuknya memang sangat unik dan lucu. Ekor mataku menangkap sosok Min Ha sekilas, ia nampak begitu bersemangat mengaduk-aduk keranjang yang berisi tas-tas beebentuk selempang. Tapi tiba-tiba saja konsentrasiku saat memilih-milih motif tas buyar ketika merasakan benda cair mengalir dari kepalaku.
“Ommo apa ini?” aku mencolek cairan itu dan menjilatnya pelan.
“Saus?” dengan begitu cepatnya indera pengecapku mengirimkan sinyal ke otak, membuatku sadar bahwa sesuatu yang aneh telah terjadi. Refleks aku mendongakkan kepala ke atas, dan iris mataku menajam seketika melihat sosok  yang 30 menit lalu sudah mulai enyah dari ingatanku.
‘Pria itu lagi? Apa yang dia lakukan? Apa dia evil berkeliaran yang ingin membuatku sial hari ini. Rasanya aku ingin menjatuhkan sebongkah es ke atas kepalanya agar dia bisa berfikir jernih.’ Batinku gusar.
Belum sempat aku berteriak untuk kesekian kalinya, Min Ha sudah menutup mulutku. Rupanya sedari tadi ia menyadari apa yang terjadi.
“Jangan berteriak, ini tempat umum, atau security akan menyeret kita keluar dari sini.” Bisik Minha, ia menarik tanganku berjalan meninggalkan tempat itu. Aku pun hanya bisa menunjuk-nunjuk namja yang masih memasang ekspresi anehnya.
~ ~ ~
~ Ki Bum POV ~
Aku ternganga, sungguh tak menyangka, dua kali sudah aku menjatuhkan benda dengan kepadatan berbeda ke atas kepalanya. Aku bisa melihat sirat kemarahan besar dari tatapan matanya yang menusuk. Oh tuhan, jeball, jangan sampai ia meneriakku di dalam mol ini, semua mata pasti akan memandang sinis ke arahku.
“Oppa, cepat katakan maaf padanya.” Jessica menggoyang-goyangkan lenganku.
Belum sempat aku membuka mulut, temannya telah membekap mulutnya terlebih dulu dan menyeretnya pergi dari tempat itu. Yoeja itu malah mengarahkan jari telunjuknya ke arahku, sorot matanya masih menyiratkan ketidaksenangan. Bisa kupastikan dia sangat kesal terhadapku.
~ ~ ~
~ Author POV ~
Di toilet ..
“Aishh, , apa namja itu gila? Apa dia tak mempunyai otak? sudah dua kali ia melakukan hal tak menyenangkan padaku, tapi tak ada satupun kata maaf keluar dari mulutnya. Yang ada dia malah memampangkan wajah tak bersalah. Benar-benar namja sialan, pabo, kalau aku bertemu dia lagi, aku tak akan segan untuk meneriakinya, biar dia merasa malu di depan orang banyak. “ Mysa terus menggerutu kesal sambil melap rambutnya yang terkena tumpahan saus dengan tisu. Temannya Min Ha hanya bisa menarik nafas panjang, mendengar ocehan Mysa.
“Mysa ah, sudah lupakan saja, mungkin saja ada faktor ketidaksengajaan dibalik kesalahannya.” Min Ha juga ikut melap rambut Mysa bagian belakang yang ikut terkena saus.
“Tapi kenapa harus aku yang menjadi korbannya? Tidakkah itu aneh? Atau jangan-jangan pria itu  menyimpan dendam kepadaku? Kalau iya, kenapa tak langsung sampaikan saja, bukan dengan cara kekanak-kanakan seperti ini.” Mysa masih nampak geram, dahinya mengkerut, alisnya pun seakan ingin menyatu menciptakan kekuatan emosi yang besar dalam dirinya.
“Aku yakin dia melakukannya bukan karena dendam. Sudahlah, tenangkan dirimu. Sekarang aku akan mengajakmu menemui temanku yang kuceritakan tadi”  Min ha mengusap punggung Mysa pelan, kemudian mengajaknya pergi dari toilet itu.
~ ~ ~
~ Kibum POV ~
“Mianhae Oppa, joengmal mianhae, aku harus pergi sekarang. Atau appa akan memarahiku.”
Aku menghela nafas panjang, belum satu jam aku menghabiskan waktu berkencan dengan Jessica, ia harus pergi lagi karena alasan ayahnya.
“Pergilah.” Ucapku singkat, walau sebenarnya terasa berat.
“Gomawo oppa, aku harap kau tak marah. Aku berjanji, lain kali aku akan meluangkan waktu yang panjang untuk kencan kita. Kalau begitu aku pergi dulu my baby boy, dah.” Sicca mencubit kedua pipiku gemas, kemudian beranjak pergi.
Titt..titt..terdengar suara ringtone panggilan dari handphoneku.
“Yoboseo. Ah Hyung, kebetulan aku sedang ada di Meiro store. Baiklah, aku akan kesana.”  
Reifal Club
“Hey, Kim Bum Si.”
Terdengar suara seorang pria yang meneriakkan namaku, seteleh kuamati ternyata dia adalah temanku, Lee Dong Hae.
“Hey Kyu, Siwon, kalian juga di sini.” Aku sempat tak menyadari kehadiran dua orang temanku lainnya karena suasana di club itu sedikit gelap.
“Ya, kebetulan tadi aku dan Kyu sedang berjalan-jalan di Meiro Store, kemudian tak sengaja bertemu dengan Dong Hae. Kau sendiri sedang apa di sini?” tanya Siwon, sambil menyerahkan sebotol soda kepadaku.
“Berkencan.” Jawabku singkat, sambil menuangkan soda yang diberikan Siwon ke dalam cangkir.
“Kali ini siapa lagi yoeja bodoh yang mau kau kencani?” tanya Kyu, asal. Ah, namja satu ini memang jarang memasakkan fikirannya sebelum bicara.
“Yaa, aku tidak pernah berkencan dengan wanita bodoh. Aku selalu selektif dalam memilih wanita yang ingin aku kencani.” Tegasku, merasa tak terima dengan perkataan Kyu.
“Bukan itu maksudku hyung, tapi wanita bodoh yang mau-maunya ditipu oleh playboy sepertimu.” Kyu terkekeh, aku hanya mendengus pelan.
“Kim Bum si, sebenarnya aku belum seratus persen yakin dengan predikat playboymu. Apakah semua wanita dapat kau taklukan dengan mudah? Pernahkah kau ditolak wanita sebelumnya?” Aku menoleh ke arah Dong Hae dan menemukan gurat keraguan di wajahnya.
“Aishh, kenapa kau masih meragukan kemampuanku Hyung, apakah perlu kusebutkan satu persatu daftar wanita yang pernah terjebak dalam pesonaku? Dari kalangan artis hingga anak pejabat, semuanya pernah aku kencani.” Beberku.
“Aku ingin bukti.” Ucap Dong Hae kembali, kali ini kurasa ia tak main-main. “Kau lihat wanita yang memakai baju cokelat dengan rambut panjang bergelombang di sebelah sana. Sekarang aku ingin kau membawanya kesini kemudian menyatakan cinta padanya di depan kami, bagaimana?”
Siwon dan Kyu nampak terperengah dengan permintaan Dong Hae, sedangkan aku hanya menanggapinya santai. Tapi semua berubah kali bola mataku berputar ke arah yoeja yang dimaksud Dong Hae,
Glekkk… aku menelan ludah dalam, ‘yang benar saja!!’ protes batinku.
~ ~ ~
~ Mysa POV ~
“Min Ha, kenapa kau tak katakan padaku jika temanmu itu adalah seorang bartender di club ini? Kau tau kan, aku paling anti dengan tempat semacam ini. Kalau ayahku tau, dia pasti akan melempariku dengan koleksi pedangnya.” Aku berbicara cukup keras, mencoba mengimbangi alunan music disco yang memekak telingaku.
“Tenang saja, dia  orang yang baik. Kau tak perlu khawatir, aku tak akan lama di sini.” Yakin Minha.
Mendengar keyakinan dari Min Ha membuatku tak berniat protes lagi. Aku kembali menopangkan tangan di daguku sambil menyaksikan beberapa orang yang sibuk menari seiring alunan musik.
“Ehmm.” Aku mengernyitkan alis, merasa ada seseorang yang berdeham di belakangku. Awalanya aku hanya mengacuhkannya, tapi suara dehaman itu kembali menyapa telingaku, akupun menoleh ke belakang.
“K..Kau?” teriakku tak percaya.
~ ~ ~
 ~ Kibum POV ~
Sumpah, demi para fansku, aku sebenarnya sangat tak ingin menerima tantangan ini. Awalnya aku pikir permintaan Dong Hae dapat aku lakukan dengan mudah, namun setelah mengetahui jika wanita yang dimaksudnya adalah wanita yang hampir berubah menjadi nenek sihir di depanku, aku tak menjamin 100%. Namun demi self-esteem ku di depan para hyung, aku rela melakukannya.
Awalnya aku ragu untuk menyapa, akhirnya aku putuskan untuk berdeham beberapa kali hingga membuat perempuan itu berpaling ke arahku.
“K..Kau?” Dia tampak tercekat melihat kehadiranku “ Kau, namja pabo! Apa yang mau kau lakukan? Apa tak cukup membuatku menderita dua kali hari ini hahh? Setelah melemparku dengan kaleng dan menumpahkan saus ke kepala ku masih belum juga membuatmu puas? Kau benar-benar evil, ah tidak, tapi kau adalah raja dari rajanya evil. Kalau kau memang ada dendam padaku katakan saja!” suara yoeja itu sangat keras bahkan hampir mengalahkan music disko yang menghentak.
 Dia ini gadis atau nenek-nenek, cerewet sekali. Baru dengan dehaman saja, dia sudah membalasku dengan rentetan kata-kata pedas.
Aku menarik nafas dalam, mencoba menstabilkan diri kemudiab berucap“Bisa kau pelankan suaramu”
“Hei, bagaimana aku bisa berbicara pelan jika di sini sangat berisik. Atau kau malu jika aku berbicara seperti ini di depanmu?” dia memandang sinis ke arahku.
“Mysa, sabar, redam emosi mu.” Teman yang setahuku telah bersamanya sejak awal mencoba menenangkan.
Oh, rupanya nama gadis ini adalah Mysa.
“Kau cerewet sekali, seperti nenek-nenek.” Entah dari mana, kalimat berani itu begitu saja meluncur dari mulutku.
“M..Mwo?” dia menggeram tertahan. Tangannya mengepal dengan tatapan mata yang tajam ke arah ku. “Min Ha, kita pergi.” lanjutnya seraya berlalu di hadapanku dengan cepat diiringi temannya debelakang.
~ ~ ~
~ Mysa POV ~
Nafasku terhengal, bukan karena baru saja lari marathon mengelilngi pulau Jeju, tapi karena menghadapi pria tak berotak yang hampir menguras seluruh isi tabung emosiku.
Aku terus melangkahkan kakiku cepat, meninggalkan tempat yang hampir membuatku gila. Saat tinggal beberapa langkah menuju pintu keluar, tiba-tiba ada sebuah tangan menarik pergelanganku.
“Tunggu.” Terdengar ucapan yang tak lain berasal dari si pemilik tangan yang menarikku, aku pun menoleh was-was ke arah wajahnya.
“Apa lagi?” aku terkejut, ketika mengetahui yang menarikku tadi adalah pria yang baru saja kuhujani dengan makian.
Bukannya menjawab pertnyaanku dia malah mengulurkan sebelah tangannya ke arah wajahku. Aku sempat tehenyak melihat raut wajahnya dari jarak dekat, terutama manik indahnya yang begitu menenangkan. Aku sempat dibuat terpaku oleh wajah yang memiliki goresan sesempurna itu. Oh God,  apakah dia sosok pangeran dalam dongeng yang terlahir ke dunia nyata.
Stop…ini tak boleh terjadi. Aku terbangun dari keterdiamanku saat menyadari tangannya yang kini hampir menyentuh pipiku. Baru saja aku ingin berteriak tapi ia lebih dulu membuka mulut.
“Ada saus di pipimu.” Ia menyapu pelan noda saus di pipiku dengan tangannya, bisa kurasakan kelembutan dari tangan pria ini “Lain kali berhati-hatilah.” Sambungnya kembali, disertai senyuman yang membuatku merasa aneh.
Detik berikutnya dia mulai melangkahkan kakinya, meninggalkan diriku yang mematung tak jelas.
~ ~ ~

Myong Jang Ch’odunghakkyo (Elementary School)
 “Shin Bong Soon.”
“Ne.”
“Goo Mana.”
“Ne.”
“Na So Eun.”
Tak terlihat seorang siswa bernama So Eun yang mengangkat tangan.
“Na So Eun.” Panggil Mysa kembali
“So Eun sedang sakit bu,” tiba-tiba salah seorang siswa berucap.”Pagi tadi eomma So Eun mengantarkan surat kemari.” Ia kemudian berlari kecil ke arah Mysa dan menyerahkan sebuah amplop putih.
Mysa kemudian membuka amplop itu, rupanya isinya adalah surat keterangan sakit dari dokter. “Kim Children Hospital.” Mysa membaca pelan nama rumah sakit yang menjadi header surat itu.
Sepulang sekolah, di kantor guru….
Mysa tanpak sibuk memasukkan buku-buku tugas siswanya ke dalam rak meja pribadinya.
“Mysa Si, kau terlihat buru-buru. Ingin pergi kemana?” tanya seorang guru yang berada tak jauh dari Mysa.
“Saya ingin pergi menengok salah seorang siswa saya yang sakit, Lyn Songsaenim.”
“Apa dia dirawat di rumah sakit?” tanya Lyn songsaenim kembali, seorang guru yang cukup senior di sekolah itu.
“Ne, di Kim Children Hospital.”
“Ahh, rumah sakit itu. Rumah sakit yang dibangun Tn Kim, seorang dokter sekaligus jutawan. Rumah sakit itu dikhususkan untuk anak-anak, tempat dan pelayanannya sangat berkelas,  bahkan cucu presiden saja pernah dirawat di situ. Tapi, biayanya sangat mahal, bisa tiga kali lipat dari rumah sakit biasa. Katanya juga, anak-anak dari keluarga miskin tak bisa mendapat pelayanan di sana” Lyn songsenim sedikit menurunkan volume suaranya saat perkataannya menyinggung biaya.
“Jinja? Padahal muridku So Eun dari keluarga yang kurang berada. Kenapa orang tuanya bisa membawanya ke sana ya?” Mysa tanpak berfikir sejenak, lalu menggeleng pelan “Kalau begitu saya pergi dulu Lyn Songsaenim.”
“Ne, hati-hati di jalan.”

Kim Children Hospital
“Permisi, aku ingin tau letak ruangan Kim So Eun, anak dari Ny. Tae Hyon.” Mysa mencari keberadaan muridnya pada resepsionis rumah sakit itu.
“Mohon tunggu sebentar, ruangannya ada di lantai 6, nomor 23.”
‘Lantai 6? Ah, ternyata benar ucap Lyn songsaenim, rumah sakit ini adalah rumah sakit yang mewah.’ Mysa berujar dalam hati, ia merasa takjub dengan jumlah lantai rumah sakit itu yang bahkan mengalahkan jumlah lantai perusahaan tempat appanya bekerja.
“Ghamsahamnida.” Mysa membungkukkan badannya kepada petugas resepsionis kemudian bergegas menuju lift yang letaknya tak jauh dari tempat resevarsi.
Setibanya di depan lift, Mysa pun segera masuk, berbarengan dengan seorang pemuda  bertubuh tinggi dan berwajah cukup tampan. Karena tidak ada lagi orang yang masuk lift, pria itupun menekan tombol liftnya. Mysa nampak terkejut ketika melihat pria itu menekan angka 6 , itu berarti dia juga akan pergi ke lantai yang sama dengannya.
~ Mysa POV ~
Aku memperhatikan pantulan bayangan pria yang berdiri tepat disebelahku melalui dinding-dinding lift. Entah mengapa, aku merasa desiran aneh kala melihat wajahnya. Kuakui dia memang tampan dan terlihat bijaksana. Tapi, apa yang dilakukannya di rumah sakit ini. Terlihat dari penampilannya yang casual, ia nampak seperti orang yang ingin membesuk, apa dia sudah mempunyai anak? Tapi mana mungkin, pria semuda dia sudah menikah dan mempunyai anak.
“Chogio, apa keluarga anda juga dirawat di rumah sakit ini?” Aku memberanikan untuk bertanya, sekedar basa-basi memecah kebosanan di dalam lift.
Dia menoleh kepadaku, kemudian menggeleng dan tersenyum. Astaga, senyumnya benar-benar membuat mataku enggan berkedip.
“Ah, kudengar rumah sakit ini adalah rumah sakit yang berkelas, bahkan anak pejabat pun pernah dirawat di sini.” Sambungku lagi.
Pria itu lagi-lagi hanya menanggapiku dengan senyuman, kali ini aku merasa ragu, apa ia tak bisa bicara?
“Emm. .katanya juga biaya dirumah sakit ini sangat mahal, bahkan bisa tiga kali lipat dari biaya rumah sakit biasa. Bahkan, anak-anak dari kalangan tak mampu tak memiliki kesempatan untuk mendapat perawatan di sini” Mendengar ucapanku barusan, pria itu  menatapku.
“Siapa yang bilang begitu?” akhirnya satu kalimat muncul dari mulutnya.
“Aku mendengarnya dari orang lain. Tapi, jika memang itu benar, sangat disayangkan sekali. Seharusnya tugas utama rumah sakit adalah melayani orang-orang sakit tanpa memandang segi apapun, bukan menjadi ajang untuk menggali keuntungan. Lantas bagaimana dengan orang-orang tak mampu yang ingin berobat di sini? Pasti mereka akan berfikir berkali-kali untuk memasukkan anak-anak mereka yang sakit. Apa jaminan kesehatan bagi orang tak mampu tidak berlaku di rumah sakit ini?”
Pria itu menarik nafas dalam, masih diiringi dengan senyumannya yang tak jua pudar “Semoga saja rumah sakit ini dapat meningkatkan kualitas pelayanannya terhadap masyarakat.” Ucapnya, berbarengan dengan pintu lift yang terbuka, ia pun kembali tersenyum padaku dan beranjak keluar dari lift.
Ruang perawatan nomor 23,
“Permisi.” Ucapku pelan seraya membuka pintu yang bernomor 23.
“Oh, Mysa songsaenim. Silahkan masuk.” Ny, Tae Hyon, ibu dari So Eun nampak senang akan kehadiranku.
“Kim So Eun, bagaimana keadaanmu?” aku menghampiri So Eun yang tergolek lemah di atas ranjang. Badannya terlihat lebih kurus dari terakhir kali yang kulihat.
“Gwencahanayo, Songsaenim.”
Wajah So Eun nampak pucat, namun ia masih bisa tersenyum.
“So Eun ah, ibu harap kamu cepat sembuh. Kelas rasanya sepi sekali tidak ada dirimu. Tidak ada sosok berani yang menegur anak-anak jika sedang ribut, tidak ada sosok semangat dan cerian yang selalu antusias saat pelajaran. Kami semua sangat merindukanmu So Eun.” Aku mengelus rambutnya pelan.
So Eun hanya membalas kata-kataku dengan anggukkan lemah.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di ruangan itu, Ny, Tae Hyon pun segera membukakannya.
“Oh, Dokter Kim Joong Ki, silahkan masuk.”
Aku menoleh sejenak ke arah pintu, nampak seorang dokter dan seorang perawat memasuki ruangan itu. Mataku membulat sempurna kala melihat wajah dokter yang kini tengah berjalan ke arah So Eun kemudian memeriksanya, wajah yang beberapa menit lalu aku temui di lift..
“Apa kau sudah makan Kim So Eun?” tanyanya pada So Eun dengan ramah, menambah aura ketampanannya.
“Sudah Dok.”
“Bagus, anak pintar. Makanlah yang banyak dan harus bergizi. Agar kau cepat sembuh. Ara?.” Dokter itu terlihat sangat akrab dan baik terhadap anak-anak.
“Baik Dok.” Jawab So Eun dengan semangat, sepertinya ia menyukai dokter itu.
“Ny. Tae Hyon, apakah administrasi askesmu sudah selesai?” tanyanya kembali setelah selesai memeriksa So Eun, ia memalingkan wajahnya ke arah Ny, Tae Hyon. Aku terkesiap sejenak dan refleks menutup wajahku dengan tangan, takut ia mengenaliku.
“Sudah dok, terimakasih banyak. Dengan adanya askes itu, beban biaya pengobatan So Eun jadi berkurang.”
Tunggu, apa tadi yang ibu So Eun bilang , askes? Jadi rumah sakit ini memberikan jaminan untuk orang-orang tak mampu. Astaga, berarti aku telah salah bicara tadi. Aku pun memukul-mukul kepalaku pelan, merutuki kebodohanku sendiri. Kenapa bisa aku berbicara merendah-rendahkan rumah sakit ini di depan dokternya sendiri, ini pasti karena aku menelan mentah-mentah perkataan Lyn Sosoengnim.
“Tunggu, anda yang di lift tadi kan? Apa So Eun keponakan anda?”
Aku terperanjat ketika mengetahui dokter itu tengah berbicara padaku. Aku pun segera menyingkirkan tangan dari wajah dan mencoba tersenyum.
“ Di..dia muridku.” Ucapanku terbata. So Eun dan Ny. Tae Hyon menatap bingung ke arahku.
“Oh, jadi kau seorang guru.” Ia berkata dengan nada menekan pada kata guru. Bisa kubaca sedikit ekspresi heran dan tak percaya dari raut wajahnya. Ah, ini pasti karena perkataanku barusan di lift,  itu memang diluar dari etika seorang guru. Tapi mau bagaimana lagi, aku kan tidak tahu kalau dia dokter di sini.
“Ne.” balasku pelan, aku hanya bisa menunduk, menikmati campuran rasa malu dan tak nyaman yang terus menggelut.

“Kalau begitu, saya permisi dulu Ny, Tae Hyon, So Eun, dan … So ~Soeng ~ Nim.” Lagi-lagi ia memberi ritme berbeda dalam kata guru. Aku hanya mendengus pelan tertahan.


Finally, part 2 finish. Part 3 nya sedikit lagi rampung kok chingu, cuman masih banyak kesalahannya. So, just wait ne….


           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar