Sabtu, 07 September 2013

Rain In Seoul (PART 1)



Title : Rain In Seoul (Part 1)
Author : Shin Eun So
Genre : Romance, Complicated
Main cast :
-         ~ Shin Min Ha (OC)
-         ~ Lee Dong Hae as Lee Dong Hae
-         ~ Park Bo Young as Park Bo Young

Hai readers, I am back..
Kali ini saya kembali dengan FF bergenre romance. Ni FF masih sepupuan sama FF Grace Of Love, cuma main cast-nya di sini Dong Hae sama Min Ha (yang udah pernah baca GoF pasti tau). Berbeda dengan FF sebelum-sebelumnya, kali ini ceritanya lebih serius. Maaf kalo ceritanya garing or maybe unactractive. But, author harap appreciation dari readers, at least leave comment (suggestion or critic) here ne. .

Note : Ini adalah karya  asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.

Enjoy reading n_n

            “Joengmal Mianhae Min Ha-ssi. Aku pikir ini adalah jalan yang terbaik untuk kita berdua. Sebenarnya aku tak menghendaki perpisahan ini, tapi aku juga manusia biasa. Orang yang aku cintai di dunia ini tak hanya satu, aku  mempunyai banyak cinta termasuk cinta pada orang tuaku. Sebagai anak, aku tak ingin mengecewakan mereka, aku yakin, kau pasti memiliki pemikiran yang sama denganku.”
          Suara pria di seberang sana tak jua membuat gadis itu bergeming dari tempatnya. Tubuhnya seakan membeku, matanya menatap nanar, mulutnya bungkam seribu bahasa, sedangkan di dalam sana -tepat di hatinya- ada gejolak yang sangat hebat.
          “Min Ha-ssi, apa kau masih di sana?” tanya pria itu kembali, suaranya terdengar ragu. Gadis itu mengehela nafas berat untuk meyakinkan bahwa ia masih mendengarkan benda persegi panjang itu.
          “Min Ha-ssi, aku tau ini adalah keputusan berat bagimu. Tapi kupikir hubungan kita selama 3 bulan masih terlalu singkat, bahkan  mungkin tunas cintamu untukku belum tumbuh dengan sempurna.”
          “Arrasoe.” Gadis itu menyahut cepat. Andai saja ia adalah seorang pengacara yang tengah berada di peradilan, ia tak akan segan untuk mengatakan keberatan. Tapi tidak kali ini, rasa syok telah membuat gadis ceria itu menjadi autis.
          “Ku harap kau bisa menemukan pria yang lebih baik dariku. Aku masih memiliki banyak kekurangan dan belum pantas bersanding dengan seorang anak direktur sepertimu. Sekali lagi, aku mohon maaf atas semua kesalahanku selama ini. Semoga kau ba...”
          Titt, gadis yang bernama Shin Min Ha itu segera menekan tombol merah di handphonenya. Ia sudah tak tahan mendengar perkataan tak penting yang terasa memuakkan.
          “Apa aku salah menjadi seorang anak direktur? Apakah aku harus menjadi gembel dulu agar kalian merasa pantas bersanding denganku. Arghhhhh !!!” Dalam waktu singkat, gema teriakkan gadis  itu terdengar dari kejauhan. Bahkan berhasil mengusir kumpulan burung yang tengah mencari makan di atap tertinggi gedung itu.


Maret, Jong-Gu, Seoul.
Siang itu, hujan kembali membasahi jantung Negara Korea Selatan, Seoul City. Tak terkecuali di daerah Jong-gu, hanya saja hujan di sana  ditemani hembusan angin yang cukup kencang, sehingga mengganggu beberapa pejalan kaki yang tengah melewati trotoar jalan.  Seorang gadis berkacamatapun tak luput dari gangguan itu, beberapa kali ia harus membetulkan  letak payungnya yang oleng karena terjangan angin. Namun, nampaknya kondisi buruk itu tak menyurutkan keceriaan di wajahnya, sesekali ia menyemat senyum ketika mendengar suara seorang wanita di seberang sana melalui handphonenya.
“Benarkah? Tak kusangka, kau ternyata bisa jatuh cinta juga .” Gadis itu terkekeh pelan sambil terus melangkahkan kakinya menyusuri trotoar jalan yang semakin digenangi air.
“Apa kau yakin Min Ha? Memang seperti ini rasanya jatuh cinta?” terdengar sahutan dari seberang sana, lagi-lagi gadis yang di panggil Min Ha itu tersenyum geli.
“Aishh, kau ini. Kau kan tak pernah pacaran, mana mengerti dengan hal yang seperti itu.”
“Ya, ku akui. Aku memang tak sepandai dirimu dalam urusan cinta. Emm..oh ya, bagaimana hubunganmu dengan Kangta?”
Deg, pertanyaan sahabatnya barusan berhasil membuat Min Ha menghentikan langkahnya, ia berdiri mematung di depan sebuah kafe, seketika kebingungan melanda dirinya.
“I..itu.” belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba angin kencang menerpa tubuhnya. Payung yang ada di genggamannya terbang terbawa angin, ia pun segera menutupi wajahnya dari derasnya air hujan dengan tangan dan berbalik ke belakang untuk mencari keberadaan payungnya. Tanpa ia sadari, tiba-tiba tubuhnya membentur sesuatu, matanya menutup refleks. Sebuah aliran hangat menjalar ke seluruh tubuhnya kala ia merasakan sebuah lengan tengah melingkar di pinggangnya. Kehangatan itu semakin bertambah kala hembusan nafas menyapu puncak kepalanya Namun perasaan itu berlalu seketika saat telinganya yang tertutup topi trapper menerima sinyal dari sebuah suara.
“Gwenchana?” Min Ha membelalakkan matanya ketika menyadari suara yang sangat dekat dengan wajahnya, jantungnya semakin berdebar kala ia menongak dan mempertemukan maniknya dengan iris mata yang sangat menawan. Seorang pria berwajah bak malaikat kini tengah menatapnya dalam.
“Pegang ini.” Pria itu melonggarkan lengannya dari pinggang Min Ha kemudian menyerahkan payung miliknya. Ia lalu berlari kebelakang menembus hujan dan angin yang semakin ganas bertiup, hingga beberapa orang yang tengah berjalan pun mengehentikan langkah mereka untuk berteduh di emperan toko. Namun nampaknya, hal itu tak menghalangi si pria –yang beberapa detik lalu mencoba melindungi Min Ha dari derasnya hujan- untuk mengambil payung yang terlempar cukup jauh dari tempat Min Ha berdiri. Min Ha sendiri dibuat takjub oleh aksi heroik pria itu, mulutnya setengah menganga, sedangkan matanya yang membulat sempurna terus mengikuti gerakkan pria itu. Bahkan telinganya tak merespon sedikitpun suara sahabatnya yang sedari tadi terus memanggil namanya dari telepon gengamnya. Entah mengapa Min Ha merasa tak asing dengan wajah pria itu, otaknya mencoba mengingat kembali, namun tak berhasil.
Sepersekian detik kemudian, pria itu kembali dengan membawa payung ditangannya. Ia mendekati Min Ha dan menukar payung yang baru saja diambilnya dengan payung miliknya.
“Ini payungmu, lain kali berhati-hatilah.” Sebuah senyum manis dari pria itu berhasil membuat jantung Min Ha berkarnaval-ria, bahkan wajah putihnya kini telah dihiasi dengan semburat merah.
Bukannya berterimakasih, Min Ha kini malah disibukkan dengan rasa terpananya hingga tak menyadari kepergian pria itu dari hadapannya. Hingga detik berikutnya…
“Chakaman…!” Seru Min Ha, mencoba memanggil pria yang baru saja membantunya, namun sayang suaranya terkalahkan oleh derasnya hujan. Akhirnya ia hanya bisa mendesah pasrah kala sosok yang ia cari mulai menghilang di tengah-tengah orang yang mulai berjalan kembali di trotoar.
~ ~ ~
Pagi yang dingin di Seoul, awan kelabu masih menyelubungi setiap pandangan yang mendongak ke atas. Subuah rumah megah berlantai dua dengan taman luas terhampar di depannya tak luput dari sapuan butir-butir hujan yang turun dari awan. Bahkan hal itu menghalangi pandangan seorang pria yang tengah menikmati hijaunya rerumputan dari kaca jendela kamarnya. Walau hal itu mengganggu pandangannya, ia tak berniat untuk mengalihkan sorotan bola matanya. Justru pemandangan itu berhasil membuat dirinya kembali mengingat masa lalu, ia tenggelam dalam lamunan.
“Donghae-ssi.” Panggilan seseorang membangunkan pria itu dari lamunannya. Dengan malas ia memutar bola mata menuju sumber suara. Seorang pria berwajah manis dengan senyuman yang khas tengah berjalan ke arahnya.
“Kapan kau datang?” tanya pria yang bernama Dong Hae itu, sambil terus memperhatikan gerakkan temannya yang mengambil kursi kayu kemudian duduk di dekat perapian, tepat berhadapan dengannya.
“Lumayan lama, tadi aku mengobrol sebentar dengan pelayan wanitamu yang bernama Hyorin, apa dia baru di sini?”  pertanyaan temannya yang bernama Kibum itu membuat Dong Hae tertawa pelan.
“Ada apa dengan seleramu Kibum-ah? Apa karena diremehkan gadis di club waktu itu kau jadi berubah?” Sekilas pertanyaan Dong Hae membuat Kibum mengingat kembali kejadian tempo hari, saat ia dimaki habis-habisan oleh seorang gadis bernama My Sa. *baca grace of love part 2.
“Hmm, itu… Shin My Sa namanya, dia memang gadis yang unik, tapi aku berani bertaruh, suatu saat gadis itu pasti akan terjerat pesonaku.”
Dong Hae hanya geleng-geleng kepala menanggapi pernyataan Kibum, temannya satu itu memang memiliki confidence yang sangat tinggi, tapi itu semua memang pantas adanya, mengingat Kibum adalah sosok pria dengan kesempurnaan, semua yang diidamkan wanita ada pada dirinya.
Suasana hening yang tercipta sejenak pecah ketika Kibum mulai angkat bicara lagi, “Donghae-ah, bagaimana hubunganmu dengan Bo Young?”
Pertanyaan yang dilontarkan Kibum berhasil menarik pandangan Donghae yang sempat teralih darinya. Sejenak Dong Hae menatap Kibum kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya mengamati buliran air yang turun perlahan di kaca.
“Entahlah.” Dong Hae hanya memberi jawaban singkat yang mengisyaratkan bahwa dirinya tak mau membicarakan lebih tentang hal itu.
Namun nampaknya Kibum memiliki persepsi lain, jawaban ragu-ragu Dong Hae justru membuatnya semakin ingin bertanya.
“Apa sehabis Bo Yong kembali ke Korea kalian akan menikah?”
Dong Hae membatin, di tengah perasaannya yang tak baik begini kenapa ia harus menanggapi pertanyaan Kibum yang semakin membuat dirinya merasa tak nyaman.
“Aku masih bingung dengan diriku sendiri. Jadi, tak ada kata yang pas untuk menggambarkan hubunganku dengannya sekarang. Ini sudah hampir jam 8, apa kau tidak ke kantor?” Dong Hae mencoba mengalihkan Kibum dari pemikiran-pemikiran terhadap dirinya.
“Ani, hari ini aku free, makanya aku ke sini. Pelayanmu Hyorin mengatakan kalau kau masuk kerja malam. Sebenarnya aku ke sini karena ingin mengajakmu pergi ke rumah Kyuhyun, kudengar dia akan mengadakan pemotretan model-modelnya di rumahnya sendiri.” Kibum terlihat antusias kala ia membicarakan model-model wanita yang menjadi partner Kyuhyun dalam pekerjaannya. Kyuhyun sendiri adalah seorang fotografer majalah fashion terkenal di Korea Selatan.
“Aku mau saja ke rumah Kyuhyun, asalkan tidak ada model-modelnya di sana.”
Kibum sudah menduga respon dari Dong Hae mengingat mereka memiliki karakter yang bertolak belakang, salah satunya adalah masalah wanita. “Apa sekarang kau sensitif pada wanita?”
“Tidak, hanya saja aku tak suka dengan sikap mereka yang berlebihan. Kau bisa mengajak Siwon untuk ikut bersamamu.”
“Tidak, mana mungkin aku mengajak saingan terberatku sendiri ke depan para gadis itu. Bisa-bisa aku hanya jadi pajangan di sana. Sudahlah, lebih baik aku berangkat sendiri, apa kau akan menghabiskan waktumu dengan mengurung diri di rumah seharian?” Kibum bangkit dari duduknya kemudian memakai kembali mantel yang tadi ia sampirkan di kursi.
“Mungkin aku akan ke Sungai Han.” Balas Dong Hae.
“Tempat yang sangat cocok denganmu. Nampak tenang dari luar, namun ada gejolak hebat di dalamnya. Well, aku pergi dulu, semoga ada bidadari yang melirikmu di Sungai Han nanti.” Kibum memukul pundak Dong Hae pelan, kemudian pergi meninggalkan kamar Dong Hae yang terbilang luas, bahkan melebihi ruang tamu di rumahnya. Baru saja beberapa menit Kibum beranjak, sayup-sayup terdengar suara obrolan pria dan wanita dari lantai rumah yang sama. Donghae kenal betul dengan suara itu. Ah, Kibum memang playboy berkelas, tapi meragukan….batinnya.
~ ~ ~

Well, part ini memang sedikit #belum selesai.red. Masih ada kelanjutan lagi di part 1 ini, cuman lagi pengen di postingin duluan aja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar