by
Shin Eun So (Nugichan @wattpad)
WannaOne’s
Kim Jaehwan, OC’s Lee Nami, UP10TION’s Wooshin | Hurt | Ficlet
Demi daun ginkgo yang
berjatuhan pertanda musim gugur hampir berakhir, Jaehwan hanya tahu dua hal yang dapat
membuat kedua manik gadis itu menjadi begitu sembab, karena nilai rapotnya
merah atau salah satu koleksi pohon bonsai kesayangannya mati. Namun tidak
untuk kali ini, gadis yang telah tumbuh bersamanya selama 17 tahun itu memiliki
alasan lain untuk menangis. Ya, sekarang Nami adalah gadis remaja yang mulai
mengenal apa itu jatuh cinta dan patah hati.
“Wo.. Wooshin, dia
kembali ke Amerika.”
Angin musim gugur
menerbangkan helaian rambutnya yang panjang, hingga beberapa darinya menempel di pipinya yang
basah. Bahkan gonggongan Tomiko tak mampu membuat bibir gadis itu melengkung keatas
seperti yang biasa ia tunjukkan. Jaehwan menyadari betapa redupnya suasana hati
gadis itu sekarang, dan satu sisi hatinya tidak menyukai hal itu.
“Aku yakin ini belum
terlambat Nami, Aku akan menemui Wooshin.
Kau, berjanjilah untuk tetap disini. Kajja, Tomiko”
Jaehwan segera
menarik tali anjingnya yang berjenis golden retriever dan berlari
melewati Nami. Seakan mengerti, kaki-kaki lincah Tomiko berlari mendahului,
membuat Jaehwan mempercepat jejakkan kakinya. Mengapa aku harus berlari?. Satu
pertanyaan itu seakan memperberat langkahnya, ada rasa sesak yang muncul di
rongga dadanya, bebaur dengan pacuan detak jantung yang semakin cepat. Namun
bayangan wajah Nami dengan mata sembabnya menjadi satu keyakinan bagi Jaehwan.
Sure, I’ll change
things like fate
Jaehwan menarik
kencang tali Tomiko untuk berbalik arah ketika melihat mobil silver melaju
melewati jalan Samcheodong. Sebuah jalan kecil di tengah hutan kota dipilih
mereka sebagai jalan pintas. Jaehwan merasa kakinya semakin berat, kepalanya
mulai terasa pening, dan nafasnya semakin keras berhembus. Namun ketika melihat
begitu bersemangatnya Tomiko membuatnya tak berniat untuk berhenti. Ia bahkan
tak bisa memperhatikan rintangan di depannya, hingga kakinya menyenggol sebuah
batu berukuran cukup besar dan membuatnya terjatuh, tali leher Tomiko terlepas
bagitu saja dari genggamannya.
Jaehwan meringis, dan
mencoba menegakkan tubuhnya kembali. Ditengah helaan nafasnya yang masih belum
beraturan, sebuah peristiwa menambah tingkat hormon adrenokortikotropik dalam
tubuhnya. Ia menyaksikan sendiri sebuah mobil menghempas tubuh Tomiko jauh ke
jalanan. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Detik itu juga Jaehwan merasa
pikirannya kosong, bahkan saat berlari pun ia merasa kakinya tak menapak tanah.
Pandangannya kini hanya tertuju pada tubuh Tomiko yang tergeletak tanpa gerak
di jalan. Namun saat Jaehwan melihat sosok keluar dari mobil yang berhenti tak
jauh dari Tomiko, ia merubah arahnya.
“Wooshin…. ke taman
lah sekarang. Nami … dia menangis” Jaehwan memegang erat kedua bahu Wooshin,
mencoba mengabaikan segala perasaan yang bergejolak hebat di dadanya.
“Nami? Ada apa
dengannya?” Wooshin belum sepenuhnya memahami keadaan.
“Dia benar-benar
kacau. Kumohon temuilah dia sekarang.”
Terdengar jelas getaran
pada suara terakhir Jaehwan, melepas sosok Wooshin yang segera berlari cepat ke
arah taman. Bahkan ia tak menghiraukan teriakkan kakaknya yang mengingatkan jam
keberangkatan pesawat mereka menuju Amerika.
“Apa ini anjingmu?”
Pertanyaan dari kakak
Wooshin seakan kembali memukul keras dadanya. Ia berbalik dan berjalan gontai, mendekati
sosok Tomiko yang terlihat damai dengan mata terpejam, hingga lututnya tak mampu
lagi menopang tubuhnya, ia pun jatuh tersungkur ke jalan dengan tangisan yang
tumpah.
~~~
Demi pesona daun ginkgo
yang berwarna kuning keemasan diterpa mentari sore. Jaehwan hanya tahu dua hal
yang dapat membuat dirinya merasa menjadi orang paling bahagia di dunia. Senyum
gadis itu dan tingkah manja Tomiko.
Namun kini ia harus memilih diantara keduanya.
“Aku tak tau apa
jadinya jika kau tidak bertemu Wooshin. Mungkin aku tidak akan pernah
menyatakan apa yang kusimpan selama ini. Aku bahkan mengira takdir tak akan
mempertemukan kami”
Akhirnya, Jaehwan
bisa melihat kembali senyum manis gadis itu, walau dengan alasan yang tak dapat diterima hatinya.
“Chukae. Percayalah
pada sebuah takdir yang didapatkan manusia dengan tindakannya.”
Jaehwan mengakui,
dirinya masih tak bisa lepas dari kedua obsidiannya yang terlihat bersinar
ketika tersenyum. Sekalipun ia tak menggeser pandangannya hingga mata gadis itu
tertuju pada tali leher Tomiko yang tergeletak di atas bangku.
“Apa Tomiko lepas
lagi? Aishh.. anjing nakal itu. Jaehwan-ah, aku akan membantumu mencarinya.”
Jaehwan tidak bisa
lagi menatap lekat indahnya manik gadis itu ketika ia berpaling dan berlari
kecil sambil meneriakkan nama Tomiko. Hingga pandangannya tergantikan dengan
helai-helai kuning keemasan yang melayang indah kemudian bercampur dengan
helaian lain yang mulai berwarna kecokelatan. Entah kenapa, Jaehwan ingin
menjadi satu dari helaian itu, walau ditakdirkan luruh ke bumi, dedaunan ginkgo
jatuh dalam wujud dan warna aslinya, menciptakan karpet emas yang mampu membuat
orang menyadari betapa indah dan hebatnya mereka.
- FIN -
Jujur, ini pertama
kalinya saya bikin Ficlet, ternyata susah juga menuangkan ide dalam ruang
terbatas. Jadi mohon dimaklumi atas segala kekurangannya yaa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar