Senin, 26 Agustus 2013

No Childish Boy (Part 1)




Title : No Childish Boy (Part 1)

Author : Shin Eun So

Genre : Comedy, Romance

Main cast :
-         Park Hyun Ra (OC)
-         Kwon Ji Yong (GD) as Kwon Ji Yong
-         And other casts


Anyoeng chingu.. kali ini author kembali dengan FF baru dengan cast baru pula.. masih dengan genre yang unyu-unyu, - comedi maksudnya, hee-. Di sini author menjadikan Akang GD sebagai main cast nya, coz wajahnya yang imut-imut itu lo cocok banget sama tokoh utama dalam ff kali ini. By the way, ini adalah ff kedua author, walaupun ff Grace of Love belum selesai, tapi semoga saja author ga kehabisan ide untuk melanjutkan kisah-kisah berikutnya.

Note : Ini adalah karya  asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.

Happy reading … maaf sebelumnya kalau readers banyak kesandung typo.


~HYUN RA POV~
          “Park Hyun Ra!” Terdengar suara tak asing yang meneriakkan namaku dari belakang. Aku memutar badan dan menoleh kearah seorang gadis yang tengah berlari tergopoh-gopoh ke arahku.
          “Hyun Ra..hoshh..hoshh…Sel..amat.” Aku mengernyitkan alis, tak mengerti pembicaraan sahabatku yang bernama Jong Mi ini di tengah nafasnya yang tak beraturan.
          “Atur nafasmu dulu, baru bicaralah dengan jelas.” Pintaku seraya memandang wajahnya yang berkeringat  sehabis berlari.
          “Kau sih, kupanggil berapa kali, tapi tak mendengar.” Rutuk Jong Mi
          “Memang ada apa?” Kali ini aku menatapnya penasaran.
          “Hmmm..lihat ini.” Jong Mi mengibas-ngibaskan sebuah ampol cokelat di depan wajahku. Aku hanya memandangnya heran.
          “Tadi pagi, saat kau sudah pergi ke kampus. Aku menemukan amplop ini di depan apartemenmu. Lalu…”
          “Kau membuka dan membacanya? Yaa.. sudah ku bilang jangan membuka barang-barang pribadiku sebelum mendapat izin dariku.” Aku berucap dengan raut kesal. Dari dulu sahabatku ini memang memiliki kebiasaan buruk menyentuh hak pribadi orang tanpa meminta izin terlebih dulu.
          “Itu karena aku sangat penasaran Hyun Ra ah.” Ucap Jong Mi dengan mimik wajah se-aegyo mungkin. Aku mendesah tertahan mendengar alasan yang sudah bisa kutebak.
          “Tapi seharusnya kau berterimakasih padaku, kalau kau yang membuka amplop ini sendirian, mungkin kau bisa pingsan.” Tambahnya kembali.
          “Yaa, mana mungkin hanya karena membuka amplop aku bisa pingsan. Sini, serahkan amplop itu.” Aku mencoba mengambil paksa amplop itu dari Jong Mi, tapi pergerakkan tangannya yang lebih gesit segera meyembunyikan amplop itu di belakang badannya.
          “Biar aku yang mengatakan secara langsung kepadamu.” Ucap Jong Mi setengah memaksa.
          “Oh ayolah Jong Mi ah jangan membuatku pusing, sebentar lagi aku akan masuk kuliah.” Aku memelas kepadanya, namun ia hanya tertawa melihat ekspresiku.
          “Selamat Nyonya Park, sebentar lagi kau akan resmi bekerja di Kwon Group.” Ucap Jong Mi dengan nada seformal mungkin seraya mengulurkan tangannya ke arahku.
          Mulutku membulat, mataku mengerjap beberapa kali, hingga hanya ada satu kata yang sanggup keluar dari mulutku  “ A..aku…..”
          “Ya Hyun Ra, lamaran pekerjaanmu diterima perusahaan Kwon Group, dan kau dipinta untuk datang ke sana besok.” Tegas Jong Mi dengan menekankan ucapannya pada Kwon Group.
          Aku menggeleng-gelengkan kepalaku cepat, kemudian menjitak bagian pelipisku berapa kali hingga terasa sakit. Ah ternyata ini bukan mimpi. Bekerja di Kwon Group memang impianku sejak dulu,  sebuah perusahaan sukses di Korea Selatan dengan gajih pegawai di atas rata-rata . Taka ada hujan tak ada badai, tiba-tiba saja kenyataan menggembirakan ini menyapaku. Aku diterima bekerja di Kwon Group.
          Park Hyun Ra, begitulah nama yang sudah aku sandang sejak lahir. Seorang gadis yang dibesarkan dari keluarga sangat sederhana, ayahku hanyalah seorang buruh pabrik, dan ibuku  seorang tukang laundry. Dilihat dari profesi kedua orang tuaku, sudah bisa ditebak bagaimana kehidupan ekonomi keluarga kami. Sejak kecil, aku tidak pernah merasakan yang namanya kehidupan anak-anak pada umumnya, tak ada mainan mewah, tak ada makan-makanan enak, bahkan tak ada uang jajan. Tapi siapa bilang kalau kehidupanku menderita. Tuhan telah menunjukkan keadilannya padaku, sejak kecil aku dikaruniai otak yang cerdas, berbagai prestasi di bidang akademik pun telah banyak kutorehkan. Karena IQ ku yang tinggi jualah, aku tak pernah dikucilkan dari pergaulan.
          Dan sekarang, tepat ketika aku berusia 21 tahun, aku telah berhasil menyandang status sebagai mahasiswa tahun ke 3 di Seoul University, jurusan manajemen bisnis. Bukan hal yang mudah untuk menjadi mahasiswa di salah satu universitas terbaik di korea ini. Demi mendapatkan beasiswa, aku harus bersaing dengan ratusan kepala manusia yang memiliki tujuan sama denganku, yaitu kuliah gratis di universitas bergengsi. Namun lagi-lagi keberuntungan berpihak padaku, aku pun menjadi salah seorang yang sah memakai almameter kebanggan kampus ini.
          Hari ini, kabar menggembirakan kembali menghampiriku. Lamaran pekerjaan yang aku kirimkan seminggu lalu ke perusahaan Kwon Group  ternyata membuahkan hasil.  Aku diterima bekerja di sana, begitulah kabar yang aku dapatkan dari Jong Mi. Sebenarnya, lamaran itu tak aku buat dengan sepenuh hati, ini semua karena di PHK-nya appa dari pabrik tempatnya bekerja, itu berarti beban ekonomi keluarga kami akan bertambah, mengingat aku memiliki dua adik yang masih sekolah dan penghasilan ibu yang tak tetap. Hal inilah yang membuatku sempat berfikir untuk berhenti kuliah dan mencari pekerjaan demi membantu keluargaku, terutama demi masa depan adik-adikku.  Dan lagi-lagi, kebimbangan itu muncul, jika aku bekerja di Kwon Group, kemungkinan besar aku akan berhenti kuliah, itu artinya aku harus menunda cita-citaku untuk mendapat gelar sarjana bisnis. Lagi pula aku belum tau posisi pekerjaan apa yang akan aku tempati nanti, sesuai harapan atau tidak. Dan setelah menimbang-nimbang berbagai hal, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan jejak karirku di Kwon Group.
~ ~ ~
A few days before …     
          Di sebuah rumah elit nan mewah bak istana presiden, bangunan megah yang berdiri kokoh dengan halaman luas dihiasi area taman menambah kesan elegan rumah itu. Beberapa mobil dari merek biasa hingga merek mobil yang hanya dapat dihitung dengan jari di dunia ini, berjejer rapi di tempat parkir khusus. Di pagi yang cerah, beberapa pria dan wanita yang memakai seragam hitam nampak berseliweran di rumah itu , ada yang mencuci mobil, membersihkan taman, melap kaca, dan lain sebagainya. Semua nampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, terkecuali seorang lelaki berwajah manis yang masih setia memeluk boneka beruang putih kesayangannya. Walaupun sedang tertidur, wajah namja yang polos nan imut itu masih dapat dinikmati walau dari jarak jauh sekalipun, membuat wanita mana saja pasti gemas dibuatnya.
          “Kwon Ji Yong ah, bangun !!!” terdengar suara melengking seorang wanita dari luar pintu kamar. Namun namja yang dipanggil Ji Yong itu tak sedikit pun bergeming dari tidurnya.
          “Kwon Ji Yong, sudah jam berapa ini?” teriak wanita itu kembali seraya melesak masuk ke kamar Ji Yong. Ia mendengus keras ketika melihat anak lelaki satu-satunya itu masih terlihat damai dalam tidurnya. Akhirnya wanita –yang ternyata adalah eomma Ji Yong- menarik selimut yang menutupi tubuh Ji Yong dengan kasar.
          “Ji Yong ah, cepat bangun. Pagi ini kau ada jadwal kuliah bukan? Kalau kau tak bangun kau bisa terlambat nanti.” Eommanya Ji Yong sedikit menurunkan volume suaranya walaupun masih terdengar nada kekesalan di sana.
          Namun nampaknya hal itu tak mempan membangunkan si sleeping prince
Akhirnya, mau tak mau , eomma Ji Yong melakukan suatu cara beresiko untuk membangunkan anaknya, yaitu dengan mengambil boneka beruang putih yang selalu ia peluk ketika tidur. Dan benar saja, hanya dalam hitungan detik, Ji Yong telah bangun dari tidurnya, namun si pengeran tidur ini bukannya menggeliatkan badan atau mengucek-ngucek mata layaknya orang yang habis bangun tidur, tapi langsung mengeluarkan omelannya.
          “Eomma, kau jahat ! Kenapa mengambil beruangku tanpa berkata dulu. Sini kembalikan bonekaku!!!” si pangeran tidur tiba-tiba saja berubah menjadi serigala galak.
          “Tidak, kalau eomma berikan ini, kau akan tidur lagi.” kilah eommnya.
          “Aishh, aku bilang cepat kembalikan !” Kali ini Ji Yong bangkit dari tidurnya dan segera merangkak menuju eommanya yang berada di tepi ranjang, namun dengan gerakkan cepat, eomma Ji Yong telah berlari lebih dulu menghindari Ji Yong yang sekarang sedang mengerjarnya. Pemandangan aneh ini seperti seorang ibu yang tengah bermain kejar-kejaran dengan anak lelakinya yang sudah besar
          “Apa yang kalian lakukan?” suara bas terdengar dari balik pintu dan disusul kemunculan seorang pria paruh baya dengan raut wajah tegas.
          “Appa, Eomma mengambil beruang putihku.” Rengek Ji Yong, mirip seperti seorang anak kecil.
          “Ji Yong ah, hentikan sifat kekanak-kanakanmu itu.” Bentak pria yang ternyata adalah ayahnya Ji Yong dan hal itu berhasil membuat Ji Yong mematung di tempatnya.
          “Sampai kapan kau bersifat kekanak-kanakan seperti ini Ji Yong ah, kau sekarang sudah besar. Seharusnya kau bisa mengubah sifat burukmu itu.” Tegas ayahnya, matanya menatap tajam ke arah Ji Yong.
          “Ani appa, ini memang sifat asliku dari dulu.” Ungkap Ji Yong.
          “Tapi appa tak suka dengan sifatmu itu. Kau adalah satu-satunya penerus perusahaan appa Ji Yong ah. Kau adalah masa depan Kwon Group, apa kau mau setelah appa meninggal nanti perusahaan itu jatuh ke tangan orang  lain yang tak bertanggung jawab?” pernyataan appanya membuat Ji Yong tertunduk lemah.
          “Tapi appa, aku sama sekali tak tertarik dengan dunia bisnis, sama halnya dengan jurusan yang aku jalani di perkualiahan sekarang. Pokoknya aku tak suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan dunia perkantoran.” Kini Ji Yong mulai berani meninggikan suaranya.
          “Kwon Ji Yong! Aakk.” Tiba-tiba Tn Kwon memegang dadanya yang terasa sakit. Hal itu membuat eomma Ji Yong dan Ji Yong sendiri memekik kaget. Mereka kemudian menyandarkan tubuh Tn. Kwon ke sofa yang letaknya tak jauh dari tempat tidur Ji Yong.
          “Appa, gwenchana?” tanya Ji  Yong, penuh kekhawatiran.
          “Aku baik-baik saja, “Tn. Kwon kemudian membenarkan posisi sandarannya “Ji Yong, kau lihat kan bagaimana kondisi appa sekarang? Dokter bilang appa punya penyakit jantung dan mungkin umur appa tak akan panjang lagi.”
          “Tapi yoebo kau kan…” perkataan  Ny. Kwon langsung diinterupsi suaminya dengan kerdipan mata. Rupanya ada skenario kebohongan di antara mereka, dan hal itu tak disadari oleh seorang Kwon Ji Yong .
          “Ji Yong Ah, hanya kau lah satu-satunya harapan appa untuk menjadi pemimpin perusahaan yang telah appa bangun dengan susah payah. Sebenarnya appa ingin menjadikan nunamu menjadi pewaris perusahaan ini, tapi dia seorang perempuan, lagipula sekarang dia sudah ikut mengurus bisnis suaminya. Sekarang hanya kau Kwon Ji Yong, buatlah appa bangga di sisa umur appa ini.”
          Kali ini nampaknya Ji Yong mulai luluh dengan perkataan appanya.
          “Baiklah appa.” Ucap JI Yong, lemah
          “Benarkah !” Dengan semangat Tn. Kim bangkit dari sandarannya ketika mendengar pernyataan menegejutkan Ji Yong, namun ia segera menyandarkan tubuhnya kembali mengingat ia sedang berkating sekarang. “Ehemm,  baiklah, appa tidak akan langsung menyuruhmu menjadi seorang direktur karena pengalamanmu yang masih kurang, jadi apa hanya meminta kau menjadi manager di Kwon Group.”
          Pernyataan Tn. Kwon sukses membuat bibir Ji Yong membentuk huruf ‘O’
          “Mwo? Andwe, aku tak mau. Menjadi Manager sangat melelahkan.” Ji Yong merengut kesal seraya memalingkan wajahnya .
          “Aaakkk” lagi-lagi Tn.Kim berpura-pura merasa jantungnya sakit dan itu berhasil menarik perhatian Ji Yong kembali.
          “Ok-ok appa, aku mau, tapi aku juga punya 3 permintaan pada appa.” Ucap Jo Yong seraya mengangkat 3 jarinya dengan wajah aegyo.
          “Yaa, kau ini. Appa kan hanya mengajukan satu permintaan,  kenapa kau malah membalasnya dengan 3 permintaan.” Protes appanya.
          “Sebenarnya ini bukan permintaan appa, tapi lebih tepatnya sebagai syarat. Bagaimana?”
          “Baiklah, cepat katakan.”
          Ji Yong membetulkan posisinya kemudian tersemyum sekilas “Yang pertama, aku ingin setiap hari Bibi Han membuatkan dan mengantarkan makan siangku ke kantor.”
          Untuk pernyataan pertama Tn. Kwon merasa tidak ada masalah, mengingat Bibi Han adalah salah seorang yang dekat dengan Ji Yong. Dia juga merupakan pengasuh Ji Yong sejak kecil selain neneknya.
          “Syarat kedua, aku tak ingin memakai pakaian formal, aku hanya ingin memakai apapun yang aku suka saat bekerja di kantor.”
          Persyaratan ke dua ini cukup membuat Tn. Kim terkejut. “ Tapi Ji Yoang ah, di kantor semua orang berpenampilan formal, apa kata pegawai nanti jika melihat managernya sendiri berpakaian biasa.”
          “Tenang saja appa, aku tak akan berpenampilan serampangan. Kalau appa tidak setuju, kita batalkan saja permintaan ini” ancam Ji Yong, Tn.Kwon hanya mendesah pelan.
          “Lanjutkan.” Perintah Tn. Kwon kembali.
          “Dan yang terakhir, aku ingin memiliki seorang sekretaris yang pintar dan paham akan dunia bisnis untuk membantu pekerjaanku. Selain itu dia juga harus muda dan belum menikah, kalau bisa umurnya sama dengan umurku.”
          Tn. Kim mengangkat alisnya mendengar persyaratan terakahir yang dikemukakan Ji Yong, ia nampak berfikir sejenak hingga beberapa detik berikutnya ia pun mengangguk pertanda setuju. Dan jadilah mulai detik itu, Ji Yong resmi menjadi seorang manager di Kwon Group.
Kwon Group, 08.00 am
          Seorang gadis duduk tak tenang di sebuah ruangan bergaya modern minimalis, di depannya ada sebuah meja dan di atasnya terdapat papan nama bertuliskan Kwon Ji Sung. Sesekali ia mengepal-ngepalkan tangannya, mencoba mengalihkan rasa gugup yang tengah menyergapnya. Bagaimana tidak gugup, ia diminta langsung untuk bertemu dengan orang nomor satu di Kwon Group, yaitu presiden direkturnya sendiri. Ia sendiri merasa bingung, sangat jarang orang yang melamar pekerjaan langsung disuruh bertemu dengan atasan tertinggi, apalagi Kwon Group adalah perusahaan besar. Pasti ada suatu hal penting yang melatarbelakanginya, entah itu apa.
          Terdengar suara pintu terbuka disusul masuknya seorang seorang pria paruh baya dengan diiringi seorang lelaki di belakangnya.  Menyadari hal itu, gadis itu pun segera berdiri dan membungkukkan badannya. Pria itu memberikan isyarat dengan tangannya untuk meminta gadis itu duduk kembali.
          “Park Hyun Ra.” Panggil pria paruh baya itu seraya membuka-buka dokumen yang diberikan oleh asistennya.
          Gadis yang dipanggil Park Hyun Ra itu segera mengangkat kepalanya “Ne Sajangnim.”
          “Beberapa hari yang lalu aku menerima lamaran pekerjaanmu. Di sana aku melihat beberapa data mengenai dirimu. Kau masih berstatus seorang mahasiswa?” tanya Tn. Kim, jelas terpancar aura kewibawaanya sebagai seorang pemimpin tertinggi.
          “Ne sajangnim, saya masih berkuliah di Seoul University, jurusan bisnis dan manajemen.” Hyun Ra berucap sesopan mungkin.
          “Kau juga merupakan salah seorang mahasiswa terbaik di jurusanmu dengan nilai IP tertinggi. Di sini aku melihat beberapa sertifikat penghargaanmu.” Tn. Kwon kembali memandangi lembaran-lembaran yang dikirimkan Hyun Ra beberapa hari lalu. “Baiklah, aku tak ragu lagi.” sambungnya kembali.
          Perkataan Tn. Kwon membuat Hyun Ra mengangkat kedua alisnya, pertanda tak paham.
          “Maaf, apa maksud direktur?” Hyun Ra memberanikan diri untuk bertanya.
          “Aku tak ragu lagi untuk menjadikan mu sebagai sekretaris anakku.” Jelas Tn. Kwon.
          “Sekretaris?” Hyun Ra kembali mengulang kata Tn. Kwon dengan nada heran.
          Tn. Kwon berdehem sebentar kemudian melanjutkan penjelasannya. “ Aku memiliki seorang putera, dan dia adalah calon presiden direktur perusahaan Kwon Group. Sekarang aku tengah mendidiknya untuk menjadi manager di perusahaan ini, tapi berhubung pengetahuannya tentang dunia perbisnisannya masih kurang, maka aku  menginginkan seseorang yang mampu mengajari dan membantu pekerjaannya sebagai seorang manager.”
          Hyun Ra hanya mengangguk-angguk, seulas senyum terukir di bibirnya setelah menyadari bahwa ia akan diangkat menjadi seorang sekretaris manager.  Itu artinya posisi yang ia dapatkan sesuai harapan.
          “Oh ya satu lagi.” Tambah Tn. Kwon, Hyun Ra memasang telinganya baik-baik.
          “Kebetulan kau dan anakku sama-sama berstatus sebagai mahasiswa,  jadi aku tak ingin pekerjaan kantor ini menganggu kuliah kalian, maka dari itu, kalian aku berikan kebebasan untuk kuliah dari pagi sampai siang, setelah itu kalian bekerja di kantor ini hingga malam.”
          Hyun Ra hampir saja melonjak gembira, ia tak menyangka dengan pernyataan Tn. Kwon barusan. Dirinya sempat putus asa saat  memutuskan untuk berhenti kuliah, namun ternyata pilihannya untuk bekerja di Kwon Group justru membawa dua permata sekaligus padanya. Cita-cita dan karir.
          “Lee, panggilkan Ji Yong kemari.” Tn Kwon memerintahkan asistennya untuk memanggil seseorang. Asisten bernama Lee itu pun mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan direktur itu.
          Selang menit kemudian, terdengar suara pintu terbuka kembali. Kali ini aku memberanikan diri melirik ke arah belakang, ekor mataku mendapati Tn. Lee yang tengah berjalan dengan seorang laki-laki yang memakai kaos T-shirt putih dan celana jeans. Jantungku sempat berhenti berdetak kala menyaksikan seorang pria muda berwajah malaikat berjalan ke arahku. Astaga, pria ini benar-benar memiliki wajah manis, bahkan kemanisannya mengalahkan model Yoo Eun Hye. Tapi keterpakuanku berubah menjadi keheranan kala menyaksikan pria -yang sempat aku kagumi- tengah menjilat nikmat sebatang lollipop di tangannya.
          “Kwon Ji Yong, hentikan itu!” Aku sangat terkejut mendengar bentakan keras dari Tn. Kwon. Sebenarnya siapa lelaki ini dan kenapa Tn. Kwon memarahinya.
          Lelaki berwajah manis itu menghentikan aktifitas menjilat lollipopnya segera.
          “Ji Yong, orang ini akan menjadi sekretaris mu. Semua kirteria yang kau inginkan ada padanya.” Tn. Kwon mengarahkan tangannya ke padaku. Ah, ternyata dia adalah anak Tn.Kwon yang akan menjadi manager itu.
          Aku pun segera membungkuk mengenalkan diri “Park Hyun Ra imnida.”
          Pria yang bernama Kwon Ji Yong itu mengernyitkan alisnya sambil memandang aneh diriku dari atas sampai bawah, dan hal itu  membuatku menjadi salah tingkah.
          “Aku Kwon Ji Yong.” akhirnya dia memperkenalkan diri juga, walaupun terkesan cuek.

~ TBC ~
           
Mian chingudul kalo part 1 nya kurang dapet feel coz pasti ngetik ni FF mag author kambuh ~ ciann. Selain itu, author kebelet pengen publishin ni ff karena udah lama gak updet di blog, sedih juga rasanya part ff di blog ga nambah-nambah. Hee…
Moga aja di part selanjutnya, ceritanya bisa lebih baik. n_n



FF Collection

Rabu, 21 Agustus 2013

Grace of Love (Part 3)





GRACE OF LOVE (PART 3)

Author : Shin Eun So

Genre : Romance, Comedy

Main Cast :

-            - Shin My Sa (OC)

-            -  Kim Kibum (Super Junior) as Kim Kibum

-       - Song Joong Ki as Kim Joong Ki

-            - And other casts


Note : Ini adalah karya  asli hasil pertapaan author – murni pemikiran sendiri- bukan plagiat atau menjiplak. kalaupun ada kesamaan cerita atau castnya, itu murni karena faktor ketidkasengajaan.
Minggu Pagi…
Bagi Mysa, tiada hari yang bisa membuat dirinya bernafas lega selain hari Minggu, hari dimana ia bisa menikmati suasana santai terbebas dari schedule hariannya sebagai pengajar. Di pagi Minggu yang dihiasi senyum mentari itu, Mysa berencana memancing dengan ayahnya di Sungai  Yung yang terletak cukup jauh dari tempat tinggalnya.
“Kau ingin kemana?” Mu Gyul memandang heran kakaknya yang memakai kaos besar, topi dan sepasang sepatu boot merah di kakinya.
“Ingin memancing dengan appa, kau mau ikut?” Mysa terlihat sibuk mengeluarkan beberapa kotak pelastik dari dalam lemari.
“Mwo? Memancing? Kau ini gadis atau bukan? Di hari libur biasanya para yoeja menghabiskan waktunya dengan hang out bersama temannya, shopping, atau melakukan perawatan diri. Aish, kau ini benar-benar aneh, grandma.”
Pletakk, sebuah jitakan dari tangan putih Mysa mendarat sempurna di kepala Mu Gyul. Membuat si empu kepala meringis pelan.
“Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan itu, aku tak akan segan mengeluarkan jurus yang bisa membuatmu terpental ke ujung dunia.”  Mysa memandang Mu Gyul tajam, membuat remaja itu segera melongos pergi.
Di Pemancingan sungai Yung ….
Sudah hampir satu jam Mysa dan ayahnya duduk di pinggiran sungai, menunggu ikan-ikan lapar memangsa umpan mereka. Rupanya nasib mereka hari itu cukup beruntung, satu kotak pelastik berukuran cukup besar sudah terisi dengan beberapa jenis ikan sungai.
“Mysa, umpannya habis. Bisa kau ambilkan di dalam bagasi mobil appa.” Pinta ayahnya ketika melihat kaleng umpan yang mulai kosong.
“Ne appa.”
Mysa beranjak dari tempat duduknya dan berjalan melewati jalan kecil berumput dipinggiran sungai itu, karena kondisi tempat, mobil mereka harus terparkir cukup jauh dari tempat pemancingan. Setelah berjalan cukup jauh, tiba-tiba penglihatannya diherankan dengan gerakkan air yang aneh di tengah sungai. air yang seharusnya tenang tampak beriak, didekatnya terdapat sebuah sampan kecil namun kosong. Mysa memicingkan matanya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Matanya terbelalak ketika menyadari bahwa ada seseorang yang mengepak-ngepakkan tanganya dari dalam air itu.
“Appa..Appa…!” Mysa berteriak sangat keras, berharap appanya dapat mendengar, namun tak jua ada sahutan.
“Tolong, ada orang tenggelam!” Teriaknya kembali, berharap ada orang sekitar yang dapat membantunya. Namun nihil, tak ada seorang pun yang datang. Melihat kondisi yang semakin parah, akhirnya Mysa memutuskan untuk menceburkan dirinya ke dalam sungai dan berenang mendekati orang yang gerakkannya semakin melemah..
Mysa’s House…
Pria itu masih belum sadar. Tubuhnya lemas dan bibirnya membiru. Entah berapa banyak air yang tertelan masuk ke dalam perutnya, untungnya Mysa datang di waktu yang tepat, kalau tidak, mungkin saja besok akan ada berita kematian heboh di koran lokal.
“Apa dia belum sadar?” Mugyul muncul dari pintu dengan sebuah mangkuk berisi air hangat.
“Belum., Appa sudah pulang?” Mugyul  menggeleng menanggapi pertanyaan Mysa.
“Kuharap appa bisa menemukan nomor telepon keluarga ajhussi ini.”
Mysa kemudian mengambil handuk dan mencelupkannya ke dalam air hangat, lalu mengusapkannya pelan ke kepala pria itu.
“Eo…mm..a.” Terdengar gumaman tak jelas dari mulut pria tua itu, namun matanya masih terpejam erat.
“Eomma.” Kali ini suaranya terdengar lebih jelas, Mysa dan Mugyul saling bertatapan heran
Tiba-tiba tanpa sadar pria itu memegang tangan Mysa yang sedari tadi memegang handuk di atas kepalanya. Tentu saja Mysa keget dan ingin cepat melepas tangannya, namun tindakannya terhenti ketika lagi-lagi mendengar gumaman dari pria itu.
“Eomma, jangan pergi.” Ekspresi wajah pria itu seakan menujunjukkan kesedihan yang mendalam.
“Tuan, sadarlah!” panggil Mysa.
“Tuan, ini aku, Shin Mysa.” Mysa meyakinkan diri jika ia bukan eomma seperti yang disebut pria itu.
Rupanya suara Mysa berdampak baik pada si ajhussi, perlahan ia membuka matanya dan mengerjap-ngerjap, ia nampak bingung dengan pemandangan asing disekitarnya.
“Dimana aku?” terdengar suara lemah dari mulutnya.
“Tn Kim, kau sudah sadar?” seru Mugyul. Ternyata pria itu adalah orang yang mereka kenal sebelumnya.
“Arghh.” Tn Kim mengerang kesakitan sambil memegang belakang kepalanya.
“Jangan banyak bergerak dulu tuan, kau belum sembuh sepenuhnya.” Mysa menahan tubuh Tn. Kim yang ingin bangun.
“Mysa?” ditengah kesadaran yang belum sepenuhnya, ternyata Tn Kim dapat mengenali Mysa.
“Ne, ini saya, Shin Mysa, Anak Shin Woo Soo, orang yang dulu  pernah tuan selamatkan dari preman. Sekarang tuan sedang ada di rumah kami. Tadi saya menemukan tuan hampir  tenggelam di sungai Yung dan anda hampir tak sadarkan diri. Untungya saya bisa menyeret tuan ke tepi sungai.”
“Jadi, kau yang menyelematkanku?”
Sekilas Mysa tersenyum, kemudian berucap.” Untungnya aku pandai berenang, kalau tidak, mungkin aku juga akan ikut tenggelam bersama Tn. Kim.”
“Ghamsahamnida Shin Mysa, kau telah menyelamatkan nyawaku.” Tn. Kim tersenyum lebar, entah mengapa ia merasa senang ketika berbicara dengan Mysa.
“Ini buburnya.” Eomma Mysa muncul dengan membawa semangkuk bubur yang masih terlihat berkukus.
“Nah, Tn. Kim, sekarang kau harus makan bubur ini, agar tenagamu pulih kembali. Biar aku yang menyuapi, OK” Entah mengapa, sikap dan perhatian Mysa membuat hati Tn Kim terenyuh dan merasa hangat, ia merasa sosok Mysa dapat membangkitkan kembali puing kebahagiaan dalam dirinya yang sempat runtuh.
~ ~ ~
Mysa dan keluarganya dibuat melongo, dua mobil mewah nan expensive terparkir di depan rumah mereka. Beberapa orang berjas hitam di tambah lagi tiga orang lainnya berseragam dokter turun dari mobil itu. Mereka tak menyangka, ternyata Tn Kim adalah seorang yang kaya raya dan sangat dihormati
“Permisi, kami ingin menjemput Tn Kim.” Seorang pria bertubuh jangkung dengan penuh hormat berbicara kepada mereka.
“N..ne, Tn. Kim ada di dalam. Si..silahkan masuk.” sahut Mysa terbata, bukan karena takut, tapi karena rasa takjubnya
“Kalian tak perlu repot-repot menjemputku. Aku bisa pulang sendiri.” Tiba-tiba Tn . Kim muncul dari balik pintu, wajahnya nampak tak pucat lagi.
“Tn.Kim.” Pria itu nampak terkejut dengan kemunculan Tn. Kim, kemudian membungkuk dengan cepat.”Kami mendapat kabar dari seseorang, katanya anda hampir tenggelam di Sungai Yung saat memancing. Setelah mengetahui keberadaan anda, kami bergegas kemari. Saya juga telah membawa ahli medis untuk memeriksa kondisi anda.”
“Aku baik-baik saja, tak ada yang perlu dikahwatirkan.” Tn. Kim meyakinkan kondisinya.
“Tn Shin, aku sangat berterimakasih kepada keluargamu karena telah menolongku. Terutama Mysa yang telah berani mengorbankan keselamatannya demi nyawaku. Aku bangga padamu Mysa.” Tn Kim memegang pundak Mysa seraya tersenyum hangat.
“Lain kali, berhati-hatilah tuan Kim, jika ingin memancing sebaiknya jangan pergi sendiri.” Nasihat Mysa
“Arasoe, kalau begitu aku berpamitan dulu.” Tn Kim membungkuk dan mulai melangkahkan kakinya, namun tiba-tiba ia berbalik.
“Ah, aku hampir lupa. Aku ada seseuatu untuk kalian. “ Tn Kim memandang ke arah asistennya.”Seung Gi, apa undangan itu masih ada?”
“Ne Tuan, akan aku ambilkan.”
Tak berapa lama, asistennya kembali dengan sebuah undangan berwarna putih di tangannya kemudian memberikannya pada Tn Kim.
“Tn. Shin, aku mengundang kalian sekeluarga ke acara pembukaan pusat kesehatanku yang baru didirikan. Aku akan merasa sangat senang jika kalian berkenan datang.” Tn Shin menyerahkan undangan itu kepada ayah Mysa.
“Ne, Tn. Kim. Kami pasti datang.” Ayah Mysa nampak sumringah menerimanya.
Selang waktu kemudian, rombongan mobil mewah itu pun pergi dari rumah Mysa.
“Ommona.” Pekik Ayah Mysa.
“Wae apa?”tanya Mysa penasaran melihat ekspresi ayahnya yang tiba-tiba berubah.
“Ternyata nama lengkap tn Kim adalah Kim Jun Woon, sang dokter jutawan itu.” Ayah Mysa menunjukkan nama yang tercetak cukup besar di depan undangan itu.
Sontak Mysa, Mugyul, dan ibunya terbelalak kaget, tak percaya.
“Ah, jangan-jangan, Kim Children Hospital itu juga milik Tn Kim. Ternyata dia memang orang kaya raya. Tapi, Tn. Kim benar-benar sosok yang rendah hati, ia tak pernah bersikap arogan terhadap kita.” Puji Mysa, diikuti anggukan yang lain.
~ ~ ~
Selang berapa hari pesta itu pun di gelar. Boeng City, itulah tulisan yang tertera dalam undangan Tn. Kim, menunjukkan sebuah nama kawasan elit di Nam Gu. Malam itu, Mysa tampil manis dengan dress selutut berwarna krim dengan rambut yang dibiarkan terurai, tak tertinggal sebuah jepitan cantik menambah pesona tersendiri, meski terlihat sederhana, tapi justru hal itulah yang menambah kesan istemewa pada dirinya. Walau penampilannya kala itu bisa membuat pria manapun tak berkedip, tapi ekspresi wajahnya justru menayangkan aura ketidaksenangan. Itu semua karena turut sertanya Mugyul yang sekarang sedang duduk manis  di deretan kedua kursi mobil.
“Kenapa kita harus membawa Lady Bug ini ke acara itu appa?” Protes Mysa membuat Mugyul terhenti dari permainan PSP nya.
 “Yaa, memang apa masalahmu jika aku ikut? Bukankah Tn. Kim mengundang kita sekeluarga? Dan jangan panggil aku dengan panggilan itu. Aku tidak suka.” Mu Gyul memang sangat benci dengan julukan aneh yang diberikan nunanya.
“Kau selalu bertindak memalukan di pesta. Aku tak ingin dicap sebagai orang aneh karena dekat denganmu.” Mysa membuang wajahnya ke jendala, malas menatap raut menyebalkan adiknya dari pantulan cermin mobil.
“Hei, bukannya kau yang sering melakukan tindakan memalukan saat di acara manapun, seharusnya aku yang merasa malu Nuna. Aku bahkan sempat diolok temanku karena tindakan bodohmu saat di pesta ulang tahun Gwang Soo Hyung” Mu Gyul mengingatkan insiden memalukan yang pernah dilakukan kakaknya ketika ulang tahun salah satu saudara mereka.
Mendengarnya, Mysa semakin menekukkan wajah.
“Sudahlah, jangan berdebat lagi. Kita sudah sampai.”
Ayah Mysa memarkirkan mobilnya di pinggir sebuah lapangan berukuran cukup besar, nampak mobil-mobil mewah berjejer rapi di tempat itu. Rupanya tamu yang datang tak sedikit.
 ‘Ommona, tempat ini luar biasa.’ Batin Mysa terkagum-kagum melihat bangunan mewah nan besar didepan matanya. Ia sempat minder ketika melihat tamu-tamu berdatangan dengan pakaian yang mewah disertai berbagai perhiasan mahal, sedangkan dirinya hanya memakai pakaian bekas. Namun rasa tak percaya dirinya menghilang seketika kala si pemilik pesta, Tn. Kim menyambut mereka dengan begitu ramah.
“Tn Shin, Mysa, ternyata kalian datang.” Tn. Kim sumringah melihat kedatangan mereka. Ia melirik ke arah Mysa sejenak, “ Penampilanmu malam ini sangat cantik Mysa si.”
Mysa menunduk malu mendengar pujian dari Tn. Kim “ Gomawo Tn. Kim.”
“Kami tak menyangka sebelumnya kalau tuan adalah Kim Jung Woon, seorang dokter yang hebat itu. Maafkan jika selama ini ada sikap kami yang kurang sopan.” Tutur Appa Mysa.
“Untuk apa meminta maaf Tn Shin, aku justru merasa sangat senang telah mengenal kalian. Kalian telah mengajarkan arti kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga.” Tn. Kim terdiam sejejnak.” Ah, aku ingin mengenalkan seseorang pada kalian.” Sambung tuan Kim kembali, matanya nampak mencari-cari seseorang di tengah jumlah para tamu yang semakin banyak.
“Kim Joong Ki.” Panggilnya kepada seseorang. Mysa yang sedari tadi sibuk memandang aneka hidangan yang tersedia nampak kaget ketika medengar nama yang disebut Tn. Kim barusan, entah kenapa nama itu familiar ditelinganya.
Tak berapa lama, seorang pria berjalan ke arah mereka. Toxedo hitam terbalut rapi di tubuhnya yang tinggi dan berisi, rambutnya ditata sedemikian rupa membuat siapapun yang memandang wajahnya pasti terkesima, termasuk mata para wanita yang terus mengikuti gerakkannnya. Tak terkecuali Mysa, tubuhnya panas dingin ketika melihat sosok pria tampan yang kini tengah berjalan ke arah mereka, bukan hanya terpesona, Mysa juga sangat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dipanggil Tn Kim adalah dokter yang tempo hari ia temui di Kim Children Hospital. Tiba-tiba nyali Mysa menciut kala mengingat kejadian di lift waktu itu, kejadian yang membuatnya merasa ditindih berton-ton rasa malu.
“Ini adalah Kim Jong Ki, anakku.” Tn Kim mengenalkannya. Jong Ki pun menjabat tangan Tn. Shin dan Mu Gyul, namun saat giliran ingin menjabat tangan Mysa, ia terhenti sejenak.
          “Kau, bukankah kau guru Kim So Eun.” Tebak Jong Ki.
Mysa sudah menduga jika dokter itu akan mengenalinya. Ia pun mengangkat kepalanya perlahan, namun saat manik matanya bertemu dengan tatapan indah Jong Ki, ia dengan cepat menunduk kembali.

          “Kalian sudah saling kenal sebelumnya?” tanya Tn. Kim heran.
“Tidak appa, kami hanya bertemu sekali di rumah sakit.” Jelas Jong Ki.
“Jadi kalian belum mengenal satu sama lain? Jong Ki, dia adalah Shin Mysa, gadis yang menolong appa di Sungai Yung waktu itu.”
“Benarkah?” kali ini giliran Joong  Ki yang merasa tak percaya.
Lagi-lagi Mysa hanya mengangguk pelan, sedetikpun matanya tak berani menatap sosok Joong Ki.
Entah inisiatif dari mana, Jong Ki menjulurkan tangannya ke arah Mysa. Mysa sempat terperangah dengan tindakan Joong Ki, awalanya ia ragu untuk menyambutnnya, tapi senggolan dari Mu Gyul membuatnya berani menggerakkan tangan.
“Kim Jong Ki.” Jong Ki mengenalkan diri terlebih dulu.
“Shin Mysa.” Deg, entah dari mana tiba-tiba saja rasa gugup menyelebungi dirinya kala kulitnya menyentuh tangan pria itu.
“Maaf, saya ingin permisi dulu. Ada beberapa teman saya yang sedang menunggu di sana.” Pamit Joong Ki, ia pun berlalu pergi.
“Anak anda sangat tampan Tn Kim, seperti anda sendiri.” Puji Ayah Mysa.
“Terimakasih, kalau begitu mari kita mengobrol di sana.” Tn. Kim mengajak Mysa dan Ayahnya menuju ruang utama pesta itu, tempat berkumpulnya para undangan .
“Appa, aku ingin ke sana sebentar.” Mysa nampaknya tak tertarik dengan obrolan para ajhussi itu, sebenarnya perhatiannya sekarang lebih tertuju pada rentetean menu-menu lezat yang tengah dihidangkan para koki.
“Aku ikut Nuna.” Rupanya Mugyul juga merasakan hal yang sama.
~ ~ ~
Sementara itu disebuah meja makan yang terletak dekat dengan taman air mancur..
“Emm, Mashitta..” ucap Mysa disela makannya yang lahap.
“Nuna, kau seperti singa kelaparan saja.”
Mysa hanya memandang adiknya sekilas tak peduli apa yang dikatakannya. Ia malah terus makan dengan cepat, dua potong paha ayam telah meluncur mulus ke dalam perutnya. Karena merasa tenggorokannya penuh, ia pun mengambil segelas air putih kemudian meneguknya cepat, namun tiba-tiba air dalam mulutnya tersemprot keluar,  membuat orang-orang disekitar mereka menatap aneh bahkan ada yang berbisik sambil menertawakan. Mu Gyul sendiri terkejut dengan kelakuan nunanya.
“Aishh, Nuna, kau ini!” Mu gyul terlihat geram melihat tindakan memalukan kakaknya.
~ Mysa POV ~
Tiba-tiba air yang kuminum keluar begitu saja, bukan karena aku tersedak, tapi karena terkejut melihat kehadiran seseorang yang hampir saja membuat nafasku tercekat. Si namja evil pembawa derita bagiku. Aku melap mulutku segera, pandangan mataku masih terus memperhatikan gerak-gerik namja itu.
‘Kenapa dia bisa ada di sini, dan o..oh, dia menghampiri tuan Kim?’
Batinku terus mengoceh tak jelas. Pria itu memeluk Tn Kim dan Joong Ki bergantian. Sebenarnya dia itu siapa, dan kenapa sangat akrab dengan Tn Kim, bahkan dengan Dokter Joong Ki. Ah. Demi apapun, jangan sampai kehadirannya di sini membuatku menderita seperti sebelum-sebelumnya.
“Kau membuat harga diriku menderita Grandma. Baru beberapa menit kita di sini kau sudah membuat hal memalukan”  umpat Mugyul, dengan tatapan horror ke arah Mysa.
Mysa memerhatikan sekitarnya sejenak, dan benar saja, beberapa pasang mata terlihat setia memandang ke arah mereka.
“Kita ke sana.” Tanpa memperdulikan sekitarnya, Mysa menarik tangan Mu Gyul meninggalkan meja makan itu.
~ ~ ~
Nampak seorang pria memasuki ruangan pesta dengan mengenakan kaos putih ditutupi jas hitam dengan tataan rambut yang sangat stylish. Wajahnya tak henti-henti menebar senyuman ke arah para tamu, terutama kepada para gadis dan itu sukses membuat mereka terkapar seperti ikan kehabisan air. Tiba diruang utama pesta, manik matanya berkeliaran mencari sosok yang ingin dia temui, tak berapa lama, nampaklah di matanya seorang pria paruh baya dengan tubuh tinggi dan tegap dan raut wajah bijaksana sedang berbincang-bincang, di sebelahnya juga berdiri seorang pria yang sebenarnya juga sangat ia rindukan. Ia pun tersenyum kembali dan mulai melangkahkan kaki ke arah mereka.
“Appa.” Panggil pria itu, masih dengan senyum yang menyiratkan kebahagiaan. Ada  perasaan yang meluap-luap dalam dirinya ketika menatap raut wajah teduh seorang ayah yang selama ini tak lagi bersamanya
“Kim Kibum.” Tn. Kim tampak terperangah ketika melihat kedatangan Kibum, anak bungsu yang sudah lama tak ia temui. Dia memeluk Kibum dengan sangat erat dan lama, layaknya seorang ayah yang baru saja menemukan anaknya yang hilang. Begitupun Kibum, ia merasa luapan kasih sayang yang begitu ia rindukan selama ini dari seorang ayah. Setelah cukup lama memeluknya ayahnya, kini ia bergantian memeluk kakak lelaki satu-satunya yang tak lain adalah Kim Jong Ki.
 “Lama tak bertemu, bagaimana keadaanmu Kibum?” Jong Ki begitu senang dengan keberadaan adiknya.
“Baik,  appa dan Joong Ki hyung sendiri bagaimana kabarnya?” Joong Ki bertanya balik.
“Appa dan Joong Ki sehat-sehat saja, sekarang kakakmu ini sedang membangun karir barunya di Kim Children Hospital.” Tn. Kim menatap Joong Ki sekilas yang kemudian dibalas Joong Ki dengan senyuman.
“Kau sendiri bagaiamana usahamu? Kudengar kau dipercaya eomma untuk mengurus bisnis impornya yang tengah berkembang.” Joong Ki ikut menimpali perkataan appanya dengan pertanyaan.
“Iya, tapi eomma nampaknya tengah mengujiku hyung, kau tau kan, aku ini masih muda dan pengalamanku dalam memimpin sebuah perusahaan masih cetek. Berbeda dengan dirimu, kau sudah professional dan mengantongi gelar tinggi, aku yakin kau pasti dapat melakukan apapun yang appa percayakan padamu.”
“Kita sama saja Kibum ah, semua ini adalah proses. Tinggal bagaimana saja kita menjalaninya.” Sahut Joong Ki kembali. Pembicaraan itu pun terus berlanjut hingga Kibum memohon diri meninggalkan mereka.
Sementara itu, di belakang sebuah meja besar dengan bermacam hidangan dessert di atasnya.
“Aishh, kemana namja itu”
Entah apa yang Mysa lakukan, bersembunyi atau sedang menikmati dessert yang ada di depannya?.Namun sepertinya ia sedang melakukan kedua hal itu bersamaan.
“Hei Nyonya Saus, kalau makan sebaiknya jangan berdiri,  tidak sopan.” Tegur seorang pria dari belakangnya dan hal itu sukses membuat Mysa membalikkan badannya.
“N..Noe!!” pekik Mysa tertahan.
“Ssstt, jangan berteriak di sini, atau ayahku akan menendangmu keluar dari pestanya.” Kibum hanya tersenyum melihat ekspresi lucu dari wajah Mysa.
“A..ayah?” Keterkejutan Mysa berganti dengan aura kebingungan.
“Ne, Aku adalah Kim Kibum, putera bungsu dari Tn. Kim Joon Woon.” Ucap Kibum dengan penuh penekanan saat mengucapkan namanya dan ayahnya. Sebenarnya secara tidak langsung, Kibum telah mengenalkan dirinya didepan gadis itu.
Mysa hanya terdiam, mematung ditempatnya. Bahkan mulutnya pun berhenti mengunyah muffin yang baru saja ia ambil.
“Hello.. kenapa kau diam? Apa kau terpesona padaku?” Kibum mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Mysa.
“Mwoo?? Percaya diri sekali kau. Mana mungkin aku terpesona dengan evil sepertimu” Mysa segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, hal itu membuat Kibum terkekeh pelan.
“Grandma…Grandma..!!!” Belum pudar rona kesal di wajah Mysa, sudah bertambah lagi karena sekarang si Mugyul sedang berlari ke arahnya sambil meneriakkan julukan terlarang. Beberapa orang yang mendengarnya pun sempat menoleh kearahnya.
“Grandma?” Kibum menahan tawa mendengar panggilan aneh itu. Sontak hal itu sempat membuat Mysa mendelik tajam ke arahnya.
“Grandma, tadi aku melihat Yoo Jae Sook, MC favoritmu itu. Dia  ada di sana, sedang mengobrol dengan Tn.Kim.” ucap Mu gyul,  ngos-ngosan.
“Ya Lady Bug, apa kau benar-benar ingin aku lempar ke ujung dunia, hahh?” kali ini manik indah Mysa benar-benar berubah menjadi bola api yang siap menghanguskan siapapun yang ia pandang.
“Hei, nona. Jangan secepat itu kau terpancing emosi. Tapi, bukankah itu panggilan yang cocok untukmu?” tawa yang sempat ditahan Kibum akhirnya terlepas juga.
Mysa hanya bisa menahan aliran lava yang mau keluar dari ubun-ubunnya. Tapi nampaknya, malam itu ia bisa mengontrol dirinya. Ia jadi teringat saran sahabatnya, Min Ha sebelum kau meledak, segeralah pergi meninggalkan tempat atau orang yang membuatmu emosi, dengan begitu, kau akan lebih bisa mengontrol diri.

~ ~ ~
~ Mysa POV ~
Sial, setiap kali bertemu dengan pria itu, aku selalu saja ingin meledak. Ibarat aku adalah sumbu bom, dan ia adalah api kecil yang berada dekatku. Entah ini takdir atau apa, tapi pertemuanku dengannya benar-benar membuatku gila. Aku sudah merasa tidak betah dan ingin mencari appa untuk mengajaknya pergi dari sini.
Dukkk,
Astaga, karena aku berjalan terlalu cepat dan tak memperhatikan orang-orang di depanku, jadilah aku menabarak seseorang. Dan naasnya lagi, seseorang itu adalah Kim Joong Ki.
“Kim Jong Ki si…Mianhae” Ucapku pelan, seraya menatap wajahnya sekilas. Deg.. lagi-lagi rasa aneh ini merayapiku.
“Tak apa? Kenapa berjalan terburu-buru seperti itu?” Joong Ki dengan begitu ramahnya bertanya padaku.
“A..aku, hanya sedang mencari appa. Ehmm..Kim Joong Ki si, mianhae.” Sekali lagi aku mengucapkan kata maaf padanya.
Joong ki mengernyitkan alis “Maaf? tak ada yang perlu dimaafkan, lagi pula kau tidak sengaja menabrakku.”
“Bukan maaf untuk itu, tapi..” aku menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kata-kataku ”Aku benar-benar minta maaf karena berbicara hal yang tak pantas di lift waktu itu, itu karena aku menelan mentah-mentah informasi yang belum tentu kebenarannya. Aku benar-benar menyesal.” Aku menunduk dalam.
“Kau masih mengingatnya? Aku tak ambil hati dengan perkataanmu waktu itu. Jadi lupakan saja.” Perkataan Jong Ki berhasil membuat hatiku terlonjak gembira, untungnya tubuhku tak ikut meloncat.
“Gomawo Kim Joong Ki Si.” Entah kekuatan dari mana kali ini aku mulai berani menatap wajahnya.
“Hyung.” Terdengar panggilan seorang pria yang berjalan ke  arah kami.
“Kibum si.” Ucapan Joong Ki berhasil membuatku menoleh ke arah namja evil yang beberapa detik setelahnya baru aku sadari bahwa ia adalah adik kandung Joong Ki, pantas saja wajah mereka mirip.
“Kau kenal dengan gadis ini?” tanya Kibum seraya mengarahkan telunjuknya ke arahku.
“Kami baru berkenalan malam ini walaupun pernah bertemu sebelumnya. Kau sendiri, apa kau mengenalinya?” Joong Ki balik bertanya.
“Tentu saja, dia kan teman dekatku hyung.” Aku dikejutkan dengan tindakan tiba-tiba Kibum yang melingkarkan tangan kirinya di bahuku.
“Dan mungkin sebentar lagu dia akan menjadi yoeja…”
“Aniya, aku juga baru mengenalnya malam ini.” Aku segera memutus perkataan Kibum seraya menurunkan tangannya dari pundakku dengan kasar.
“Hyung, sepertinya tadi aku melihat Yoona nuna datang . sebaiknya kau cari dia. “ ucap Kibum kembali, seraya menyapu-nyapu lengan kiri jas hitamnya. Apa  pria ini merasa kotor karena pakaiannya telah menyentuhku.
“Benarkah? Aku ingin menemuinya. Kalau begitu, aku permisi dulu”
Melihat Joong Ki pergi membuatku tak bersemangat lagi. Ditambah lagi saat melihat ekspresi antusiasnya kala mendengar wanita yang bernama Yoona, apa dia adalah yoeja spesial bagi Kim Joong Ki?
“Kau tertarik pada kakakku?” pertanyaan seseorang menyadarkanku dari lamunan. Ah benar saja, sekarang aku hanya berdua dengan Kibum di tempat ini.
“Ani.” Jawabku jutek.
“Aku bisa melihat raut berbeda dari wajahmu. Kau nampak begitu lembut saat berada di depan kakakku. Bisa kupastikan jika kau menyukainya.”
Aku benar-benar tak memperhatikan ucapan Kibum lagi karena sedari tadi aku kembali sibuk memandangi sosok Joong Ki yang mulai menghilang dari kerumunan orang-orang.
“Yaa, Grandma Saus.”
Kali ini perkataan Kibum berhasil menarik perhatianku. Aku mendengus sebal.
“Kibum si, bisakah kau memanggilku dengan lebih sopan?” aku mencoba memaniskan cara bicaraku, dan hal itu berhasil membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perut.
“Bagaimana aku bisa memanggilmu dengan sopan, jika namamu saja aku tak tau.”
Ah, dia benar juga. Aku belum mengenalkan diri padanya.
“Shin Mysa.” Ucapku, sedikit ketus. Kedua tanganku kulipat di depan dada.
“Hei, bukan begitu caranya berkenalan.” Kibum menarik tangan kananku dengan lembut kemudian menjabatnya. “Kim Kibum, senang mengenalmu.” Kali ini dia mengukir senyum kembali di wajah baby facenya. Apa? Baby face? Ku akui wajahnya memang seperti bayi imut yang baru lahir, tapi tingkah lakunya membuatku amit-amit.
Dan berawal dari perkenalan dengan dua insan inilah, lembaran kisah mengejutkanku dimulai.



Gimana Chingudul part 3 nya, semoga kalian tetap setia mengikuti perkembangan FF ini ne. . sekali lagi mian kalo ceritanya gaje. Buat para new readers yang baru baca ff ini jangan lupa komennya juga ya… ^_^


FF Collections     Part 1    Part 2