Title
: No Childish Boy (Part 1)
Author
: Shin Eun So
Genre : Comedy, Romance
Main
cast :
-
Park
Hyun Ra (OC)
-
Kwon
Ji Yong (GD) as Kwon Ji Yong
-
And
other casts
Anyoeng chingu.. kali
ini author kembali dengan FF baru dengan cast baru pula.. masih dengan genre
yang unyu-unyu, - comedi maksudnya, hee-. Di sini author menjadikan Akang GD
sebagai main cast nya, coz wajahnya yang imut-imut itu lo cocok banget sama
tokoh utama dalam ff kali ini. By the way, ini adalah ff kedua author, walaupun
ff Grace of Love belum selesai, tapi semoga saja author ga kehabisan ide untuk
melanjutkan kisah-kisah berikutnya.
Note : Ini adalah karya
asli hasil pertapaan author – murni
pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.
Happy
reading … maaf sebelumnya kalau readers banyak kesandung typo.
~HYUN RA POV~
“Park Hyun Ra!” Terdengar suara tak
asing yang meneriakkan namaku dari belakang. Aku memutar badan dan menoleh
kearah seorang gadis yang tengah berlari tergopoh-gopoh ke arahku.
“Hyun
Ra..hoshh..hoshh…Sel..amat.” Aku mengernyitkan alis, tak mengerti pembicaraan
sahabatku yang bernama Jong Mi ini di tengah nafasnya yang tak beraturan.
“Atur
nafasmu dulu, baru bicaralah dengan jelas.” Pintaku seraya memandang wajahnya
yang berkeringat sehabis berlari.
“Kau
sih, kupanggil berapa kali, tapi tak mendengar.” Rutuk Jong Mi
“Memang
ada apa?” Kali ini aku menatapnya penasaran.
“Hmmm..lihat
ini.” Jong Mi mengibas-ngibaskan sebuah ampol cokelat di depan wajahku. Aku
hanya memandangnya heran.
“Tadi
pagi, saat kau sudah pergi ke kampus. Aku menemukan amplop ini di depan
apartemenmu. Lalu…”
“Kau
membuka dan membacanya? Yaa.. sudah ku bilang jangan membuka barang-barang
pribadiku sebelum mendapat izin dariku.” Aku berucap dengan raut kesal. Dari
dulu sahabatku ini memang memiliki kebiasaan buruk menyentuh hak pribadi orang
tanpa meminta izin terlebih dulu.
“Itu
karena aku sangat penasaran Hyun Ra ah.” Ucap Jong Mi dengan mimik wajah
se-aegyo mungkin. Aku mendesah tertahan mendengar alasan yang sudah bisa kutebak.
“Tapi
seharusnya kau berterimakasih padaku, kalau kau yang membuka amplop ini
sendirian, mungkin kau bisa pingsan.” Tambahnya kembali.
“Yaa,
mana mungkin hanya karena membuka amplop aku bisa pingsan. Sini, serahkan
amplop itu.” Aku mencoba mengambil paksa amplop itu dari Jong Mi, tapi
pergerakkan tangannya yang lebih gesit segera meyembunyikan amplop itu di
belakang badannya.
“Biar
aku yang mengatakan secara langsung kepadamu.” Ucap Jong Mi setengah memaksa.
“Oh
ayolah Jong Mi ah jangan membuatku pusing, sebentar lagi aku akan masuk
kuliah.” Aku memelas kepadanya, namun ia hanya tertawa melihat ekspresiku.
“Selamat
Nyonya Park, sebentar lagi kau akan resmi bekerja di Kwon Group.” Ucap Jong Mi
dengan nada seformal mungkin seraya mengulurkan tangannya ke arahku.
Mulutku
membulat, mataku mengerjap beberapa kali, hingga hanya ada satu kata yang sanggup
keluar dari mulutku “ A..aku…..”
“Ya
Hyun Ra, lamaran pekerjaanmu diterima perusahaan Kwon Group, dan kau dipinta
untuk datang ke sana besok.” Tegas Jong Mi dengan menekankan ucapannya pada Kwon
Group.
Aku
menggeleng-gelengkan kepalaku cepat, kemudian menjitak bagian pelipisku berapa
kali hingga terasa sakit. Ah ternyata ini bukan mimpi. Bekerja di Kwon Group
memang impianku sejak dulu, sebuah
perusahaan sukses di Korea Selatan dengan gajih pegawai di atas rata-rata . Taka
ada hujan tak ada badai, tiba-tiba saja kenyataan menggembirakan ini menyapaku.
Aku diterima bekerja di Kwon Group.
Park
Hyun Ra, begitulah nama yang sudah aku sandang sejak lahir. Seorang gadis yang
dibesarkan dari keluarga sangat sederhana, ayahku hanyalah seorang buruh
pabrik, dan ibuku seorang tukang
laundry. Dilihat dari profesi kedua orang tuaku, sudah bisa ditebak bagaimana
kehidupan ekonomi keluarga kami. Sejak kecil, aku tidak pernah merasakan yang
namanya kehidupan anak-anak pada umumnya, tak ada mainan mewah, tak ada
makan-makanan enak, bahkan tak ada uang jajan. Tapi siapa bilang kalau
kehidupanku menderita. Tuhan telah menunjukkan keadilannya padaku, sejak kecil
aku dikaruniai otak yang cerdas, berbagai prestasi di bidang akademik pun telah
banyak kutorehkan. Karena IQ ku yang tinggi jualah, aku tak pernah dikucilkan
dari pergaulan.
Dan
sekarang, tepat ketika aku berusia 21 tahun, aku telah berhasil menyandang
status sebagai mahasiswa tahun ke 3 di Seoul University, jurusan manajemen
bisnis. Bukan hal yang mudah untuk menjadi mahasiswa di salah satu universitas
terbaik di korea ini. Demi mendapatkan beasiswa, aku harus bersaing dengan
ratusan kepala manusia yang memiliki tujuan sama denganku, yaitu kuliah gratis
di universitas bergengsi. Namun lagi-lagi keberuntungan berpihak padaku, aku
pun menjadi salah seorang yang sah memakai almameter kebanggan kampus ini.
Hari
ini, kabar menggembirakan kembali menghampiriku. Lamaran pekerjaan yang aku
kirimkan seminggu lalu ke perusahaan Kwon Group
ternyata membuahkan hasil. Aku
diterima bekerja di sana, begitulah kabar yang aku dapatkan dari Jong Mi.
Sebenarnya, lamaran itu tak aku buat dengan sepenuh hati, ini semua karena di
PHK-nya appa dari pabrik tempatnya bekerja, itu berarti beban ekonomi keluarga
kami akan bertambah, mengingat aku memiliki dua adik yang masih sekolah dan
penghasilan ibu yang tak tetap. Hal inilah yang membuatku sempat berfikir untuk
berhenti kuliah dan mencari pekerjaan demi membantu keluargaku, terutama demi
masa depan adik-adikku. Dan lagi-lagi,
kebimbangan itu muncul, jika aku bekerja di Kwon Group, kemungkinan besar aku
akan berhenti kuliah, itu artinya aku harus menunda cita-citaku untuk mendapat
gelar sarjana bisnis. Lagi pula aku belum tau posisi pekerjaan apa yang akan
aku tempati nanti, sesuai harapan atau tidak. Dan setelah menimbang-nimbang
berbagai hal, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan jejak karirku di Kwon
Group.
~ ~ ~
A
few days before …
Di
sebuah rumah elit nan mewah bak istana presiden, bangunan megah yang berdiri
kokoh dengan halaman luas dihiasi area taman menambah kesan elegan rumah itu.
Beberapa mobil dari merek biasa hingga merek mobil yang hanya dapat dihitung
dengan jari di dunia ini, berjejer rapi di tempat parkir khusus. Di pagi yang
cerah, beberapa pria dan wanita yang memakai seragam hitam nampak berseliweran
di rumah itu , ada yang mencuci mobil, membersihkan taman, melap kaca, dan lain
sebagainya. Semua nampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing,
terkecuali seorang lelaki berwajah manis yang masih setia memeluk boneka
beruang putih kesayangannya. Walaupun sedang tertidur, wajah namja yang polos
nan imut itu masih dapat dinikmati walau dari jarak jauh sekalipun, membuat
wanita mana saja pasti gemas dibuatnya.
“Kwon
Ji Yong ah, bangun !!!” terdengar suara melengking seorang wanita dari luar
pintu kamar. Namun namja yang dipanggil Ji Yong itu tak sedikit pun bergeming
dari tidurnya.
“Kwon
Ji Yong, sudah jam berapa ini?” teriak wanita itu kembali seraya melesak masuk ke
kamar Ji Yong. Ia mendengus keras ketika melihat anak lelaki satu-satunya itu masih
terlihat damai dalam tidurnya. Akhirnya wanita –yang ternyata adalah eomma Ji
Yong- menarik selimut yang menutupi tubuh Ji Yong dengan kasar.
“Ji
Yong ah, cepat bangun. Pagi ini kau ada jadwal kuliah bukan? Kalau kau tak
bangun kau bisa terlambat nanti.” Eommanya Ji Yong sedikit menurunkan volume
suaranya walaupun masih terdengar nada kekesalan di sana.
Namun
nampaknya hal itu tak mempan membangunkan si sleeping prince
Akhirnya, mau tak mau , eomma Ji Yong
melakukan suatu cara beresiko untuk membangunkan anaknya, yaitu dengan
mengambil boneka beruang putih yang selalu ia peluk ketika tidur. Dan benar
saja, hanya dalam hitungan detik, Ji Yong telah bangun dari tidurnya, namun si
pengeran tidur ini bukannya menggeliatkan badan atau mengucek-ngucek mata
layaknya orang yang habis bangun tidur, tapi langsung mengeluarkan omelannya.
“Eomma,
kau jahat ! Kenapa mengambil beruangku tanpa berkata dulu. Sini kembalikan
bonekaku!!!” si pangeran tidur tiba-tiba saja berubah menjadi serigala galak.
“Tidak,
kalau eomma berikan ini, kau akan tidur lagi.” kilah eommnya.
“Aishh,
aku bilang cepat kembalikan !” Kali ini Ji Yong bangkit dari tidurnya dan
segera merangkak menuju eommanya yang berada di tepi ranjang, namun dengan
gerakkan cepat, eomma Ji Yong telah berlari lebih dulu menghindari Ji Yong yang
sekarang sedang mengerjarnya. Pemandangan aneh ini seperti seorang ibu yang
tengah bermain kejar-kejaran dengan anak lelakinya yang sudah besar
“Apa
yang kalian lakukan?” suara bas terdengar dari balik pintu dan disusul
kemunculan seorang pria paruh baya dengan raut wajah tegas.
“Appa,
Eomma mengambil beruang putihku.” Rengek Ji Yong, mirip seperti seorang anak
kecil.
“Ji
Yong ah, hentikan sifat kekanak-kanakanmu itu.” Bentak pria yang ternyata
adalah ayahnya Ji Yong dan hal itu berhasil membuat Ji Yong mematung di
tempatnya.
“Sampai
kapan kau bersifat kekanak-kanakan seperti ini Ji Yong ah, kau sekarang sudah
besar. Seharusnya kau bisa mengubah sifat burukmu itu.” Tegas ayahnya, matanya
menatap tajam ke arah Ji Yong.
“Ani
appa, ini memang sifat asliku dari dulu.” Ungkap Ji Yong.
“Tapi
appa tak suka dengan sifatmu itu. Kau adalah satu-satunya penerus perusahaan
appa Ji Yong ah. Kau adalah masa depan Kwon Group, apa kau mau setelah appa
meninggal nanti perusahaan itu jatuh ke tangan orang lain yang tak bertanggung jawab?” pernyataan
appanya membuat Ji Yong tertunduk lemah.
“Tapi
appa, aku sama sekali tak tertarik dengan dunia bisnis, sama halnya dengan
jurusan yang aku jalani di perkualiahan sekarang. Pokoknya aku tak suka dengan
hal-hal yang berhubungan dengan dunia perkantoran.” Kini Ji Yong mulai berani
meninggikan suaranya.
“Kwon
Ji Yong! Aakk.” Tiba-tiba Tn Kwon memegang dadanya yang terasa sakit. Hal itu
membuat eomma Ji Yong dan Ji Yong sendiri memekik kaget. Mereka kemudian
menyandarkan tubuh Tn. Kwon ke sofa yang letaknya tak jauh dari tempat tidur Ji
Yong.
“Appa,
gwenchana?” tanya Ji Yong, penuh
kekhawatiran.
“Aku
baik-baik saja, “Tn. Kwon kemudian membenarkan posisi sandarannya “Ji Yong, kau
lihat kan bagaimana kondisi appa sekarang? Dokter bilang appa punya penyakit
jantung dan mungkin umur appa tak akan panjang lagi.”
“Tapi
yoebo kau kan…” perkataan Ny. Kwon
langsung diinterupsi suaminya dengan kerdipan mata. Rupanya ada skenario
kebohongan di antara mereka, dan hal itu tak disadari oleh seorang Kwon Ji Yong
.
“Ji
Yong Ah, hanya kau lah satu-satunya harapan appa untuk menjadi pemimpin
perusahaan yang telah appa bangun dengan susah payah. Sebenarnya appa ingin
menjadikan nunamu menjadi pewaris perusahaan ini, tapi dia seorang perempuan,
lagipula sekarang dia sudah ikut mengurus bisnis suaminya. Sekarang hanya kau
Kwon Ji Yong, buatlah appa bangga di sisa umur appa ini.”
Kali
ini nampaknya Ji Yong mulai luluh dengan perkataan appanya.
“Baiklah
appa.” Ucap JI Yong, lemah
“Benarkah
!” Dengan semangat Tn. Kim bangkit dari sandarannya ketika mendengar pernyataan
menegejutkan Ji Yong, namun ia segera menyandarkan tubuhnya kembali mengingat ia
sedang berkating sekarang. “Ehemm, baiklah,
appa tidak akan langsung menyuruhmu menjadi seorang direktur karena
pengalamanmu yang masih kurang, jadi apa hanya meminta kau menjadi manager di
Kwon Group.”
Pernyataan
Tn. Kwon sukses membuat bibir Ji Yong membentuk huruf ‘O’
“Mwo?
Andwe, aku tak mau. Menjadi Manager sangat melelahkan.” Ji Yong merengut kesal
seraya memalingkan wajahnya .
“Aaakkk”
lagi-lagi Tn.Kim berpura-pura merasa jantungnya sakit dan itu berhasil menarik
perhatian Ji Yong kembali.
“Ok-ok
appa, aku mau, tapi aku juga punya 3 permintaan pada appa.” Ucap Jo Yong seraya
mengangkat 3 jarinya dengan wajah aegyo.
“Yaa,
kau ini. Appa kan hanya mengajukan satu permintaan, kenapa kau malah membalasnya dengan 3
permintaan.” Protes appanya.
“Sebenarnya
ini bukan permintaan appa, tapi lebih tepatnya sebagai syarat. Bagaimana?”
“Baiklah,
cepat katakan.”
Ji
Yong membetulkan posisinya kemudian tersemyum sekilas “Yang pertama, aku ingin setiap
hari Bibi Han membuatkan dan mengantarkan makan siangku ke kantor.”
Untuk
pernyataan pertama Tn. Kwon merasa tidak ada masalah, mengingat Bibi Han adalah
salah seorang yang dekat dengan Ji Yong. Dia juga merupakan pengasuh Ji Yong
sejak kecil selain neneknya.
“Syarat
kedua, aku tak ingin memakai pakaian formal, aku hanya ingin memakai apapun
yang aku suka saat bekerja di kantor.”
Persyaratan
ke dua ini cukup membuat Tn. Kim terkejut. “ Tapi Ji Yoang ah, di kantor semua
orang berpenampilan formal, apa kata pegawai nanti jika melihat managernya sendiri
berpakaian biasa.”
“Tenang
saja appa, aku tak akan berpenampilan serampangan. Kalau appa tidak setuju,
kita batalkan saja permintaan ini” ancam Ji Yong, Tn.Kwon hanya mendesah pelan.
“Lanjutkan.”
Perintah Tn. Kwon kembali.
“Dan
yang terakhir, aku ingin memiliki seorang sekretaris yang pintar dan paham akan
dunia bisnis untuk membantu pekerjaanku. Selain itu dia juga harus muda dan
belum menikah, kalau bisa umurnya sama dengan umurku.”
Tn.
Kim mengangkat alisnya mendengar persyaratan terakahir yang dikemukakan Ji
Yong, ia nampak berfikir sejenak hingga beberapa detik berikutnya ia pun
mengangguk pertanda setuju. Dan jadilah mulai detik itu, Ji Yong resmi menjadi
seorang manager di Kwon Group.
Kwon
Group, 08.00 am
Seorang gadis duduk tak tenang di sebuah ruangan bergaya
modern minimalis, di depannya ada sebuah meja dan di atasnya terdapat papan
nama bertuliskan Kwon Ji Sung. Sesekali ia mengepal-ngepalkan tangannya,
mencoba mengalihkan rasa gugup yang tengah menyergapnya. Bagaimana tidak gugup,
ia diminta langsung untuk bertemu dengan orang nomor satu di Kwon Group, yaitu
presiden direkturnya sendiri. Ia sendiri merasa bingung, sangat jarang orang
yang melamar pekerjaan langsung disuruh bertemu dengan atasan tertinggi,
apalagi Kwon Group adalah perusahaan besar. Pasti ada suatu hal penting yang
melatarbelakanginya, entah itu apa.
Terdengar
suara pintu terbuka disusul masuknya seorang seorang pria paruh baya dengan
diiringi seorang lelaki di belakangnya.
Menyadari hal itu, gadis itu pun segera berdiri dan membungkukkan
badannya. Pria itu memberikan isyarat dengan tangannya untuk meminta gadis itu
duduk kembali.
“Park
Hyun Ra.” Panggil pria paruh baya itu seraya membuka-buka dokumen yang
diberikan oleh asistennya.
Gadis
yang dipanggil Park Hyun Ra itu segera mengangkat kepalanya “Ne Sajangnim.”
“Beberapa
hari yang lalu aku menerima lamaran pekerjaanmu. Di sana aku melihat beberapa
data mengenai dirimu. Kau masih berstatus seorang mahasiswa?” tanya Tn. Kim,
jelas terpancar aura kewibawaanya sebagai seorang pemimpin tertinggi.
“Ne
sajangnim, saya masih berkuliah di Seoul University, jurusan bisnis dan
manajemen.” Hyun Ra berucap sesopan mungkin.
“Kau
juga merupakan salah seorang mahasiswa terbaik di jurusanmu dengan nilai IP
tertinggi. Di sini aku melihat beberapa sertifikat penghargaanmu.” Tn. Kwon
kembali memandangi lembaran-lembaran yang dikirimkan Hyun Ra beberapa hari lalu.
“Baiklah, aku tak ragu lagi.” sambungnya kembali.
Perkataan
Tn. Kwon membuat Hyun Ra mengangkat kedua alisnya, pertanda tak paham.
“Maaf,
apa maksud direktur?” Hyun Ra memberanikan diri untuk bertanya.
“Aku
tak ragu lagi untuk menjadikan mu sebagai sekretaris anakku.” Jelas Tn. Kwon.
“Sekretaris?”
Hyun Ra kembali mengulang kata Tn. Kwon dengan nada heran.
Tn.
Kwon berdehem sebentar kemudian melanjutkan penjelasannya. “ Aku memiliki
seorang putera, dan dia adalah calon presiden direktur perusahaan Kwon Group.
Sekarang aku tengah mendidiknya untuk menjadi manager di perusahaan ini, tapi
berhubung pengetahuannya tentang dunia perbisnisannya masih kurang, maka aku menginginkan seseorang yang mampu mengajari
dan membantu pekerjaannya sebagai seorang manager.”
Hyun
Ra hanya mengangguk-angguk, seulas senyum terukir di bibirnya setelah menyadari
bahwa ia akan diangkat menjadi seorang sekretaris manager. Itu artinya posisi yang ia dapatkan sesuai
harapan.
“Oh
ya satu lagi.” Tambah Tn. Kwon, Hyun Ra memasang telinganya baik-baik.
“Kebetulan
kau dan anakku sama-sama berstatus sebagai mahasiswa, jadi aku tak ingin pekerjaan kantor ini menganggu
kuliah kalian, maka dari itu, kalian aku berikan kebebasan untuk kuliah dari
pagi sampai siang, setelah itu kalian bekerja di kantor ini hingga malam.”
Hyun
Ra hampir saja melonjak gembira, ia tak menyangka dengan pernyataan Tn. Kwon
barusan. Dirinya sempat putus asa saat
memutuskan untuk berhenti kuliah, namun ternyata pilihannya untuk
bekerja di Kwon Group justru membawa dua permata sekaligus padanya. Cita-cita
dan karir.
“Lee,
panggilkan Ji Yong kemari.” Tn Kwon memerintahkan asistennya untuk memanggil seseorang.
Asisten bernama Lee itu pun mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan direktur
itu.
Selang
menit kemudian, terdengar suara pintu terbuka kembali. Kali ini aku
memberanikan diri melirik ke arah belakang, ekor mataku mendapati Tn. Lee yang
tengah berjalan dengan seorang laki-laki yang memakai kaos T-shirt putih dan
celana jeans. Jantungku sempat berhenti berdetak kala menyaksikan seorang pria
muda berwajah malaikat berjalan ke arahku. Astaga, pria ini benar-benar
memiliki wajah manis, bahkan kemanisannya mengalahkan model Yoo Eun Hye. Tapi
keterpakuanku berubah menjadi keheranan kala menyaksikan pria -yang sempat aku
kagumi- tengah menjilat nikmat sebatang lollipop di tangannya.
“Kwon
Ji Yong, hentikan itu!” Aku sangat terkejut mendengar bentakan keras dari Tn. Kwon.
Sebenarnya siapa lelaki ini dan kenapa Tn. Kwon memarahinya.
Lelaki
berwajah manis itu menghentikan aktifitas menjilat lollipopnya segera.
“Ji
Yong, orang ini akan menjadi sekretaris mu. Semua kirteria yang kau inginkan
ada padanya.” Tn. Kwon mengarahkan tangannya ke padaku. Ah, ternyata dia adalah
anak Tn.Kwon yang akan menjadi manager itu.
Aku
pun segera membungkuk mengenalkan diri “Park Hyun Ra imnida.”
Pria
yang bernama Kwon Ji Yong itu mengernyitkan alisnya sambil memandang aneh
diriku dari atas sampai bawah, dan hal itu membuatku menjadi salah tingkah.
“Aku
Kwon Ji Yong.” akhirnya dia memperkenalkan diri juga, walaupun terkesan cuek.
~ TBC ~
Mian chingudul kalo
part 1 nya kurang dapet feel coz pasti ngetik ni FF mag author kambuh ~ ciann.
Selain itu, author kebelet pengen publishin ni ff karena udah lama gak updet di
blog, sedih juga rasanya part ff di blog ga nambah-nambah. Hee…
Moga aja di part
selanjutnya, ceritanya bisa lebih baik. n_n
FF Collection
Tidak ada komentar:
Posting Komentar